3

Seorang wanita berambut pendek sebahu berjalan masuk ke dalam sebuah kamar. Lorong menuju kamar yang terlihat mewah didominasi abu-abu dan putih, rumah minimalis dengan kesan mewah dan megah. Saat membuka pintu terlihat seorang anak laki-laki yang terlelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Sementara di kening anak itu terdapat sebuah plester penurun panas.

Wanita itu kini duduk di samping putranya,  memegang kening putranya. Anak itu terbangun saat sang ibu menyentuhnya.

"Mami, papi mana?" tanya anak berusia tiga tahun itu dengan suaranya yang menggemaskan.

Sementara wanita yang terlihat kesal itu adalah Hera. Ia kesal karena Yuji tiba-tiba saja meninggalkan rumah entah apa tujuannya. "Papi mungkin pulang besok ya sayang. Mami udah coba hubungi, tapi papi memang sibuk banget. Kamu sabar ya, papi kan banyak kerjaan. Raja tau kan?"

Anak itu anggukkan kepalanya, mengerti apa yang dikatakan sang ibu perihal sang ayah. "Kenapa papi pergi enggak bilang aku?" tanya bocah itu lagi.

"Iya, maaf ya sayang, nanti mami marahin papi ya?" Hera coba menenangkan putranya.

Hatinya sedih sekali melihat sang putera yang begitu tergantung pada Yuji. Sementara dalam hatinya merasa kesal karena kelakuan Yuji yang tiba-tiba saja pergi. Memang sih, ini adalah hari libur dan ia juga sudah lama tak kembali ke Indonesia. Hanya saja, Hera merasa seharusnya Yuji bisa memberitahunya terlebih dahulu.

"Mami?"

"Ya sayang?" tanya Hera lembut seraya mengusap lembut kepala putranya itu.

"Hug me please, im cold." Raja meminta karena ia merasa tubuhnya terasa dingin sekali.

"Sure baby," ucap Hera lalu mengatur suhu ruangan dan ia merebahkan tubuh di samping Raja dan memeluk berharap Raja tak lagi merasakan kedinginan.

"Aku kangen papi," ucap Raja lagi.

"Sabar ya baby," ucap Hera lagi. Dan entah sudah berapa kali ia ucapkan sabar pada Raja.

Anak itu hanya anggukan kepalanya. Akan lebih sabar lagi menunggu sang ayah. Raja dan Yuji memang dekat sekali. Setiap di rumah di mana ada Yuji di sana ada Raja yang mengekori sang ayah. Dan kini Yuji harus pergi beberapa hari untuk menemui seseorang.

Setelah Raja tertidur, Hera mengambil ponsel dari saku celananya dan berniat untuk menghubungi Yuji. Hanya saja panggilan itu sama sekali tak diterima oleh Yuji.

"Kemana si dia?" tanyanya kesal.

Ponsel Yuji berada di dalam tas yang ia bawa, berada di luar kamar. Yuji kini tengah menciumi Resha, suara ruangan penuh dengan kecup dan penolakan yang masih Res lakukan.

"Mas stop," ucap Res sedikit mendorong tubuh Yuji.

Resha coba dapatkan kesadarannya yang makin lama, maki hilang. Setiap sentuhan yang Yuji inginkan rasanya ingin ia pertahankan. Bibirnya terus melarang, sementara tubuhnya ingin disentuh, di jamah lama-lama oleh Yuji. Sensasi yang jadi candu, tubuhnya menginginkan intensitas Yuji lagi dan lagi.

"Serius mau aku stop?" tanya Yuji menggoda sambil bergerak nakal dan menggoda.

Yuji hanya tersenyum, tau kalau tak seperti itu yang Res inginkan. Yuji tau kalau Res saat ini membutuhkan dirinya. Puaskan hasratnya yang mendadak naik. Tentu saja itu karena ulah Yuji yang memberikan obat dalam minumannya tadi.

Yuji benar, seratus persen benar. Res butuh sentuhan, lamat-lamat menjalari semua sisi-sisi tubuh. Rasa gemelitik yang terasa bagai sengatan-sengatan listrik kecil yang membuat dirinya menegang dan bagian-bagian kecil menjadi gemelitik yang menyenangkan. Hal itu terjadi begitu saja bahkan saat Yuji tak menyentuhnya. Obat itu membawanya pada rasa yang tak pernah ia rasakan.

