10

Pagi ini Hera sudah mengatakan kepada Yuji kalau ia yang akan membangunkan Raja nanti. Sesekali memang wanita itu membangunkan buah hatinya, meskipun Hera cukup kesulitan untuk membuat Raja bangun dari tidurnya. Hera melangkahkan kakinya dengan anggun menuju kamar Raja. Saat memasuki kamar itu masih gelap. Lalu ia menyalakan lampu kamar dan berjalan mendekat di buah hatinya itu.

"Ayo bangun nak. Baby, ayo bangun Sayang kamu harus berangkat sekolah," kata Hera berusaha untuk membujuk putra semata wayangnya itu untuk segera bangun dari tidurnya.

Namun tak ada pergerakan berarti yang ia dapat. Raja Bahkan tak bergerak dari lelapnya kemudian Hera berinisiatif untuk memeluk putranya itu dan menciumi setiap sisi wajah Raja. Tentu saja mendapat perlakuan seperti itu membuat Raja terganggu kemudian perlahan bangun dari tidurnya.

"Mami aku masih ngantuk." Raja protes karena ia masih merasa benar-benar mengantuk pagi ini.

"Tapi kamu harus bangun Sayang nanti kamu sekolahnya kesiangan."

Raja menggelengkan kepalanya kemudian semakin mengeratkan pelukannya kepada selimut yang ia kenakan. "Papi ada di mana?"

Terkadang Hera merasa kesal juga karena raja selalu saja bertanya tentang Yuji. Hera sadar betul kalau Yuji itu adalah saudara kembar dari mendiang kekasihnya. Tetapi kedekatan keduanya sepertinya lebih dari seorang paman dan keponakan. Dan itu adalah salah satu hal yang membuat Hera mempertahankan Yuji tetap berada di  sisinya.

"Kenapa sih kamu carinya Papi terus? Emangnya kamu nggak mau sama mami ya?" Hera bertanya ia berpura-pura kesal dengan pertanyaan Raja.

"Tapi biasanya yang bangunin Raja kan papi?" Raja bertanya ia lalu menoleh kepada sang Ibu dan memeluk Hera dengan erat. Raja sedikit merasa bersalah karena ia membuat Hera ngambek. Jadi anak itu menghadiahkan pelukan erat kepada sang mami.

Tentu saja mendapat hadiah sebuah pelukan seperti itu membuat Hera merasa senang sekali. Ia kemudian balas memeluk Raja sambil mencium wajah putra kesayangannya itu. Raja adalah satu-satunya peninggalan dari Yudha hal yang paling berharga yang bisa ia jaga.

"Sayang mami."

Saat melihat Raja, Hera selalu merasa ia melihat Yudha dan seringkali membuatnya merasa bersedih. Wajah anak itu benar-benar mirip dengan sang ayah. Bahkan beberapa sikap dan sifat mereka benar-benar sama. Raja terkenal judes di sekolah, tapi memiliki banyak teman. Sama seperti Yudha dulu. Namun bukan hanya Raja yang membuat Hera teringat pada mendiang kekasihnya. Tetapi juga sang saudara kembar, Yuji.

"Kalau gitu sekarang mandi ya. Nanti biar Mbak Ani yang bantuin kamu ganti baju. Habis itu sarapan sama papi dan Mami oke?"

"Oke mami."

Hera lalu memeluk putranya itu setelahnya meninggalkan kamar membiarkan Raja dibantu oleh Ani mengerjakan kegiatan paginya. Setelahnya ia berjalan menuju ke dapur untuk melihat para koki yang kini tengah menyiapkan sarapan pagi.

"Untuk sarapan paginya Raja, tolong dibuatkan omelet telur dengan smash potato. Sama susunya juga jangan lupa ya."

"Baik," sahut sang koki.

Setelah Hera memberitahu, kemudian ia kembali melangkahkan kakinya menuju kamar. Di dalam kamar ada Yuji yang tengah merapikan jasnya. Ia tengah merapikan dasi, lalu memerhatikan kancing kemeja dan biasanya kenakan. Hera berjalan mendekati Yuji berniat untuk membantu pria itu sebelum akhirnya Yuji melangkahkan kakinya mundur beberapa langkah.

Jujur saja ini membuat harga diri Hera hancur. Hera lalu menatapi uji dengan tatapan kesal dan marah. Seharusnya Yuji tak  bersikap seperti itu padanya.

"Kenapa kamu mundur?"

"Saya bisa ngelakuin ini sendiri. Kamu nggak usah bantuin."

