🌼7. Penguasa Laut🌼
Nggak mau voted demi Max?
Singapura, Mariner of the Sea, seminggu kemudian.
"Capek, Say?" tanya Max setelah melewati proses check in di pelabuhan Marina Bay Cruise Centre. Arini mengangguk tapi terlalu antusias melihat beberapa yang berjejer di port. Dia memang kuliah di kota ini, tapi belum pernah naik kapal pesiar. Jadi ini merupakan pengalaman pertama untuknya.
Wanita itu berlarian kecil di sekitar dek, mengenakan sweater merah dan jaket putih. Rambutnya diikat ekor kuda. Sebelum berangkat ke Singapura, Max sempat mengomelinya karena Arini berniat memakai sepatu hak tingginya. Karena diberi omelan panjang, wanita itu mengurungkan niatnya dan menggantinya dengan sepatu sneakers.
Arini beralasan dia terlalu pendek kalau memakai sepatu datar.
"Pendek pun tetap cantik!" kata Max. Karena kata-kata itu, mereka hampir terlambat berangkat ke bandara sebab Max menggoda istrinya dan hampir bercinta lagi. Pria itu yakin kalau di usinya yang ke-42 itu, dia pasti sudah masuk fase puber kedua. Akhir-akhir ini, ia suka membeli baju dengan warna cerah dan memakai parfum hanya untuk menyenangkan istrinya. Dia jarang bicara soal masalah pribadinya, tapi ketika ia bicara pada dokter kenalannya, Dr. Bima, temannya itu malah menertawakannya.
"Sayang, jangan cepat-cepat," tukas Max ketika dilihatnya Arini sudah sampai di depan kamar. Keduanya tidak bawa koper karena begitu proses check in, koper sudah dibawa masuk oleh kru.
Arini melambaikan tangannya pada Max, memintanya agar cepat membuka pintu kamarnya. Max mengeluarkan kartu dan membuka pintu kamar dengan kartu itu. Istrinya sempat bertemu Donna di bandara karena takut tidak sempat bertemu nantinya setelah kembali dari pelayaran.
"Wahhhh!"
Max sudah tahu bahkan sebelum berangkat kalau Nita Wijaya tidak akan memberikan bulan madu yang biasa-biasa saja untuk putranya. Terbukti kalau kamarnya bukan kamar biasa tapi adalah suite mewah. Kamarnya luas dan memiliki balcony. Mata Max menangkap sebotol wine mahal dengan dua gelas berkaki tertata di meja yang pasti tak akan disediakan ibunya jika tahu Arini hamil. Juga ada kelopak mawar merah di atas ranjang King Size. Max menduga kalau Nita pasti merengek pada Michael agar menggunakan otoritasnya untuk melakukan hal ini. Namun, biar begitu, Max cukup senang dengan pengaturan ini. Ia akan memanfaatkan sebaik-baiknya hadiah dari Nita. Memang sudah lama ia tidak cuti karena kesibukannya karena banyaknya pasiennya. Sekarang, ia bisa melupakan hal ini sejenak.
"Max, kapalnya sudah jalan."
Max berjalan ke balcony, tempat Arini ada di sana. Istrinya melihat ke arah laut, sebuah kesempatan bagi Max untuk memeluknya dari belakang.
"Senang?"
Arini tersenyum dan mengangguk.
"Begitu saja sudah membuatmu senang?" ejek Max. Arini manyun. Bibirnya yang berbentuk seperti kelopak bunga itu maju ke depan sampai Max memutar tubuhnya agar menghadap ke arahnya dan mengecup bibirnya.
"Jadi harus bagaimana? Berlayar sampai ke Eropa?"
"Eugh! Aku senang sekali. Tidak perlu ke mana-mana sebulan penuh cuma di kapal. Sleep, make love, repeat! Ibu mertuamu pasti sangat mendukung!" tukas Max jahil.
"Oh, apa kau tidak perlu kerja? Kau kan, sangat gila kerja!" sahut Arini sambil mencibir. Max merapikan rambut istrinya yang diterbangkan angin laut. Ia heran bahkan dengan rambut berantakan pun Arini selalu tampak cantik.
"Ada saatnya, ketika aku gila kerja, kau harus menarikku dan berbisik..."
Arini menunggu suaminya melanjutkan kalimatnya dengan tatapan mata berbinar.
"...suamiku, make love, yuk! Aduh!"
Arini menendang lutut suaminya dan meninggalkan pria itu di balcony.
"Sayang..."