Yuji kecup lagi, dan lagi, dari bibir lalu ke belakang telinga. lalu berbisik, "Jangan dilawan hmm? Kamu suka kan saat aku begini?" Yuji terhenti lalu usap punggung belakang Res.

"Mas, stop!" Res katakan lagi lalu berusaha berdiri. Hanya saja Yuji menahannya, buat Res terduduk lagi.

Sebenarnya Res bisa saja berlari, tapi seperti yang dikatakan tadi kalau ia tak sepenuhnya bisa menolak. Yuji juga sama sudah siapkan diri baik-baik supaya bisa bermain lama-lama. Tujuannya" Agar Resha hamil, dan tak akan meninggalkan dirinya saat ia memberitahu kalau Res hanya akan dijadikan istri simpanan saja. 

Yuji paksa Res, bagaimanapun dia laki-laki yang punya tenaga yang lebih kuat. Tangannya meremas dada Res, tangannya memilin, lalu dimainkan dengan lembut bagian yang sensitif, hinga buat Res tanpa sadar mendesah. Yuji tersenyum di salah satu sudut bibir. Gadisnya sudah takluk.

"Aku bilang jangan dilawan sayang," kata Yuji saat tangannya ditahan saat  hendak meraba bagian bawah tubuh Res.

"Mas, jang--- ahh Mas," desah Res tak kuasa saat tangan pria itu berhasil menelusup ke dalam bagian tubuhnya.

"Res, sayang, kamu jangan gini ya?" Yuji lalu dekatkan bibirnya ke telinga Res. "Kamu udah siap sayang, hmm?"

Yuji terus menggoda, memaksa hingga buat Resha takluk dan akhirnya pasrah. Tubuh gadis itu sudah terlanjur menuntut lebih akibat obat yang ia minum, membuat dirinya tak bisa mengendalikan pikirannya dan atur tubuhnya lagi.

Yuji terus buat stimulus, ringan hingga buat Res meremas rambut pria yang menelusup di bawah tubuh. Res desahkan nama Yuji dan sebut panggilan berkali-kali, setiap kali rasa nikmat menjalar hingga buat tubuhnya terus saja meronta dan minta lagi. Pakaiannya lama-lama tanggal semua, Yuji bahkan bisa melihat rambut hitam panjang yang selama ini selalu Res tutupi. Meski ia terus memberontak, tapi perlahan semakin lemah, ia kalah dengan hasratnya sendiri.

Yuji tau kekasihnya telah siap dalam permainan inti yang sengaja ia buat sedikit lambat. Ingin semua siap saat Res lakukan pertama kali, agar tak terlalu menyakitkan.

"Sayang," sapa Yuji dalam tatapan nanar Resha pada dirinya.

Kemudian suara kecupan terdengar, Yuji sengaja kecupi wajah Resha hingga bibirnya berkali-kali. Seraya mencoba mulai memasuki Res dengan perlahan. ia lalu terhenti setiap kali, erangan kesakitan terdengar, tak tega,  juga tak tahan buat dirinya dilema.

"Tahan sebentar ya? Hmm?" Yuji berkata, diikuti kecupan lagi, lagi memilin dan menyesap layaknya bayi pada kekasihnya. Bangkitkan lagi gairah yang akan menutupi rasa sakit yang mungkin akan Res terima nanti.

Tangan Res cengkram punggung Yuji, memekik perlahan saat  Yuji berhasil melakukan hal yang diinginkan. Namun Yuji masih belum berani bergerak lagi. Ia begitu menyayangi Res. Hingga ingin lakukan semua sebaik mungkin. Setelah tak terasa Res mulai tenang, Yuji mulai bergerak perlahan, ia melihat noda merah di sela pergerakannya. Hatinya berseru senang di antara gejolak jiwa biadab yang ia lakukan saat ini.

"Sakit? hmm maafin aku." Yuji bertanya lalu kecup bibir res lembut. Ia lalu hapus bulir air mata yang menetes dari sudut mata wanita yang kini ada di bawahnya, sambil menutup wajah.