Hera malah semakin mendekatkan dirinya lalu meraba bagian dada Yuji dari luar pakaian yang ia kenakan. Setelahnya heran menepuk-nepuk bahu Yuji beberapa kali.

"Enggak usah sok suci, kita udah ngelakuin banyak hal kan? Meskipun kita cuma nikah kontrak tapi kita udah saling menikmati satu sama lain? Hmm?" Hera bertanya dengan tatapan penuh ancaman.

Yuji melirik arah wanita itu, Jujur saja ia kesal mendengar apa yang dikatakan oleh Hera saat ini. "Ingat kamu yang maksa aku buat ngelakuin itu. Kamu yang rayu-rayu aku dan buat aku akhirnya ngelakuin itu sama kamu."

"Aku cuman menguji dan ternyata ujian aku berhasil. Menurut kamu siapa yang salah di sini? Kamu takut ya? kalau 'My Love' tahu gimana hubungan kita dan sudah sejauh apa?" Hera bertanya dengan penuh ancaman. Wanita itu bahkan melirik ke arah ponsel milik Yuji saat ia mengatakan My Love. Ini seperti sebuah kode untuk pria itu bahwa saat ini Hera telah mengetahui semuanya.

Yuji terkejut tentu saja bagaimana bisa Hera mengetahui tentang istrinya?

"Kamu buka-buka handphone saya?"

"Emangnya aku tahu password kamu? lagi pula kenapa sih kamu takut banget kayak gitu?" Hera bertanya lalu ia merapikan dasi Yuji dan tak ada perlawanan dari pria itu.

"Kamu jangan macam-macam ya, aku bisa aja laporin tentang ini ke Ayah dan mami kamu." Yuji coba mengancam karena ia tak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi pada Res.

Hera menatap ke arah Yuji ia terdiam sesaat kemudian tersenyum di sudut bibirnya. "Meminta karyawan buat jadi pembangunan pabrik kamu, itu masuk kasus korupsi nggak sih? Kasus kayak gini dilaporin itu bisa kan ya? Kalau kira-kira aku ngelakuin itu dan kamu masuk penjara ... Hmm, kira-kira gimana ya?"

Yuji telan saliva. Jelas ia tak boleh masuk penjara karena harus menjaga dan memastikan keadaan istrinya dalam keadaan baik-baik saja. Yuji tahu kalau Hera bukan orang yang bisa menahan keinginannya.

"Kalau aku masuk penjara kamu pikir Raja akan baik-baik aja?" Yuji coba mengancam karena ia tak ingin terus dijatuhkan.

Hera kemudian tertawa lepas mendengar ancaman yang diberikan oleh Yuji. "Apa yang selalu aku tekankan ke kamu? Kalau orang-orang yang buat anak aku sedih dan menangis mereka bakal dapat ganjarannya. Hmm? Kalau kamu ada di penjara kira-kira yang dapat ganjarannya itu siapa?"

"HERA!" Yuji berteriak, pria itu benar-benar marah dengan ancaman yang dilakukan oleh Hera. Diikuti oleh rasa takut yang ia rasakan seketika setelah mendengar ancaman itu.

Hera terdiam sambil menatap pada Yuji yang terlihat benar-benar marah. Jujur saja melihat itu membuat Hera sedikit takut. Karena selama ini Yuji dikenal sabar dan tak pernah marah sama sekali. Dulu saat awal bertemu pun Yuji adalah orang yang hangat dan sangat ramah. Namun sikapnya perlahan berubah dan kini jadi orang yang dingin.

"Aku udah coba ingatin kamu. Aku punya banyak hal untuk menjatuhkan kamu Yuji. Semua perlawanan kamu itu nggak akan ada gunanya. Jadi lebih baik kamu nyerah dan tanda tangani kontrak itu. Tiga tahun lagi, ayo kita kerjasama sebagai orang tua raja selama tiga tahun lagi."

Yuji hanya menatap karena tawaran Hera.  pikirannya kini tengah diliputi oleh berbagai keputusan dan juga hal apa yang mungkin akan terjadi nanti jika ia tak menandatangani perjanjian itu. Hera sangat yakin sekali kalau Yuji akan setuju dan menandatangani perjanjian itu.

Sementara itu kini Res  berada di kelas. seperti biasanya ia mengajar di kelas TK B bersama dengan indah. Kelompok semangka adalah kelas yang ia ajar. Pagi ini dimulai dengan kegiatan senam kemudian para anak murid diwajibkan untuk membawa makanan sehat.

