Spesial 04 : Kemesraan

Selamat pagi. Sudah up nih.

Yok kasih vote dulu sebagai tanda cintah.

...................

"Bagaimana dengan yang ini? Apa cocok untuk anak kita, Sayang?"

Sarasa mengangguk cepat dengan atensi ke layar tab, menunjukkan kesetujuan atas pakaian bayi yang hendak dibelikan sang suami untuk calon buah hati mereka. 

"Bagus ini, Pak."

"Bapak ingin pilih sweater yang warna apa? Biru atau cokelat?" tanggap Sarasa.

"Saya akan pilih yang biru."

"Biru, Pak? Warna yang bagus."

Bukan kali pertama sang suami berbelanja, sudah ada puluhan pasang pakaian bayi terbeli. Semuanya dipesan secara online.

Berasal dari sejumlah merek terkenal di dunia dan ternama. Dengan harga tentunya lumayan mahal karena berkualitas baik.

Sang suami ingin memilihnya sendiri, jadi ia menurut saja. Jenis pakaian apa pun yang datang, bukan masalah baginya.

Terpenting, sesuai gender calon buah hati mereka yang berjenis kelamin laki–laki.

Keperluan lain misal perabotan-perabotan bayi untuk kamar buah hati mereka, juga dipilih langsung oleh sang suami.

Kehadiran calon bayinya begitu ditunggu pria itu. Persiapan demi persiapan dengan begitu semangat dilakukan sang suami.

Dirinya juga diperlakukan dengan spesial. Dalam artian selalu diperhatikan. Dan juga menjadi prioritas utama sang suami.

Sebagai istri, ia tentu senang diperlakukan seperti itu. Apalagi, ketika sedang hamil.

Adhyaksa Syalendra dengan semua sikap tulusnya, mampu membuatnya luluh.

Sudah berusaha mati-matian untuk tidak memberikan hati pada pria itu, mengingat mereka menikah awalnya bukan karena saling mencintai satu sama lain.

Beberapa bulan belakangan, tepatnya saat sang suami memproklamirkan perasaan, ia mulai merasakan kesungguhan pria itu.

Adhyaksa Syalendra mencintainya dengan menunjukkan banyak perjuangan.

Hanya saja karena ego, ia cenderung yakin tak akan jatuh hati pada sang suami.

Namun, pada akhirnya, keegoisannya bisa kalah dengan dorongan kuat atas cintanya pada Adhyaksa Syalendra selama ini.

Setelah dirinya memutuskan menyatakan cinta secara gamblang. Kedekatan mereka berkembang dengan begitu intim.

Tak ada sekat lagi. Tidak berlaku gengsi yang mencegah mereka berdua bersatu.

"Apa lagi perlu dibeli?"

"Gimana, Pak?"

P kehilangan fokus karena terpikir hal lainnya, pertanyaan diajukan suaminya jadi tidak bisa diartikan dengan baik.

"Perlengkapan untuk bayi kita, Sayang."

"Oh, begitu, Pak," tanggap Sarasa ketika sudah mendengar keterangan sang suami.

"Bapak sudah banyak belanja. Peralatan untuk bayi kita juga sudah cukup lengkap, saya rasa. Nanti akan saya daftar lagi."

"Iya, Sayang."

Perutnya diusap-usap lembut, kali ini.

"Dia aktif? Menendang-nendang?"

Full versi part ini, bisa dibeli di karyakarsa.

Link ada di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top