Yuji tau Resha tengah dilema akan perasaannya. Marah, kecewa sementara tubuhnya menginginkan sentuhan. ia juga kini setengah tak peduli, tujuannya adalah menghamili Res, dan obat yang ia minum tadi bisa membuatnya tegak berkali-kali.

Tubuh Yuji menegang, bersamaan dengan Resha yang entah sudah berapa kali. "Ash! Shit! Hmph," erang Yuji tertahan. "Shit! sayang," pekiknya setelah desakan klimaksnya.

Seharian itu, Yuji terus memaksa Resha, bahkan ketika gadis itu terlelap dan kelelahan. Yuji tetap memaksakan napsunya. Mereka melakukan dari siang hingga malam saat Res benar-benar tak bisa menyadarkan dirinya. Yuji selimuti tubuh Res, lalu berjalan ke luar kamar. Ia sengaja mengunci pintu kamar agar Res tak keluar atau melarikan diri sementara ia akan memesan makan malam. Meskipun jelas itu tak mungkin terjadi. Karena tubuh Res sangat kelelahan.

Ia mengambil ponsel yang berada di tas miliknya. Melihat nama Hera dan juga ibu dari Resha yang menghubungi. Yuji memutuskan untuk menghubungi Intan, salah satu kaki tangannya.

"Kamu bantu saya, bilang ke nomor yang hubungi nanti kamu Hera adik sepupu saya dan Resha sekrang tidur setelah seharian jalan-jalan sama kamu.' Yuji memerintahkan.

"Baik Pak," sahut intan.

Yuji lalu dengan segera menghubungi Ratih dan menyambungkan panggilan konfrensi. Sengaja ia melakukan panggilan langsung dari ponsel.

"Halo assalamualaikum bu?" sapa Yuji.

"Waalaikum salam Nak, kalian mau pulang jam berapa?"

"Ah, ini Resha udah tidur. Karena tadi aku mampir ke rumah saudara Bu. Seharian dia jalan-jalan sama Res. Jadi sekrang sama Res, tunggu sebentar biar dia ngomong sama ibu," kata Yuji.

Kemudian setelah itu terdengar suara Intan yang berbicara. "Bu, maaf baru bisa kasih tahu. Tadi saya sama Res jalan-jalan seharian. Kita ngobrol banyak, kayaknya Res kecapean banget setelah pulang langsung tidur tadi." Intan berkata kepada Ratih.

"Di sana Res tidur sama siapa?" tanya Ratih lagi.

"Tidur sama saya bu. Kebetulan ini lagi main di rumah saya ada Ibu saya sama adik saya juga perempuan." Intan berkata dengan luwes sekali seperti sudah terbiasa.

"Oh ya sudah kalau kayak gitu. berarti pulangnya besok ya?" Ratih bertanya lagi.

"Iya Bu, mungkin besok siang. Saya bakal jagain Res supaya nggak macam-macam sama Mas Yuji." Intan berkata lagi berusaha untuk membuat Ratih lebih tenang. Apalagi dengan iming-iming kalau ia akan menjaga Res.

"Ya udah kalau begitu. Nanti tolong kabarin mereka pulang jam berapa ya. Kalau gitu Ibu titip anak ibu ya," ucap Ratih. "Bilangin sama Yuji Besok jangan pulang terlalu malam."

"Baik Bu besok saya sampaikan ke Mas Yuji." Intan menjawab kemudian panggilan segera dimatikan oleh Ratih.

"Sudah pak," kata intan setelah panggilan dimatikan.

"Berarti untuk besok kamu anterin saya sampai ke rumahnya Res. Kamu harus aku lagi sebagai Hera." Yuji memerintahkan kepada Intan.

"Baik Pak. Oh iya, tadi ibu Hera menghubungi katanya Raja sakit." Intan memberitahu.

"Oke biar saya telepon dia nanti," kata Yuji lagi lalu dengan segera mematikan panggilan.

Setelah mematikan telepon dari Intan. Yuji segera melangkahkan kakinya ke dapur seraya menghubungi Hera. Kemarin saat ke Jakarta, ia memang tak sempat memberitahu kepada putranya itu. Sengaja langsung pergi karena tak mau berlama-lama, Biasanya kalau meminta izin terlebih dahulu Hera pasti melarang. Baiknya pergi tanpa persetujuan.

