18

Res sudah selesai dengan kegiatannya. Ia kemudian duduk di sofa  menikmati waktu dengan menonton televisi. Wanita itu duduk lalu mengusap-usap bagian perutnya. Senang sekali mebayangkan ada janin yang kini tumbuh di dalam tubuhnya.

"Sehat-sehat ya sayang, bantuin ibu di sini jangan rewel ya?" Res bergumam pada sang buah hati.

Kemudian teringat akan niatnya untuk menghubungi Jun dan bertanya mengenai rumah sakit ibu dan anak. Ia mengambil ponsel miliknya yang berada di saku daster yang ia kenakan. Lalu mengirimkan pesan pada Jun.

Resha:
Assalamuallaikum mas Jun.
Maaf aku mau tanya, apa Mas tau rumah sakit ibu dan anak di sekitar apartemen?

Jun:
Waalaikumsalam Cha. Tau kok sering lewat kalau ke resto.
Mau periksa kamu?

Resha:
Iya, aku mau cek kehamilan.
Mas tau alamatnya? Atau nama rumah sakitnya? Biar aku nanti pesan mobil online.

Jun:
Cha, gimana kalau aku anatar kamu?
Kebetulan kerjaan aku kan ngurus resto aja dan enggak harus stay.

Resha:
Nanti aku ngerepotin kamu mas.
Lagian aku kemarin udah liat- liat cara pesan ojek online.

Jun:
Aku antar, aku udah janji sama Indah mau jagain kamu. Mau ke sana jam berapa?

Resha:
Sebentar lagi Mas, aku barus selesai beberes rumah.

Jun:
Kabarin aku kalau kamu udah mau siap, sekitar lima belas menit dari sini ke apartemen. Okey?

Resha:
Makaasih ya Mas, udah mau direpotin.

Jun:
Sama sekali enggak repot.
Aku kan udah anggap kamu adik aku.

Jun saat itu sedang berada di ruangannya. Duduk seraya mengecek data keuangan dari tiga restoran miliknya. Saat ini ia berada di cabang utama di sini sekaligus menyatu dengan kantor di lantai tiga dan gudang bahan makanan di ruangan yang berada di belakang restoran.

Setelahnya ia berjalan ke dapur. Ada dua koki utama di sini.  Ada Ibu Yah dan juga Pak Sarpin yang menjadi koki masakan Korea. Pak Sarpin lama bekerja di Korea bagian dapur dan membantu koki.

Bukan hanya itu, karena lidahnya terbiasa dengan makanan negeri ginseng itu, membuat restoran milik Jun memiliki menu dengan cita rasa otentik Korea. Itu yang menjadikan restoran miliknya menjadi salah satu yang digemari kalangan anak muda. Selain itu harganya juga terjangkau.

Jun duduk di kursi, di dapur seperti biasa ia berniat untuk menikmati sarapan. Sekaligus mengecek rasa menu hari ini. Yah sudah menyiapkan. Tau betul, kalau  Jun di kantor, berarti ia sarapan di sini. Entah jam berapa, tapi pasti sepeti itu.

"Udah selesai Mas kerjanya?" tanya Yah kepada sang atasan.

Jun gelengkan kepala, tangannya sudah memegang sumpit besi bersiap menikmati santapannya. "Belum Bu, mau anterin temen. Mau ke rumah sakit ibu dan anak katanya,' jawab Jun lalu menikmati santapannya.

"Memangnya enggak bersuami?' tanya Pak Sarpin kemudian mendapat pukulan dari Yah merasa suaminya itu terlalu banyak ikut campur.

"Ada, cuma suaminya kerja di luar negeri. Sama kayak ibu sama Bapak dulu. Ketemu pas nikah aja kemarin semingguan kayaknya," Jun menjawab berdasarkan informasi yang diberikan oleh Indah.

Jun teringat akan Cerita Yah dulu saat baru bekerja. Kalau mereka terpisah jarak dan waktu. Karena Sarpin harus bekerja di Korea Selatan dulu.

"Tapi alahamdulilah top cer ya, itu bisa jadi hamil. Saya ketemu Yah beberapa kali baru jadi pertemuan ke dua waktu saya udah nikah tiga tahun." Sarpin jadi merasa gagal karena gagal menghamili dalam usaha pertamanya.

"Namanya rejeki Pak. Semua beda- beda dapatnya. Jangan disesali, mau cepat atau lama yang penting dapat keturunan. Alhamdulilah kan?" tanya Jun kemudian tersenyum menunjukkan senyuman manis yang membuat dua lesung pipinya terlihat.

