Spesial 03 : Merindukanmu
yok bisa yok vote sebelum baca, jangan silent yok.
Udah rajin up nih.
........................................
"Hallo, Kak Sanji."
"Maaf, aku baru telepon balik, aku baru saja datang dari dokter kandungan."
Sang kakak di seberang telepon, langsung saja menanyakan bagaimana kabarnya.
Pertanyaan lebih spesifik, yakni tentang kehamilan pun dilontarkan saudarinya.
Mereka terakhir saling bertelepon sekitar sepuluh hari lalu. Tentu hal pertama yang ditanyakan sang kakak adalah kondisinya.
"Aku sehat, Kak Sanji."
"Calon bayiku juga," imbuh Sarasa.
Saudarinya terdengar jelas mengucap kata syukur di ujung sana. Lalu, diikuti doa-doa yang baik untuk perjalanan kehamilannya.
"Iya, Kak Sanji. Makasih banyak."
"Kak Sanji dan keponakan-keponakanku di Belanda juga harus jaga kesehatan."
Baru saja Sarasa akan bertanya bagaimana kabar sang kakak, ia sudah mendapatkan pertanyaan lagi seputar kehamilannya.
Kali ini, ditanyai jenis kelamin bayinya.
"Tadi sudah dicek, Kak."
"Katanya anakku ini laki-laki." Sarasa pun menjawab sambil memegangi perutnya.
Ada pergerakan kecil di dalam perutnya.
Dengan usia kandungan sudah menginjak lima bulan, keaktifan jabang bayi semakin terasa. Sarasa selalu merasa takjub, setiap kali calon buah hatinya bergerak.
Hidupan baru yang tumbuh tersebut, tidak sabar ingin dilihatnya lahir ke dunia.
"Perasaanku tinggal di sini?"
Sarasa mengulang pertanyaan yang sang kakak ajukan padanya. Lantas, saudarinya memperjelas lagi kalimat-kalimat tanya.
Tentu, bisa dipahami dengan benar.
"Sebulanan di sini, aku nyaman, Kak."
"Aku tidak susah beradaptasi. Aku juga aman. Tidak ada yang menggangguku."
Sang kakak kembali mengucapkan syukur dalam nada terdengar tulus untuknya.
Sarasa pun tersenyum. Keberadaan kedua saudari perempuannya begitu berakhir.
Mereka selalu memberikan dukung moril untuknya. Perhatian berupa tindakan juga dilakukan, seperti mengirimkan sejumlah barang dan juga pakaian untuknya.
Beberapa hari sekali, akan menelepon dan menanyakan bagaimana kabarnya.
Kakak sulungnya, Sayana, bahkan sudah dua kali berkunjung ke Singapura.
Ketika ia tak mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orangtuanya, masih ada dua saudari yang peduli dengannya.
"Makasih banyak, Kak Sanji," ujar Sarasa saat sang kakak bilang harus mengakhiri telepon karena akan pergi berbelanja.
"Aku tunggu Kak Sanji di Singapura."
Saudarinya pun tertawa di ujung telepon.
Tak lama kemudian, sambungan panggilan di antara mereka berdua sudah terputus.
Tok!
Tok!
Full versi part ini, bisa dibeli di karyakarsa.
Link ada di bio.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top