"Kamu ke mana aja sih? Kamu nggak tahu kalau Raja lagi sakit? Tanggung jawab kamu sebagai ayah ke mana sih?" Hera segera membombardil Yuji dengan pertanyaan.

Dengan pertanyaan dari Hera membuat Yuji tersenyum di sudut bibirnya merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu. "Ayah?"

"Enggaknya kamu bisa kasih tahu aku kalau kamu pergi." Hera berkata lagi kepada Yuji.

"Aku ijin ke kamu? Memangnya kamu nanti memperbolehkan? Selama ini aku sudah minta izin berkali-kali untuk pulang ke Jakarta nemuin ayah aku, apa kamu mengijinkan?" Yuji bertanya lagi kepada Hera. Sang istri memang berlebihan. Bahkan tak diperbolehkan untuk menemui kedua orang tuanya.

"Aku kayak gitu karena semua demi raja. Raja enggak bisa jauh-jauh dari kamu." Hera katakan lagi.

"Terserah kamu. Sekarang Raja mana?" tnya Yuji.

"Kamu ngapain tanya dia sekarang? Ya Dia pasti udah tidur lah."

"Ya udah kalau gitu aku bakal hubungi besok pagi." Yuji kemudian segera mematikan panggilan tak peduli dengan teriakan Hera dari balik telepon.

Pria itu lalu menunggu makanan online yang ia pesan. Sengaja memesan nasi dan mie goreng kesukaan dari Res. Saya juga memesan beberapa minuman hangat untuk kekasihnya itu. Res suka kopi panas, berharap kalau meminum kopi akan membuat mood-nya semakin lebih baik.

Setelahnya Yuji memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Untuk membuat dirinya semakin merasa lebih segar setelah pergumulan yang tadi ia lakukan. Setelah selesai dan berganti pakaian ia kembali ke kamar.

Res masih terlelap, kantung matanya sedikit bengkak akibat menangis tadi. Yuji hela napas, sejujurnya di dalam hati merasa bersalah sekali. Hanya saja ia takut kehilangan Res. Semua ia lakukan agar mereka bisa bersama.

Pria itu lalu membelai lembut rambut dan wajah kekasihnya yang tengah memejamkan mata. "Maafin aku ya?" Setelahnya ia mengecup kening Res.

Rambut panjangnya sedikit menutupi wajah, tubuhnya juga demam setelah ia setubuh berkali-kali, pipinya memerah karena demam yang ia rasakan. Setelah cukup lama memerhatikan wajah Resha, Yuji kemudian memutuskan untuk membangunkan gadis itu.

"Res, bangun kita makan dulu yu?" ajak Yuji lembut sambil membelai lembut wajah Resha.

Perlahan Res membuka matanya yang berat. Ia memalingkan tatapannya. Ada rasa benci yang ia rasakan. Yuji tahu dan paham betul, maka kali ini ia harus bersikap lebih baik lagi agar dimaafkan.

"Makan ya?"

Res berusaha duduk, merasakan bagian intimnya yang ngilu, juga seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Bahkan ia harus melenguh beberapa kali untuk sekedar duduk saja. Yuji membantu, hanya saja terus ditepis.

"Aku minta maaf, aku cuma enggak mau kehilangan kamu."

"Jadi Hera itu bener istri kamu Mas?"

"Dia cuma adik aku. Kamu udah ketemu dia kan?" Yuji mengelak tak akan membiarkan Resha mengetahui rahasianya.

Res terkekeh kecil, lalu berusaha menutup tubuhnya yang masih belum mengenakan pakaian. Ia berusaha turun dari tempat tidur, dengan sebelumnya mengambil pakaian.

"Di kamar mandi ada baju yang bisa kamu pakai. Aku sudah beli untuk kamu jauh sebelum kita ke sini. Aku beli beberapa supaya—"

"Sejauh itu kamu persiapkan semua?"

"Aku enggak ada niat untuk ngelakuin ini semua. Sebelum —" Yuji terhenti tak mungkin ia katakan kalau semua karena Hera menghubungi Resha.

"Sebelum istri kamu hubungi aku?" tanya Resha.

"Enggak Res, kamu enggak percaya sama aku?"

"Enggak," sahut Res cepat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top