16

Yuji bergerak gelisah di ruangannya. Ini adalah pertama kalinya Res mengatakan hal seperti itu. Yuji bertanta- tanya, apa sang istri kini mulai kehilangan kepercayaan padanya? Res curiga? Yuji takut, takut kalau Res benar- benar memikirkan hal itu. Padahal bukankah itu wajar karena mereka berjauhan?

Yuji berjalan ke luar ruangan, berjalan ke arah  sekretarisnya yang tengah mengerjakan laporan. Rolan menatap pada Yuji.

"May i help you Sir?" tanyanya.

"I have a schedule tomorrow?" tanya Yuji lagi. Apalah ia memiliki jadwal penting besok. Padahal ia sudah tau kalau besok ada rapat penting.

Roland menatap pada kertas note yang tertempel di mejanya. "This week your schedule is full of meetings and meetings, except Saturday and Sunday."

Yuji memijat kepalanya, ia ingin bisa ke Indonesia sekarang juga, tak bisa seperti ini. Semua penuh dengan pertemuan dan rapat, sabtu dan minggu sudah pasti ia harus menemani sang ayah mertua. Jadi kepikiran sekali, karena tak bisa bicara langsung dengan Res.

Roland menatap kegelisahan sang atasan. "Do you want to know, your free time Sir?"

"Yes, next week. Minggu depan, tolong." Yuji anggukan kepalanya, tentu saja ia ingin tau kapan waktu libur tanpa pertemuan. Apalagi ini mendekati hari- hari terakhirnya di perusahaan agaknya akan banyak pertemuan yang akan ia lakukan sampai akhir jabatan. Sementara Roland kini sibuk menatap pada layar laptop di hadapannya.

"I'm sorry, but for the next month, you have some important meetings. Also next week you have to go to  Malaysia. There will be new partnerships with local companies."

Yuji mengaruk ujung pelipis matanya. baru kali ini ingin sekali kembali seperti ini. "Please check. Maybe i have scheduled meeting can be canceled?"

Roland kembali menatap pada layar laptop miliknya setelah Yuji meminta agar ia mencari pertemuan yang bisa dibatalkan. Roland tak menemukan pertemuan yang bisa di cansel. Semua Yuji tandai dengan pena merah dan itu artinya adalah penting, mendesak. dan tak bisa dibatalkan. Yuji memang sengaja melakukan itu karena berpikir kalau ia harus menyelesaikan semua dalam waktu dekat dan itu akan mebuatnya bisa kembali ke Indonesia lebih cepat.

"I don't think so, sir. All schedules, you mark them with a red pen." Roland menjawab

"Okay, thanks." Yuji kemudian kembali ke dalam ruangannya. Ia berjalan dengan cepat menatap pada layar ponsel. Ingin Menghubungi Res, tapi ia tau menghubungi Resha saat ini adalah hal yang sia- sia. Biasanya sang istri butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia mencoba menghubungi Intan, hanya saja panggilan tak diterima.

"Ke mana lagi Intan?!"

Sementara itu, Res duduk di ruang makan seraya menikmati teh yang ia buat tadi. Sesekali menyeka air matanya dengan tisu. Ia benar-benar marah dan kesal dengan Yuji. Res paling kesal saat ia tak dipercayai. Dan apa yang dilakukan oleh Yuji tadi benar-benar membuat dirinya marah.

Saat itu Intan sudah pulang dari membeli tespek. Ia juga membeli  sarapan dan beberapa kudapan untuk dinikmati oleh Res. Wanita itu berjalan ke dapur kemudian menatap kepada atasannya yang tengah menunduk. Terlihat sekali kalau saat ini Res sedang menahan diri untuk tak menangis hanya saja air matanya terlihat terus keluar.

Intan kemungkinan berjalan dan duduk di samping Resha. "Pak Yuji sudah nelpon Bu?"

Res menganggukkan kepalanya ia memilih tak menjawab karena jika ia membuka mulutnya sepertinya akan menangis. Sementara dari jawaban yang diberikan membuat Intan tahu kalau masalahnya pasti karena Yuji.