Menjalani hari-hari bersama anak-anak selalu menyenangkan bagi Resha. Wanita itu benar-benar menyayangi anak kecil sehingga Ia memutuskan untuk menjadi seorang guru pun itu adalah karena kesukaannya terhadap anak-anak. Selama mengajar Res dikenal sebagai guru yang sangat sabar dan ramah. Meskipun dalam banyak hal  Resha benar-benar emosian, tetapi jika berurusan dengan anak kecil ia sanggup untuk  menahan emosinya.

Setelah makan semuanya berkumpul di kelas dan kini tengah duduk di kursi masing-masing. Wanita itu harus memberitahu kepada anak muridnya mengenai dirinya yang harus berhenti mengajar. Sang kepala sekolah sudah mendapatkan pengganti. Dan Resha memutuskan untuk segera berhenti.

"Jadi nanti kalian semua akan diajar sama ibu Indah. Nanti juga akan ada ibu guru baru yang baik yang akan ngajarin kalian di sini." Res memberitahu kepada anak-anak di kelasnya.

Mendengar pemberitahuan itu membuat seluruh isi kelas jadi gaduh. Mereka saling bertanya satu sama lain atau mengungkapkan kesedihannya dengan cara yang berbeda-beda.

"Nanti Ibu balik lagi nggak?" Seorang murid laki-laki bertanya kepada Res.

"Ibu nggak balik lagi ke sini sayang. Nanti kan kamu ada guru baru gurunya cantik dan juga baik banget nanti Ibu janji deh bakal main ke sini lagi ya? "Ia berkata mencoba membuat para murid lebih tenang dan berjanji akan mampir ke sekolah.

Jujur saja hari ini menyedihkan sekali. Ketika ia tahu kalau harus pergi meninggalkan sekolah yang selama ini menjadi salah satu tempatnya untuk menghibur diri dari penat. Bagi Resha menjalani hari-hari di sekolah itu merupakan hal yang bisa menghibur dirinya.

Para guru dan juga orang tua murid memberikan hadiah kenang-kenangan untuk Resha. Sebagai tanda agar ia bisa mengenang semua hal berharga yang ia alami di sekolah ini. Setelah pulang seperti biasa ngobrol sebentar bersama Indah seraya berjalan menuju tempat parkir.

"Nanti mampir dulu ke rumah gue ya?"

Res menoleh ke arah sahabatnya itu dan menatap dengan heran. "Tumben banget? Emangnya suami lo nggak ada di rumah?"

Indah menggelengkan kepalanya. "Hari ini ada Mas Jun lagi main ke rumah. Kemarin waktu datang udah nanyain lo. Dia kaget waktu gue bilang Lo nikah."

"Iya gue bakal lupa ngabarin Mas Jun." Resha berkata.

Jun adalah saudara sepupu dari Indah, mereka bertiga cukup sering bermain. Dulu saat masa sekolah karena rumah Jun yang jaraknya tak jauh dari rumah mereka berdua. Namun kemudian pria itu pindah dan akhirnya mereka jadi jarang berkumpul.

Setelah sampai di rumah indah terlihat Jun yang kini tengah duduk di depan teras. Pria itu berdiri tepat saat indah dan Res yang datang bersamaan. Senyumnya terulas di bibir dengan sebuah lesung pipi manis yang terdapat di kedua pipinya.

"Ets, ada pengantin baru nih?" Jun berseloroh saat Res berjalan mendekat.

Resep senyum malu kemudian sibuk bertos ria dengan Jun. "Kamu sehat Mas?"

"Alhamdulillah aku sehat banget. Kamu ya, nikah tapi nggak ngabarin aku?"

"Kalian ngobrol dulu deh gue mau jemput Zha dulu." Indah meminta ijin karena ia harus menjemput Putri sulungnya yang kini sudah berada di kelas 2 SD.  Segera saja wanita itu melajukan motornya untuk menuju sekolah Putri kesayangannya.

"Maaf ya Mas. Aku emang buru-buru banget kemarin udah niatnya nikahnya mau satu bulan lagi, tapi karena ada satu dan lain hal, malah jadi kemarin sebelum dia balik ke tempat kerjanya."  Res mencoba menjelaskan kepada Jun yang kini menganggukkan kepalanya saja.

"Aku senang kalau kamu emang udah ketemu sama seseorang. Dari dulu kan kamu udah aku anggap kaya adik sendiri. Makanya aku kaget begitu indah bilang kamu tuh udah nikah. Dia malah ngomel-ngomel karena kamu udah nikah." Jun berkata lagi kepada Res.