Jun tersenyum  dengan keakraban dan romantisme yang terjadi di antara Yah dan juga Sarpin. keduanya memang sering bertengkar, tapi tak melunturkan kemesraan yang terjalin.

Sementara keduanya kembali dengan rutinitasnya. Jun kembali menikmati santapannya. Nasi goreng kimchi yang ia nikmati dengan telur mata sapi setengah matang, ditambah juga bulgogi yang disajikan terpisah, lalu segelas teh olong dingin sebagai penghilang dahaga.

"Aku jalan ya Bu. Masakannya selalu sama, TOP." Jun memuji kemudian meletakan piring yang sudah ia gunakan ke belakang.

Di bagian belakang, tempat persiapan sayur dan pencucian piring ada Rara dan Danu yang sibuk dengan kegiatan mereka. Jun kemudian meletakan piring yang telah ia gunakan.

"Eits, sarapan Mas?" sapa Danu.

"Iyes, udah pada sarapan?" tanya Jun.

Rara dan Danu anggukan kepalanya. Pagi tadi menyantap nasi hangat dengan beberapa menu sisa kemarin. Karen Jun meminta semua masakan harus fresh. Jadi ia meminta yang tak terjual dibuang saja atau disantap oleh para karyawan tak masalah jika masih bisa di makan.

Dan Sarpin juga Yah sering kali menyimpan ke frezeer dan dijadikan santapan pagi para karyawan di sana. karena rasanya yang masih enak dan juga masih sangat layak untuk di makan.

"Sudah Mas," sahut Rara.

"Titip resto ya," kata Jun kemudian berjalan meninggalkan keduanya dan berjalan ke luar ruangan.

Jun menuju tempatnya memarkirkan mobil, padahal Res belum menghubungi dirinya. Setelahnya, Jun melajukan mobil menuju apartemen. Jun takut, jika mendekati waktu makan siang akan ramai dan membuat mereka terkena kemacetan.

Baru saja akan menyalakan mobil, ponsel miliknya berdering. Pesan dari Res, pria itu segera membuka dan membaca pesan yang ia terima.

Resha:
Mas aku udah mau selesai.

Jun:
Ok, tunggu ya aku OTW.

Jun tersenyum setelah membaca dan membalas pesan yang ia terima. Setelahnya segera melajukan mobil miliknya menuju apartemen Resha.

Resha juga tak banyak mempersiapkan diri. Bulu matanya sudah lentik, alisnya sudah rapi tanpa perlu di rias. Sengaja hanya memoles bibirnya dan sedikit membuat wajah pucatnya sedikit merona. Setelahnya ia berjalan ke luar apartemen. Melangkahkan kakinya menuju lantai bawah untuk menunggu Jun. Karena tak enak jika membuat Jun harus menunggu lama nanti.

Setelah menunggu Jun menghubungi ia mengatakan sudah masuk ke apartemen Res. Dan Res segera berjalan ke luar menuju pintu utama. Mobil Jun masih harus sedikit memutar sebelum akhirnya berhenti tepat di depan Res. Wanita itu segera berjalan masuk ke dalam mobil.

"Hola Mas, assalamualaaikum," sapa Res, dan buat Jun tersenyum cerah, menggemaskan menurutnya. Seperti adik kecil yang manja dan menggemaskan?

"Hmm, hola Cha, waalaikumsalam," sapa Jun sambil memerhatikan Res yang tengah memakai sabuk pengaman. "Bisa?" tanya Jun.

Res anggukan kepala. "Bisa," jawabnya kemudian duduk dengan nyaman setelah terpasang dengan baik.

Jun segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit ibu dan anak. Seperti janji mereka tadi.

"Udah sarapan cha?" tanya Jun.

"Alhamdulilah udah Mas. Mas Jun?" tanya resha.

"Alhamdulilah juga udah."

Di dalam mobil, keduanya banyak membicarakan tentang masa lalu yang mereka lalui bersama. Menyenangkan sekali rasanya bisa membahas masa lalu seperti ini. Banyak kisak kecil yang sulit untuk dilupakan. Apalagi Resha dan indah dulu terkenal dengan kelakukan mereka yang tomboy. Sama- sama hobi mencuri mangga dan rambutan.Dan kini mereka sama- sama telah menjadi seorang istri. Indah bahkan telah menajdi seorang ibu dan Resha akan menyusul.

Perjalanan mereka tak terlalu lama meskipun sedikit terjebak kemacetan tadi. Lalu Jun mengantarkan Res masuk untuk memeriksakan diri.