"Mbak Intan tahu tentang ibu Hera?" Tiba-tiba pertanyaan itu begitu saja terlontar dari bibir Res.

Intan menganggukkan kepalanya. "Apa Pak Yuji sudah cerita semua ke ibu?" Dirinya harus memastikan dulu apakah Res sudah mengetahui semua dari Yuji sebelum ia memberitahu kebenarannya. Karena ia tahu pasti akan ada banyak pertanyaan yang terlontar.

"Mas bilang kalau dia nikah kontrak sama Hera karena saudara kembarnya. Aku percaya Karena tahu kalau Mas Yuji bukan seorang pembohong. Sebenarnya mau nggak cemburu Mbak, tapi gimana pun aku ini perempuan. Apa semua yang dibilang Mas Yuji itu benar?"

"Yang saya tahu memang benar Bu. Karena kebetulan saya memang udah kerja sama lama sama Pak Yuji. Sebelumnya ibu saya memang kerja jadi perawat untuk jagain Pak Andre, ayahnya Pak Yuji. Kemudian saya tinggal di Malaysia sampai beberapa tahun dan sempat ikut juga di Singapura. Tapi harus kembali ke Indonesia untuk mengurus beberapa keperluan di sini." Intan menjelaskan dan ini adalah usahanya juga untuk membantu Yuji untuk menenangkan Res.

Res anggukan kepala. "Berarti Mbak Intan juga pernah ketemu sama Mas Yudha?"

Intan lagi-lagi menganggukan kepalanya. "Saya udah pernah beberapa kali ketemu sama Mas Yudha." Wanita itu kemudian mengambil ponsel miliknya. Ia Menatap layar ponselnya beberapa saat kemudian menyerahkan kepada Res. "Ini ada foto Mas Yudha dan Pak Yuji."

Res menerima ponsel yang diberikan oleh Intan ia menatap dua orang dengan wajah yang sama di sana. Salah satunya tak tersenyum mengenakan setelan jas lengkap, sementara di sisi sebelah kiri seorang pria mengenakan hoodie berwarna hitam dengan senyum yang khas.

"Yang pakai hoodie ini Mas Yuji kan?"

Intan tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. "Itu benar Pak Yuji. Dulu dia ceria banget, setelah beberapa tahun menikah dan juga Setelah meninggalnya Mas Yudha jadi sedikit berubah. Jadi sedikit keras mungkin merasa tertekan juga. Dan setelah sama ibu, saya baru bisa ngerasain Pak Yuji yang dulu." Intan kemudian menggenggam tangan wanita di hadapannya tahu betul situasi ini begitu sulit untuk Res.

Apa yang dikatakan Intan buat Resha terdiam. Ia memikirkan bagaimana hidup sang suami di Singapura? Mendengar apa yang dikatakan Intan, Yuji pasti sangat tertekan dengan hati harinya di sana.

"Saya ingin bicara ini sebagai teman. Bukan sebagai seorang bawahan. Saya percaya kalau cuman kamu yang bisa membuat Pak Yuji bahagia. Selama ini saya udah anggap dia sebagai adik saya sendiri. Selama ini Pak Yuji juga begitu perhatian sama keluarga saya. Dia orang yang baik, hanya terjerat dalam masalah yang seharusnya bukan dia yang ada di sana." Intan katakan itu ingin juga mengurangi beban pikiran Res. Dengan itu berharap hubungan keduanya akan lebih baik.

Res terdiam, "boleh aku tanya satu lagi mbak?"

"Boleh, silakan."

"Hubungan Mas Yuji sama Hera, seperti apa?"

"Sampai terakhir saya kembali ke Indonesia nggak ada yang berubah. Ibu Hera cuek, bahkan ke anaknya sendiri yang jelas-jelas anak dari laki-laki yang sangat dia sayangi. Ibu Hera cuek, bisa dibilang dia perempuan yang independen dengan sangat modern. Ya, meski itu bukan alasan untuk menjadi cuek dengan anak sendiri. Berbeda sama Pak Yuji dia selalu punya waktu untuk Raja. Dan itu yang buat keduanya sangat dekat."

