BAB 01 (21+)


Yok vote dulu sebelum bacaaa.

...................

SATU SETENGAH TAHUN KEMUDIAN ........

"Lihat saya, Sarasa."

Ketika semakin dekat dengan puncak, ia ingin mencapainya dalam suasana intim dengan pasangannya, Sarasa Dermawan.

Sejak tadi, wanita itu hanya memejamkan kedua netra, memilih tidak menatapnya.

Bukan hanya kali ini, tapi setiap mereka bercinta, Sarasa pasti melakukannya. Ia tak tahu apa makna dibalik sikap tersebut.

"Lihat saya." Adhyaksa menitahkan lagi.

"Buka matamu, Sarasa." Suaranya lebih serius untuk menekankan maksud.

Dan akhirnya, Sarasa memandang tepat pada manik cokelatnya dengan sorot biasa saja. Wanita itu juga tanpa ekspresi.

Tak mampu untuk diterjemahkan karena pikiran tengah tak jernih karena gairahnya yang tengah menggelora, menghalangi.

Namun satu hal pasti, Sarasa berubah jadi sosok tidak bisa dikenali. Asing baginya.

Amat kontras akan sikap manis yang turut disertai senyum memikat, ketika wanita itu menggodanya untuk berhubungan intim.

Sarasa yang memulai lebih dulu. Mencium dirinya mesra dan panas hingga gairahnya bangkit, hingga menginginkan seks.

Lalu, terciptalah percintaan di antaranya dan sang istri rahasia untuk sekian kali.

"Segera akhiri, Pak."

"Pak Adhyaksa harus puas."

Ucapan Sarasa memengaruhi hasratnya.

Tambah membakar dirinya hingga begitu tak terkendali menggempur wanita itu.

Mulut mereka pun bersinggungan lagi dan menghasilkan cumbuan membara, selain pergumulan gairah yang menggelegak.

Temponya semakin cepat untuk mencapai kepuasaan yang sejak tadi ingin diraih.

Saat pelepasan benar-benar menghantam hebat dirinya, dipelukan pada tubuh sang istri yang berpeluh semakin dieratkan.

Klimaks ditunggu-tunggu, akhirnya bisa dirasakan dalam percintaan membaranya bersama Sarasa Dermawan, selama satu jam terakhir yang mereka lakukan.

Setelah terbebas dari efek badai orgasme, Adhyaksa segera saja menarik dirinya.

Lalu, berbaring di samping sang istri.

Kedua tangan melilit pada tubuh wanita itu yang sudah tertutupi selimut. Upaya mencegah Sarasa kabur setelah ini. Ingin sang istri menemaninya sampai bangun.

Sarasa akan meninggalkannya sendirian di atas ranjang, selepas mereka bercinta. Dan kembali ke apartemen yang jaraknya jauh.

Tak peduli waktunya, pagi-pagi buta pun tidak menyurutkan wanita itu pergi.

"Pak Adhyaksa ...,"

Panggilan Sarasa dibalas dalam gumaman kecil. Mata memejam, dengan rasa lelah yang mendorongnya lekas terlelap.

"Saya tidak izinkan kamu kemana-mana."

"Saya mau ke kamar mandi, Pak."

Sarasa dirinya tak akan dilepaskan, namun sang suami akhirnya menjauhkan kedua tangan dari tubuhnya, walau tak bergeser.

Sarasa dengan cepat menuruni ranjang. Ia tak bisa berkompromi lagi akan rasa mual yang membuat perutnya bergolak.

Setibanya di dalam kamar mandi dan juga berdiri di depan wastafel, Sarasa langsung memuntahkan cairan bening yang banyak.

Kepalanya juga mulai berputar-putar.

Begini rasanya hamil muda ternyata.

Sejak tiga hari lalu, ia mudah mual. Dan beberapa kali pula muntah tanpa terduga.

Badan turut lemas. Nafsu makan hilang.

"Aku pasti bisa." Sarasa menyemangati diri dendiri dalam menghadapi situasi ini.

Baru lima minggu, masih ada tujuh bulan lagi yang harus dilalui sampai melahirkan.

"Aku bisa bertahan." Sarasa mencoba lagi membawa energi positif ke dirinya.

Demi tujuan yang besar, ia tentu saja harus rela berkorban, termasuk memberanikan diri mengandung keturunan Adhyaksa.

Padahal, ia tidak mencintai pria itu.

"Huuffhh." Sarasa mengembuskan napas panjang, sebelum membasuh wajah.

Air biasanya membantu menyegarkan.

Tak lama dirinya mencuci muka, seperkian detik saja sudah cukup untuk dilakukan.

Setelah selesai, ia bergegas keluar kamar mandi. Sudah tak ingin muntah lagi.

Dan didapati sang ketua umum partai telah lelap tertidur di atas ranjang. Hal tersebut memudahkannya segera pergi dari sini.

Tentu saja tak akan naik ke ranjang panas suaminya kembali. Ia lebih suka pulang ke apartemen dan tidur di kasur sendiri.

Sebelum benar-benar ditinggalkan rumah Adhyaksa Syalendra, lebih dulu ditaruh di atas meja beberapa alat testpack dan juga surat hasil pemeriksaan dokter SpOG.

Suaminya harus tahu ia tengah hamil.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top