"Kau pasti memang memiliki sexual behavior yang menyimpang seperti yang dikatakan Donna!" omel Arini sambil membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Max segera menyusulnya, berbaring di sisinya dan memeluknya.
"Ulang tahunmu besok, kau ingin apa?" tanya Max.
"Tidak ingin apa-apa kalau teringat kado ulang tahun ke-17ku," jawab Arini ketus. Max mengacak-acak rambut istrinya dan tertawa mengingat kejadian lima tahun lalu.
"Maafkan aku, kalo itu membuatmu lebih baik," tukasnya lembut. Arini masih merengut tapi tangannya dikalungkan pada leher Max.
"Walau teddy bear-nya kau buang, setidaknya kau melihatku telanjang di hari ulang tahunmu yang ke-17."
Arini bangkit dan berniat kabur dari kamar tapi Max tahu niatnya dan menariknya kembali ke ranjang. Pria itu menindihnya dan memandang wajahnya.
"Dasar suami gila!"
"Suami idaman," balas Max lembut.
"Aku tidak mau apa-apa untuk ulang tahunku. Aku hanya mau kau menemaniku. Bisa?"
"Okay!"
🌼Istri Pilihan Max🌼
Malam itu, mereka makan malam di dining room dengan pakaian resmi dan bertemu dengan adik Max dan istrinya. Walau hanya sebentar karena mereka harus kembali bekerja, tapi mereka sempat ngobrol dan foto-foto yang kemudian dikirimkan kepada Nita Wijaya. Wanita itu senang dan langsung video call. Max menunjukkan keengganan untuk bicara pada Nita.
"Kami sedang honey moon. Tak ingin bicara padamu, Ma'am!"
"Awas kalo pulang tidak bawa hasil!" ancam ibunya.
"Jangan kuatir! Aku tidak impoten!"
"Max!!!"
"Bang!"
Lengan Max dicubit Arini karena kata-katanya yang dinilai tidak pada tempatnya. Max menghindar sambil tertawa-tawa.
"Ma'am, kau boleh tanya Arini, gimana performa anakmu!"
"Childish!" teriak Michael. Usia terpaut delapan tahun tapi Max lebih kekanak-kanakan dan lebih bebas berucap. Michael pikir ini karena selama delapan tahun mengira dirinya adalah anak tunggal makanya Max suka bertindak seenaknya.
"Besok, turun di Port Klang, Max?" tanya Michael sebelum mereka berpisah. Max mengangkat bahu.
"Malas," jawabnya.
🌼Istri Pilihan Max🌼
"Pagi. Selamat ulang tahun, Wanitaku!"
Arini masih ngantuk berat ketika dibangunkan dengan kecupan ringan di keningnya. Suaminya menatapnya dengan satu tangan bertumpu di atas bantal menopang kepalanya.
"Aku ulang tahun hari ini?"
Pria tampan itu memajukan bibirnya hingga tampak manyun dan mengangguk.
"Aku bertambah tua."
"Menua bersamaku."
"Tidak adil."
"Eugh?"
Bibirnya manyun lagi.
"Suamiku 42 tahun tapi dia tidak tampak setua usianya. Hoam!" sahut Arini dibarengi dengan suara kantuknya. Max terkekeh karena perkataan Arini yang tak jelas itu pun terdengar seperti pujian.
Tangan Max menyentuh kulit lengan Arini lembut tapi terasa seperti kelitikan pada wanita itu. Istrinya ngikik dalam keadaan mata terpejam. Max menunduk mencium lengan istrinya meninggalkan bekas gesekan kumis yang kasar di kulit telanjang Arini.
"Jadi... apa kado ulang tahunku?" tanya Arini tapi masih menikmati cara Max menggigit bahunya.
"Eugh! Maaf. Kemarin kau bilang nggak mau apa-apa. Jadi aku nggak siapin apa-apa. Begini saja. Kau bawa kartuku, di bawah ada mall. Kau bisa shopping. Anggap itu kado ulang tahunmu."
"Max..."
"Ya, Sayang..."
"Jangan nakal!"
"Beginilah hidup di kapal pesiar, Sayang..." bisiknya parau.
🌼Istri Pilihan Max🌼
Max memandang wanita yang sedang berada di antara kemegahan Royal Promenade dari kejauhan. Arini menerima kartu kreditnya dan pergi sendiri, tapi ia tidak membeli apa-apa, malah menonton parade karakter dream works lalu menjepretkan kameranya pada Panda gemuk. Max bukannya tidak tahu kalau Arini kecewa karena Max tidak menemaninya membeli hadiah ulang tahunnya. Max terlalu takut kembali membawa Arini ke Singapura, justru akan mengembalikan kenangan gadis itu. Dia tahu kalau mantan pacar Arini yang membuatnya hamil itu kembali menghubungi wanita itu. Max sempat melihat isi chatting sebelum istrinya mengalihkannya pada foto Kiki, Siberian Husky miliknya yang sudah meninggal.