"Iya, aku benar-benar minta maaf karena nggak sempat ngundang Mas Jun ya?"

Jun menggelengkan kepalanya iya tak ingin Res jadi merasa bersalah. "Nggak apa-apa kok. Yang paling penting itu kamu bahagia. Dan rasanya kamu benar-benar bahagia sama pernikahan kamu ini."

Res tersenyum sebenarnya awalnya ia tak bisa menerima mengenai pernikahan kontrak di antara Yuji dan juga Hera. Namun perlahan ia bisa menerima itu. lagi pula sang suami berjanji kalau mereka akan segera bercerai. Dan Res benar-benar memegang janji itu. 

"Aku bahagia karena udah nikah sama orang yang aku sayang mas." Res setuju dengan perkataan Jun.

Jun tersenyum kemudian ia menganggukkan kepalanya. "Alhamdulillah kalau gitu. Terus suami kamu kapan balik ke sini?" tanya Jun.

"Insya Allah katanya sebulan atau dua bulan lagi sih Mas." Resha menjawab pertanyaan Jun dengan ragu seraya memainkan ujung jilbab yang ia kenakan.

Jun melirik dan memperhatikan kegelisahan Resha. Jun sesekali sama lirik ke arah gadis itu. Sementara Res menatap ke arah jalan tanpa fokus. Mereka hanya saling mengobrol singkat, membicarakan mengenai masa lalu, dan juga pekerjaan masing-masing.

Jun memiliki sebuah restoran makanan di ibukota. Dan ia mengundang Resha untuk datang ke sana ketika sudah pindah nanti datang bersama dengan sang suami. Dan tentu saja Res mengiyakan permintaan dari Jun itu.

Setrika pertemuan dengan Jun dan juga mengobrol bersama Indah, Res segera kembali ke rumah. Res segera berganti pakaian ke kamarnya juga melakukan ibadah salat zuhur. Setelah selesai beribadah teleponnya berdering panggilan dari sang suami.

"Assalamualaikum, sayang?" sapa Yuji lembut.

"Waalaikumsalam Mas. Kamu udah makan siang?" Res bertanya.

"Aku udah makan siang kok. Kamu udah makan siang? Tadi Jadi ngucapin selamat tinggal ke anak-anak?" Yuji bertanya.

Setiap hari menghubungi sang istri tanpa bertemu, Sebenarnya berat sekali bagi Yuji. Namun hanya ini cara yang bisa ia lakukan untuk sekedar menghilangkan rasa rindu.

Resha menganggukan kepalanya meski Yuji tak berada di sana.  "Aku tadi jadi ngucapin selamat tinggal ke anak-anak. Aku juga udah makan siang Mas. tadi saudara sepupunya Indah datang dan kita ditraktir mie ayam," jawab resha.

"Anak-anak pada nangis dong Kamu mau tinggal?"

"Iya sebagian nangis."

"Saudaranya Indah? Siapa yang datang?" Yuji bertanya karena penasaran.

"Saudara sepupu Indah Mas. Namanya Mas Jun. dulu kita memang sering main bareng. Tapi mas Jun harus pindah ke kota dan jadinya kita pisah deh. Paling cuman saling kirim chat aja dan baru ini ketemu lagi." Res menjelaskan pada sang suami.

Sementara dalam posisi jauh seperti ini, dan tak bisa bertemu dengan sang istri, tentu saja ia jadi sedikit cemburu. "Enak ya bisa ketemu sama kamu."

"Sebentar lagi kita kan ketemu Mas?"

Yuji diam mendengarkan apa yang dikatakan oleh istrinya itu. "Aku mau minta maaf ke kamu sebelumnya Res. Sepertinya kepulangan aku ke Indonesia akan tertunda. Aku akan usaha untuk ke sana secepatnya dan menjemput kamu."

"Jemput aku?"

"Iya, kalau aku nggak bisa ke Indonesia, kamu yang aku bawa ke sini. Aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Nggak bisa biarin kamu sendirian di sana. Tapi aku masih usahain supaya bisa pulang."

"Ada sesuatu ya Mas?" tanya Resha curiga.

"Nggak ada apa-apa kok."

"Bener Mas?"

"Iya sayang, jangan cemas," kata Yuji berusaha menenangkan.

Tentu saja Res tau ada sesuatu yang tak ingin Yuji beritahukan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top