BAB 25
Yok bisa yok 300 vote duluu.
Tim Pak Ketum or Pak Bendahara nih?
BAGIAN 25
==========================================
Cklek.
Sarasa mendengar suara pintu yang dibuka dengan cukup keras. Lalu, saat menutup pun kembali tertangkap telinganya.
Sarasa berusaha mengabaikan siapa pun yang datang untuk menjenguk. Ia seperti malas bertemu dengan orang, setelah tadi lelah menghadapi orangtua Adhyaksa.
Fisik dan pikiran cukup terguncang.
Mungkin karena efek peristiwa tadi siang yang dialaminya. Dan masih menyisakan rasa traumatik hingga saat ini.
Namun harus diakui pula, ancaman dari keluarga Syalendra memengaruhinya.
Madiya Virani bukanlah sosok yang bisa dianggap remeh. Wanita paruh baya itu tak akan segan menyingkirkan dirinya dengan cara apa pun, termasuk membunuhnya.
Madiya Virani adalah jelmaan iblis. Tidak akan segan bertindak seperti setan.
Kehadirannya sebagai istri rahasia dalam kehidupan putra kebanggaan dari nyonya Syalendra merupakan masalah besar.
Apalagi, ia tengah mengandung.
Kenyataan ini tentu bagaikan mimpi buruk bagi Madiya Virani dan Bragas Syalendra yang tak inginkan menantu sepertinya.
Melenyapkan dirinya adalah satu-satunya solusi untuk selesaikan semua masalah.
Dengan begitu, Adhyaksa Syalendra akan bisa dikontrol kembali oleh mereka.
Dan apakah kedua politikus senior itu kira dirinya akan menyerah sampai di sini?
Walau masih perlu pulih dari secara fisik serta mental atas kejadian buruk ini, akan ditunjukkan pembalasan pada mereka.
Keberaniannya justru lebih membara guna memenangkan drama melawan orangtua Adhyaksa Syalendra hingga akhir.
Dirinya akan menjadi pemenang tunggal.
"Sara ...,"
Panggilan lembut sang kakak didengar.
Dan yang ternyata adalah saudarinya. Ia tak menyangka karena berpikir jika sang kakak masih berlibur di luar negeri.
Sarasa pun langsung membuka mata guna bisa menyambut Sayana Dermawan.
Dan tak hanya sang saudari sulung, namun juga ada kehadiran dari Sanji Dermawan, kakak tengahnya yang tinggal di Belanda.
Langsung diterima pelukan kedua kakak perempuannya secara bersamaan. Mereka pun kompak menangisi dirinya.
Sarasa jelas merasa terguncang.
Dirinya jarang melibatkan perasaan yang berlebih dalam menghadapi situasi, namun kali ini, tangisannya ikut pecah.
Mungkin tak sekadar merasa haru karena kedatangan kedua saudarinya, namun juga efek trauma akan kejadian yang juga tidak kunjung hilang. Ia pun mudah menangis.
Sarasa pun sadar jika dirinya tak sendirian menghadapi masalah ini, namun akan ada dua saudarinya yang mendampingi.
Mereka adalah keluarganya.
"Kamu nggak apa-apa, kan, Dik?"
Full versi part ini, bisa dibeli di karyakarsa.
Link ada di bio.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top