Res cukup puas mendengar penjelasan yang diberikan oleh Intan. Setidaknya semua sama dengan apa yang diceritakan Yuji kepada dirinya. Meskipun saat ini ia masih kesal dan belum bisa untuk dihubungi oleh Yuji menunggu emosinya sudah benar-benar turun.

"Makasih ya Mbak, udah kasih tahu ke aku tentang ini semua. Selama ini aku buta tentang Mas Yuji. Aku cuman tahu semua hal tentang dia, ya dari mulutnya sendiri. Aku cuman percaya sama pikiran aku kalau dia itu jujur," kata Resha.

Tentu saja dalam hal ini Intan mengerti betul. Karena memang hubungan keduanya dimulai dari hubungan jarak jauh, tanpa mengenal satu sama lain, dan hanya bisa berhubungan melalui panggilan ataupun video.

"Jangan terlalu sedih ya Bu. Sebentar lagi kan kontrak pernikahannya juga akan selesai." Intan mencoba untuk membuat Res menjadi semakin lebih tenang. Tentu saja karena dirinya tak tahu bahwa Yuji telah memperpanjang kontak pernikahan dengan Hera.

Intan mengetuk-ngetuk testpack yang berada di hadapannya. "Sekarang Coba Ibu cek dulu ini. Saya curiga kalau ibu hamil."

Res anggukan kepala. "Kalau mas telepon jangan bilang dulu kalau Mbak Intan curiga saya hamil ya?"

"Kenapa?"

"Saya takut malah ganggu kegiatannya dia di sana," ucap Res.

Intan kemudian menganggukkan kepalanya setuju. Res kemudian berjalan menuju toilet belakang. Sementara Intan menunggunya dan menyiapkan makanan yang sudah ia beli tadi sewaktu ke luar tadi.

Res membaca petunjuk dan segera melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Lalu dengan cemas menunggu perubahan pada tespek miliknya. Tentu saja akan menjadi hal yang sangat membahagiakan jika hasilnya adalah positif. Dirinya tahu kalau Yuji juga akan sangat bahagia untuk itu. Hanya saja ia takut kabar kehamilannya itu malah akan membuat pekerjaan Yuji berantakan.

Benar saja saat Res berada di dalam kamar mandi. Yuji menghubungi ponsel milik Intan. Ia ingin mencari tahu mengenai sang istri. Tadi sudah menghubungi bawahannya itu hanya saja panggilannya tak diangkat.

"Saya tadi hubungin kamu nggak diangkat?" Yuji segara bertanya saat panggilannya diterima.

"Maaf Pak, tadi Saya lagi di dapur. Ada apa ya pak?"

"Istri saya lagi apa? Dia Udah sarapan belum ya? Tadi kita agak berantem sedikit. Kamu tolong kabarin saya kalau dia udah terlihat lebih baik. Supaya saya bisa hubungin dia nanti." Yuji berpesan kemudian ia segera mematikan panggilannya bahkan ketika Intan belum menjawab semua pertanyaannya.

"Baik Pak,"

Kemudian Intan kembali menunggu ia penasaran dengan hasil dari tespek milik Res.  Saat itu Res berjalan ke luar terlihat begitu senang menghampiri Intan. Segera berdiri dari tatapannya saja ia sudah tahu bahwa hasilnya positif.

"Positif Bu?" Intan bertanya kepada Res yang segera dijawab oleh anggukan.

"Alhamdulillah Mbak. Allah kasih kepercayaannya cepat ke aku." Tak bisa menahan harunya ia kembali meneteskan air mata. 

Intan kemudian menggenggam tangan wanita di hadapannya. Mood dan perasaannya sangat berantakan dan sepertinya itu juga yang menyebabkan ia bertengkar dengan Yuji tadi.

"Pak Yuji pasti senang banget kalau denger ibu hamil. Langsung kasih tahu ya?" Intan meminta karena ia yakin sekali kalau atasannya itu akan sangat bahagia mendengar kabar ini.