"Aku mau ambil uang dulu Mas."

Jun menatap tanda lokasi, ia lalu menemukan arah ATM yang berada di sana. "Di sana Cha."

Keduanya kemudian berjalan menuju ATM. Setelah sampai, Res menatap dompet miliknya. Ia memilih untuk mengambil uang dari tabungannya sendiri. Rasanya tak tega untuk memakai uang pemberian sang suami. Ia akan menyimpan jika benar-benar dibutuhkan.

Setelahnya melakukan pendaftaran. Res mendapatkan beberapa pertanyaan. Seperti kapan terakhir kali menstruasi dan sebagainya. Setelahnya dipersilahkan menunggu. Siang ini tak terlalu ramai, sepertinya sudah banyak pasien yang datang pagi tadi.

Res memainkan jemari tangannya, merasa gugup karena ini adalah pertama kalinya ia melakukan pemeriksaan. Jun menatap kecemasan yang kini dirasakan oleh Resha.

"Cha?" sapa Jun dan buat Resh menoleh.

"Ya mas?' tanya Resha.

"Semuanya bakal oke kok jadi tenang ya?" Jun katakan itu agar Res tak terlalu cemas.

"Aku takut aja sedikit Mas. Soalnya ini pertama kali aku pemeriksaan."

"Jangan takut, jangan gugup. tenang aja."

'Ibu Resha' panggilan tersengar.

"Aku masuk dulu ya Mas?" pamit Res lalu Jun anggukan kepala.

Pemeriksaan dilakukan sang dokter melakukan tanya jawab sekilas dengan Res seraya membaca data pemberian sang suster. Setelahnya sang dokter meminta agar res rebah di tempat tidur. Persiapan untuk melakukan USG.

Dadanya berdebar, penasaran sekali dengan janin dalam kandungannya ini. Sebuah bulatan hitam dari layar ditunjukan oleh dokter.

"Tujuh minggu usia kehamilannya ya Bu. Janinnya sehat," ucapan Dokter Yani memuat perasaan Reres sedikit merasa lega.

"Alhamdulilah."

Pemeriksaan hari ini membawa rasa haru dan bahagia bagi Res. Perasaannya menghangat setelah pemeriksaan tadi. Jadi senang dan bahagia sekali rasanya. Setelah mendapatkan buku merah, muda dan juga hasil USG segera ia berjalan ke luar.

Jun tersenyum ketika melihat Res yang ke luar dari ruangan dengan senyuman yang merekah dari bibirnya. "Gimana?" tanya Jun.

"Alhamdulilah sehat Mas," jawab Res lalu menunjukkan hasil USG seraya berjalan ke luar bersama Jun. "Lihat Mas, ada yang mungil begini dalam perut aku.'

Jun menatap dengan bingung. "Ini Cha?" ia menunjuk lingkaran hitam itu.

Resha anggukan kepala. "Iya itu, lucu ya sebesar buah ceri mungkin?" Res lalu membuat lingkaran dengan ibu jari dan telunjuknya. Dan menunjukkan pada Jun. "Segini Mas?"

Jun benar- benar jadi gemas sendiri dengan tingkah yang ditunjukan oleh Res. "iya, kamu harus sehat- sehat dan makan yang cukup. Makan buah dan sayur. O iya makan sayuran dan buah."

Res anggukan kepala. "Makasih mas, hari ini mau anterin aku."

"Sama- sama. Kamu mau ke resto aku enggak? Kamu belum makan kan? Mau nyobain teok sama kimbap enggak?" tanya Jun.

Res menatap dengan antusias selama ini ia hanya menatap semua itu dari  layar ponsel. Semua dari drama yang ia lihat. "Mas jual juga?"

"Iya, aku jual semua makanan Korea. Yang masak orang Indo sih, tapi dia lama kerja di Korea dan sudah hapal betul gimana masakan di sana. Jadi rasanya  memang pasti otentik banget Korea. meski ada beberapa menu yang harus dirumah karena menurut aku, rasanya akan aneh di lidah orang sini." Jun menjelaskan sementara Res menatap dengan sangat antusias.

"Wah, aku enggak sabar mau nyobain."

Jun senang sekali dengan atensi yang diberikan oleh Res. Sejak dulu memang paling bisa menghargai orang lain dan itu yang membuat Jun menyukai Resha.