Max takut kalau akhirnya Arini akan luluh pada pria yang telah mengisi hari-harinya dulu. Bagaimana pun, bayi yang dikandung istrinya itu bukan anaknya. Arini pasti masih memikirkan pria yang pertama kali membuatnya jatuh cinta sebagai seorang perempuan.
Pria berkaki panjang itu mengusap rahangnya dengan galau, masih memandang istrinya dari kejauhan.
"Kukira Ipar pasti lebih senang bila kau menemaninya."
Max menoleh dan melihat adiknya Michael ada di belakangnya.
"Jangan mengendap di belakangku!" gertaknya gusar. Michael, pria bermata sipit dan jangkung itu melipat tangan di depan dada.
"Yang mengendap siapa?" balasnya. Max terdiam karena Michael benar. Yang mengendap-endap adalah Max. Harusnya dirinya memang menemani Arini mencari hadiah buat dirinya sendiri daripada memberikan kartu kredit dan menyuruhnya mencari sendiri tapi mengikutinya diam-diam.
"Dia tau kan, kalau kau menyukainya?" todong Michael ketika Max mengajaknya duduk di cafe sambil minum kopi. Cafe itu masih dekat dengan shopping area. Max merasa tak perlu menjawab pertanyaan adiknya. Dua orang memutuskan menikah, pasti ada alasan suka, walaupun alasan Arini bukanlah itu. Jadi Max mengabaikan pertanyaan itu, ia hanya meneguk kopinya, tapi aromanya tak sesuai harapannya.
"Kopi apa ini?"
Michael terkekeh melihat masamnya wajah kakaknya. Ia tidak tahu alasan Max berwajah seperti itu karena kopi atau karena pertanyaannya.
"Waktu Mama bilang kau akan menikah, aku cukup kaget, apalagi calon istrimu adalah bocah tetanggamu sendiri. Aku pikir dengan pengalamanmu gagal, kau akan lebih tertarik untuk rujuk dengan mantan istrimu atau menikahi wanita yang lebih dewasa," tukas Michael. Max hanya mengedikkan bahunya dan mengusap rahangnya.
"Tapi aku mengerti juga. Arini membuatmu jadi lebih manusiawi."
Max memberi adik kandungnya itu tatapan membunuh. Namun Michael malah tertawa.
"Tau rasanya kan, Bro bagaimana mengejar-ngejar sesuatu yang sangat kau inginkan? Sebelum-sebelumnya, kau bahkan tak pernah berusaha untuk mendapatkannya," sindir Michael tajam. Max menyeringai.
"Aku sih senang melihatmu menikah lagi. Dengan bocah..."
"Jangan sebut dia, bocah. Atau kupatahkan lehermu!"
Michael bergidik, sebab percaya Max bisa melakukannya. Kakaknya itu memang tukang berkelahi dan bengal dulunya, sampai Nita angkat tangan bila berurusan dengan BP sekolah. Jadi ketika Max bilang mau kuliah kedokteran, Nita sempat terkejut. Putra sulungnya si tukang pembuat masalah, mau jadi dokter. Tidak ada yang percaya.
"Cari mati!"
"Ya, maaf. Aku jarang bertamu ke rumahmu jadi aku nggak tau gimana ceritanya kau tertarik padanya. Tapi kata Mama, kalian pacaran diam-diam. Cuma aku sulit percaya."
Max angkat bahu dan bersikap tak peduli. Pikiran adiknya itu miliknya sendiri, Max tak akan susah payah untuk membuatnya percaya. Lagipula, ia akan tetap bersikap misterius jika menyangkut rumah tangganya karena kuatir kalau rahasia pernikahannya akan diketahui orang lain dan menimbulkan gosip. Max akan tetap menyembunyikan fakta bahwa Arini sedang hamil. Tiba-tiba Max ingin melakukan aktivitas out door untuk menghalau pikiran-pikiran yang membuat dirinya stress. Dia datang untuk berlibur, bukan untuk berpikiran negatif.
"Mau ke mana?" tanya Michael ketika dilihatnya Max berdiri dari duduknya.
"Menggunakan fasilitas kapal pesiar mewah. Ikut?"
Michael tampak tertarik.
