Spesial 10 : Menunggu Adik Lahir
"Keren sekali pemandangannya," kagum Sarasa akan pemandangan hamparan dari pegunungan es bersalju di depannya.
Swiss sangat indah. Memukau mata dan juga menyejukkan hatinya, tentu saja.
Pemilihan penginapan sudah tepat, bisa dinikmati panorama luar biasa cantik. Dan benar-benar sesuai dengan ekspektasi.
Walau hanya akan tinggal selama empat hari, namun tetap menyenangkan baginya.
"Mamaaaa!"
Sarasa segera membalikkan badannya dari balkon, ketika mendengar seruan buah hati kesayangannya. Gangga sedang berlari ke arah dimana dirinya berdiri.
Saat sang putra sudah sampai di depannya, balita itu segera minta digendong.
Namun karena ia sedang mengandung, tak bisa lakukan, sehingga dirinya yang harus berlutut di hadapan sang jagoan kecil.
"Capek, Mama."
"Capek, Sayang? Sudah minum air?"
"Papa ambil air."
"Papa yang ambil air? Kita tunggu, ya, Sayang. Papa pasti cepat ambil air."
"Oke, Mama."
Di usia yang menginjak tiga tahun tepat hari ini, sang putra kian aktif saja dengan berbagai kegiatan les yang diikuti.
Mulai dari sepak bola, karate, berenang, hingga kesenian seperti melukis.
Gangga yang memilih sendiri, sesuai akan minat serta hal-hal menarik bagi balita itu.
Apa pun yang dikehendaki sang buah hati akan dituruti, tak pernah memaksa putra kecilnya untuk mengikuti kegiatan bersifat akademik demi memuaskan keinginannya memiliki anak yang cerdas, semata.
"Hancip."
"Hancip."
"Hancip."
"Dingin, ya, Sayang?" tanya Sarasa ketika sadar hidung sang putra memerah.
Full versi part ini, bisa dibeli di karyakarsa.
Link ada di bio.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top