Mobil Jun kini membawa Res menuju restoran miliknya. Setelah tiba mereka masuk melalui pintu belakang. Saat itu aroma masakan menyeruak. Anehnya, Res sama sekali tak merasa mual. Jun masuk ke dalam bersama Res terlihat Yah dan Sarpin yang tengah sibuk memasak. Sebagian menu memang disajikan fresh dan di sini ada sekitar empat belas karyawan.

"Di ruangan aku aja ya? Di sini panas." Jun menawarkan.

"Di sini aja boleh Mas?" tanya Res karena ia senang sekali melihat Yah dan juga sang suami yang memasak.

"Panas lho," sahut Jun lagi.

"Enggak kok Mas," jawab Res.

Jun anggukan kepala lalu memesan makanan untuk Res. Yah dan Sarpin menoleh menganggukan kepala, yang juga dibalas oleh Res dengan anggukan. Jun kemudian mengambil teh olong tawar hangat. Ia menatap pada Res bertanya ingin manis atau tawar tanpa suara. Res menjawab tawar dan Jun segera mengantarkan.

"Ini minumannya Bu," katanya.

"Makasih Mas, kamu mau kemana lagi?" tanya Res.

"Sebentar aku mau ambilin kamu es krim. Mau?"

Res anggukan kepala dengan yakin. Jun lalu meninggalkan Res dan mengambil es krim di depan. Res meneguk teh hangat yang disajikan Jun. Lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Hari ini belum ada pesan masuk lagi dari Yuji. Dan ia hanya hela napasnya sedikit kecewa.

Resha:
Sudah makan siang Mas? Jangan lupa minum air putih ya?

Res terdiam sejenak dan memehatikan, hanya saja pesan yang ia kirim bahkan hanya terceklist satu. Belum terkirim.  Saat itu Jun datang membawakan es krim rasa vanilla kesukaan Resha.

"Kesukaan kamu masih sama kan?" tanya Jun yang segera dijawab dengan anggukan kepala oleh Res.

"Makasih ya Mas," ucap Res.

"Sama sama," sahut Jun kemudian juga mengambilkan tisu karena es yang cepat meleleh. "Ini," kata Jun seraya menghapus es yang meleleh ke pergelangan tangan Res.

Res terkekeh. "Aku masih suka belepotan kayak dulu ya Mas?"

"Di sini agak panas jadi ya memang cepat meleleh." Jun menjawab sambil menghapus lagi es krim yang meleleh sampai kemudian Res yang menghapus lelehan es krim itu.

"Makasih Mas," ucap Res lagi.  Ia kesal lalu malah mengigit es krim dengan cukup banyak dan membuat pipinya meggembung.

Res memekik karena, kepalanya mendadak seperti dapatkan sengatan listrik sesaat karena efek dinginnya es. Dan Jun terkekeh melihat kelakuan Res.

"Pusing kamu nanti Cha," kata Jun.

"Biar enggak meleleh Mas," jawab Res sambil menikmati kembali es krim miliknya.

Lelehan es krim berada di sudut bibir Res. Jun segera mengambil tisu, mengarahkan tangannya ke bagian sudut pipi kiri Res, hanya saja pergerakan tangannya terhenti. Ia ingat tak bisa menyentuh Res sembarangan. Sang adik kecil yang menggemaskan kini sudah menjadi istri orang.

Jun menyerahkan tisu di tangannya. "Di pipi kamu tuh ada es krim.''

Res mengambil tisu dari tangan Jun kemudian menghapus noda es krim. Jun menatap pada jam di tangan biasanya makanan di sajikan tak lebih dari sepuluh menit. Ini sudah melewati waktunya. Jun heran dan ia haru mengecek itu.

"Tunggu ya," kata Jun kemudian berjalan menuju dapur.

Jun masuk ke dapur dan melihat Yah yang tengah memotong. "Rara mana?" tanyanya sedikit kesal.

"Rara mendadak ke rumah sakit Mas, kakinya sama tangannya ke siram minyak tadi Danu yang nganterin." Yah memberitahu.

"Inalilahi, Kok enggak ada yang kasih tau saya?" tanya Jun lagi.

"Danu katanya udah hubungin Mas tapi enggak aktif." Sarpin menjawab sambil terus memasak.

"Terus yang bantu Ibu Yah buat siapin bahan sama piring siapa?" tanya Jun cemas karena pasti keteteran.

"Kenapa Mas?" tanya Res yang ternyata mengikuti karena mendengar Jun yang kesal.

"Anak buah ku yang satu kesiran minyak, yang lain nganterin belum balik. Kamu tunggu di sana aja ya. Aku bantu dapur sebentar."

"Biar aku bantu Mas? Hmm?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top