dua

Tuan Bahar melirik jam tangannya, melihat ke arah tangga yang mengarah ke lantai atas di mana kamar Nagma berada.
Dia memberi kode pada salah satu pelayannya agar melihat Nagma yang sudah berjanji akan menemaninya ke pesta yang diadakan di rumah keluarga Alfa, keluarga paling berkuasa di negara ini.
Peluang seperti ini tidak mudah di dapat karena keluarga Alfa biasanya cukup tertutup sangat jarang mengadakan pesta di rumah mereka yang bak istana.
biasanya tidak sembarangan orang yang bisa masuk ke rumah itu, meski dia presiden sekalipun.
Tapi ajaibnya kali ini namanya masuk dalam list tamu keluarga Alfa, berkat teknologi yang tengah dikembangkan perusahaannya yang gosipnya Arkaan Alfa, putra sulung keluarga Alfa, penerus posisi presiden perusahaan, sangat tertarik dan berminat untuk menjalin kerjasama dengannya.

"Papa.!"

Sapa Nagma tanpa rasa bersalah setelah membuat sang papa menunggu hampir satu jam lamanya.
Syukurlah tuan Bahar sangat paham karakter putrinya, jadi dia menyebutkan jam pestanya satu jam lebih awal dari seharusnya.
Contoh gadis tidak disiplin ini mau jadi guru, bagaimana dia bisa mendidik murid-muridnya kalau begini.?
Tuan Bahar bernapas lega melihat putrinya yang cantik berlari kecil menuruni tangga.

"Apa kita pergi sekarang.?"
Nagma menatap papanya dengan matanya yang berbinar.

"Kenapa kau terlihat bersemangat sekali, apa gebetanmu juga ada di pesta itu.?"
Tuan Bahar menggoda putrinya.

Nagma menggeleng menunduk malu.

"Ayolah jujur saja." Goda tuan Bahar lagi.

Tidak mungkin Nagma jujur mengatakan kalau dia sudah lama diam-diam naksir teman satu kampusnya dulu yang putus kuliah karena tidak ada biaya yang kini bekerja sebagai petugas parkir bayaran di pesta-pesta kelas atas ikut kerja sang paman
Dan Nagma dapat info kalau Roman ada di rumah keluarga Alfa malam ini, jadilah dia merengek minta ikut pada sang papa begitu tau papa diundang ke pesta keluarga Alfa.

"Apa dia salah satu putra kenalan atau kolegaku.?"
Tuan Bahar senang luar biasa melihat reaksi Nagma karena itu berarti putrinya normal-normal saja, cuma agak pemalu saja.

"Tidak. Tidak ada yang seperti itu."
Nagma menolak menjawab, papa tidak akan pernah terima Nagma menyukai laki-laki kelas rendahan di mata sang papa.
"Aku hanya bosan di rumah. Sesekali menemanimu, menyeleksi ibu tiri untukku juga menyenangkan."
Dia melempar serangan pada sang papa.
"Apa papa sudah punya calon.?"
Tanyanya saat mereka berjalan menuju pintu keluar.

Tuan Bahar tertawa.
"Aku hanya akan jatuh cinta sekali dalam hidupku dan menikah hanya sekali.
Mamamu terpilih untuk menjadi istriku, aku tidak akan mengantikannya dengan wanita manapun di dunia ini.
Cinta itu hanya satu, tidak untuk dibagi-bagikan atau diobral."

Nagma tersenyum.
"Aku tau. Karena itulah aku menunggu, menunggu satu laki-laki yang tepat yang datang padaku, memberikan cintanya sebesar cintamu pada mama."

"Bahkan jika aku masih muda dan kau secantik ini. Aku tetap memilih mamamu. Mamamu masih yang tercantik dan yang terbaik."

Nagma tertawa mendengar ucapan papa, memukul lengan papanya.
"Aku paling tidak suka laki-laki narsis."

Tuan Bahar tertawa membantu putrinya masuk ke dalam mobil limo yang pintunya sudah dibukakan sang sopir pribadi yang juga merangkap sebagai bodyguardnya.
Di kursi depan sudah ada Zara sang sekretaris yang selalu menemani tuan Bahar disetiap acara yang mereka datangi.
Nagma bertanya-tanya, apa sekertaris itu yang meskipun tidak muda tapi masih cantik, mau jadi mama tirinya.?

Sepanjang jalan Nagma duduk dalam mobil dengan tenang, tidak banyak bergerak memastikan bagian bawah gaun ketat yang dipakainya tidak kusut.
Dia mengeluarkan cermin dari dalam dompet bertabur kristal yang dibawanya, memastikan lipstik dan riasannya masih sempurna karena nanti saat keluar dari mobil dia akan langsung bertemu Roman.

"Ada apa, kau kelihatan gugup.?" Tuan Bahar memperhatikan Nagma saat mobil melewati gerbang istana keluarga Alfa.
Dirabanya kening sang putri  yang berkilau oleh keringat yang terasa dingin.