Resha gelengkan kepalanya banyak hal yang ia pikirkan tadi sebelum akhirnya berjalan keluar untuk memberitahu Intan. "Jangan kasih tahu dulu ya mbak. Kayaknya Mas Yuji bakal sibuk banget Beberapa bulan ini. Aku takut malah dia buru-buru pengen ke sini dan kacauin kerjaannya."

Jelas Intan merasa heran mengapa harus begitu memikirkan pekerjaan Yuji dibandingkan dirinya sendiri. "Saya rasa nggak salah kalau Pak Yuji dikasih tahu kok Bu."

"Mas Yuji pasti akan buru-buru ke sini Mbak. Apalagi semalam aku dengar dia akan ada full rapat sampai bulan depan. Aku akan kasih tahu nanti setelah semua rapatnya selesai." Resha tak mau kegiatan Yuji terganggu. Ia akan memberitahu sendiri jika semua pekerjaan suaminya sudah selesai nanti.

Sebenarnya Intan merasa kalau Res terlalu memikirkan tentang Yuji dibandingkan dirinya sendiri. Padahal biasanya wanita itu cenderung egois bisa seperti ini. Selain Intan memang percaya kalau Yuji pasti akan buru-buru ke Indonesia setelah mendengar kabar ini.

"Jadi saya minta tolong ya mbak. Mbak Intan pura-pura aja nggak tahu. Biar urusan ini saya yang handle. Mas Yuji juga kalau nanti saat rapat malah kepikiran sama keinginannya untuk datang ke Indonesia." Res katakan itu. Ia tak ingin terlalu percaya diri dengan  berpikir kalau sang suami akan segera ingin buru-buru datang ke Indonesia setelah mendengar kehamilannya. Rasanya percaya kalau Yuji akan bersikap seperti itu dan hal ini yang sudah menjadi keputusannya.

"Baik, Bu."

Intan berada di apartemen Yuji sampai sore hari.  Dia bertanya kepada Res apakah mungkin Ia membutuhkan seseorang untuk tinggal di sana? Namun Res menolak dan berkata kalau ia lebih baik sendiri. Karena Intan juga memiliki keluarga yang harusnya urus. Intan juga memberitahu kalau sopir sudah disediakan dan tempat tinggalnya tak terlalu jauh dari apartemen jadi Res bisa menghubungi kapan saja.

Malam hari wanita itu merebahkan tubuhnya di tempat tidur seraya mengusap-usap perutnya besok niatnya akan datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan dan Intan akan menemani juga. Ia lalu menatap pada ponsel terlihat banyak pesan masuk dari suaminya yang terus saja meminta maaf.

Yuji
Maaf ya Res?
Sayang, maafin Mas Yuji ya?

Resha:
Iya aku maafin kamu mas.

Yuji:
Alhamdulillah akhirnya kamu balas pesan aku.  Udah makan? Intan masih di sana?

Resha:
Udah makan. Tadi aku sama Mbak Intan keluar cari makan. Kamu udah makan?

Yuji:
aku belum pulang, masih di kantor, baru aja selesai rapat sama beberapa karyawan ngebahas untuk rapat besok.

Resha:
Semangat Mas.
Semoga rapat kamu bisa berjalan dengan lancar.

Yuji:
Aamiin sayang. Jangan lupa kalau salat doain aku ya.

Resha:
Pasti Mas.

Yuji:
Aku dari tadi benar-benar ngerasa mau balik ke Indonesia deh. Bahkan setelah kamu maafin aku kayak gini aku malah mau ke sana terus. Tapi sampai bulan depan aku masih full sama rapat dan kerjaan. Kamu sabar ya? Aku pasti akan buru-buru menyelesaikan semua.

Resha:
Iya Mas. Aku akan sabar mungkin kamu di sini sambil ngedoain Semoga semua kerjaan kamu beres.

Yuji:
Jujur aku kangen banget sama kamu Res. Mau sama kamu, mau meluk kamu, mau cium kamu, mau cubit pipi kamu. Love you.

Resha:
Love you to mas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top