"Aku sedang kerja!"
"Ayolah, Bro!"
Michael tampak berpikir.
"Aku tidak mau manjat tanpa taruhan!" teriaknya.
Tiga puluh kemudian, kedua pria itu terlihat sedang berlomba siapa yang paling cepat pada rock-wall climbing. Beberapa orang yang kebetulan berada di tempat itu menjadi penonton karena dua bersaudara itu saling berusaha untuk menjadi manusia spiderman.
"Sial!"
Max tertawa karena berhasil mencapai puncak terlebih dahulu.
"Kurang latihan! Aku sudah mengalah!" katanya sambil mencemooh.
"Kapan bisa mengalahkanmu, sudah tua bangka masih kuat!"
Max menunjuk wajah Michael dan menunjukkan ekspresi, ia sangat marah dipanggil tua bangka.
"Lakukan sesuatu untukku!"
"Apa pun, Brother!"
🌼Istri Pilihan Max🌼
Max berada di Royal Promenade ketika parade itu berlangsung lagi. Ia memastikan Arini pergi sendiri tanpa dirinya. Wanita itu mengajak Max tapi pria itu pura-pura tidur. Arini kesal dan meninggalkannya sendiri. Max pun mengikutinya diam-diam.
Wajah Arini tampak kesal meskipun barisan karakter dream works itu menari di sepanjang Royal Promenade, membuat Max ingin keluar dari persembunyiannya. Namun kemudian, ia sadar kalau jika menampakkan diri, maka sia-sialah rencananya.
Mata Max melihat kalau Sherk, monster hijau itu sudah berada di depan Arini dan menyerahkan sekuntum bunga mawar merah pada wanita itu. Arini menerimanya dan masih belum mengerti apa yang sedang terjadi. Max yakin kalau Arini pasti mengira bunga itu dibagikan secara acak. Namun, wanita cantik itu mulai bingung ketika para pinguin centil itu mulai mengelilinginya membentuk lingkaran.
Royal Promenade memang agak sepi pada saat itu. Max sengaja memilih waktu itu, di saat para tamu turun di Port Klang untuk menjalankan rencananya. Karena itu, ketika ditanya Michael apakah Max dan Arini akan turun di Port Klang, pria itu langsung menolak.
Lagu happy birthday terdengar di Royal Promenade. Pinguin masih mengelilingi Arini, tapi panda gemuk juga muncul sambil membawa balon merah muda.
Happy Birthday, My Wife.
Balon itu diberikan panda itu pada Arini. Wanita itu menerimanya, menutup mulutnya dengan tangan dan mencari sosok Max. Arini bahkan curiga kalau panda itu adalah suaminya karena mengintip ke arah kepalanya. Max tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Panda itu merangkul Arini dan menunjukkan tempat Max berada yaitu di atas jembatan yang menghubungkan dua sisi tempat itu. Arini mendongak melihat suaminya dari bawah.
Max berkata tanpa suara yang keluar, hanya gerak bibir.
"Happy birthday."
Sebenarnya bukan itu yang ingin dikatakannya. Namun buatnya sekarang, kata-kata itu sudah cukup sebab Arini menatapnya dengan air mata berlinang. Dia harus turun ke bawah, sebelum mereka jadi tontonan.
🌼Istri Pilihan Max🌼
Satu hal lagi.
Ada sebuah kejutan lain yang disiapkan Max ketika mereka tiba di rumah sehabis pulang dari bulan madu. Di depan pintu rumah mereka ada Siberian Husky yang masih kecil. Anjing mungil itu menyalak ringan, memberi salam pada pemilik barunya. Di lehernya diikat pita merah bertuliskan : Anggota Baru Keluarga Lie.
Arini menatap suaminya dengan tatapan terharu. Max pura-pura menunjukkan ekspresi kalau bukan dia pelakunya. Wanita itu tertawa lalu mendekati si mungil itu dan menggendongnya.
"Kamu lucu sekali. Siapa namamu?"
"Namanya Kiko!"
🌼Istri Pilihan Max🌼
🌼Author's noted🌼
Kubawa kenanganku kembali tentang Mariner of the Sea. Sebenarnya mau kutulis tentang dua pria itu berenang di pantai Phuket tapi rasanya kepanjangan. Nanti di versi cetak saja.
Kurang panjang?
Iya. Tapi aku suka part ini. Kalian bagaimana?
Jangan lupa, sambil baca buka setiap video you tube-nya. Selalu ada video yang pas dengan chapter.
Jangan lupa voted, comment, follow ya.
🙏 tankiss.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top