Nagma sendiri merasa bingung kenapa jantungnya bisa berdebar sekuat ini dan kenapa sekujur tubuhnya merinding, merasa dingin gemetar begitu melewati gerbang istana ini.
Dia tau dia akan bertemu Roman setelah sekian lama tapi rasanya tidak wajarkan, apa jangan-jangan sebenarnya dia sudah jatuh cinta pada Roman sangat dalam tapi dia tidak menyadarinya.
"Aku tidak menyangka keluarga Alfa itu punya rumah bak istana begini.
Mereka pasti hebat-hebat ya."
Sebenarnya Nagma tidak terlalu tau siapa keluarga Alfa, dia hanya mendengar gosip atau membaca berita sekilas tentang keluarga terkaya penguasa minyak dan tambang emas di negara ini.
Dia bahkan tidak pernah melihat wajah mereka ini yang dipikirkannya adalah orang-orang tua berkepala plontos dan berperut buncit.

"Sangat hebat.!" Puji tuan Bahar.
"Orangtua mereka meninggal lima tahun yang lalu. Ankara sebagai anak sulung mengambil alih tampuk pimpinan, empat orang adiknya menyerahkan kuasa sepenuhnya pada si sulung yang sukse melanjutkan dominasi keluarga Alfa.
Tidak ada diantara keempat adiknya yang pernah terlihat berniat mengkudeta sang kakak.
Mereka semua punya pekerjaan masing-masing,bekerja untuk perusahaan dan si bungsu masih duduk di kelas terakhir SMA."

"Jadi mereka semua bersaudara lima orang."
Bisik Nagma terpukau hanya mendengar cerita sekilas papa.

"Ya. Si sulung Adalah Ankara Alfa. Lalu Braga Alfa, Cairo Alfa, Doha Alfa dan si bungsu Egra Alfa."

Nagma meletakan tapak tanganya diatas dadanya yang berdebar kencang, membuatnya takut akan pingsan.

"Ankara menjabat sebagai presiden Group, mengepalai semua bisnis yang melibatkan keluarga Alfa.
Braga mengurus keuangan, otaknya sangat pintar setara profesor padahal dia tidak punya gelar akademis.
Cairo adalah seorang arsitek, dialah yang merancang semua bangunan yang digunakan atau memakai nama Alfa group sedangkan Doha adalah pengacara.
Semua yang berkaitan dengan hukum di perusahaan adalah urusannya dan dia juga terkenal sebagai pengacara perceraian dan yang terakhir adalah Egra Alfa, masih muda, sedang berada di kelas terakhir SMA, masih belum jelas kemana bakatnya tapi papa dengar kerjanya hanya main dan merayu gadis-gadis."

Kenapa Nagma merasa kesal mendengarnya, Apa urusanya.?
Dia bahkan tidak kenal dengan bocah tengik yang lebih muda darinya itu.!
Ankara, Braga, Cairo, Doha dan Egra.
Geografi adalah bidang Nagma jadi dia tau nama-nama itu berasal dari kota-kota besar di dunia.
Orangtua para Alfa ini cukup unik.!

Rasanya mereka sudah cukup lama melewati gerbang tapi kenapa masih belum sampai juga.
Dari bawah perbukitan kelihatannya rumah tidak terlalu jauh dari gerbang ternyata lumayan juga.

"Ingat Nagma jangan jauh-jauh dari papa. Sulit mencarimu jika kau tersesat di tempat seluas ini."
Tuan Bahar langsung memperingati putrinya begitu mobil berhenti.

"Tenang saja, aku bukan anak kecil, aku tidak akan tersesat."
Nagma tertawa.
"Apa papa pikir aku masih berumur sepuluh tahun dan suka lari-larian.!?"

Masalahnya tuan Bahar tau betul kalau Nagma buta arah meski dia menguasai geografi secara teori tapi dalam prakteknya Nagma masih sering salah menunjukkan barat dan timur atau kiri dan kanan sekalipun.
Bahkan Nagma masih bisa salah jalan meski sudah sering lewat jalan yang sama hingga tuan Bahar tidak pernah mengizinkannya berkendara sendirian.!

(Klian yang baca ada yang kayak gini juga nggak, sama kayak aku.?)

Tuan Bahar turun terlebih dahulu dari mobil, begitu pintu dibukakan oleh sopirnya dibelakangnya, si sekretaris juga sudah menunggu diluar.
Nagma keluar sambil menutupi dada mungilnya yang tak tertutup semua oleh gaun tanpa lengan yang dipakainya.

"Kita masuk.!" Tuan Bahar menyodorkan lengannya untuk dirangkul sang putri yang semakin terlihat gugup lalu mereka diarahkan menuju pintu, masuk ke dalam ruangan yang lebih luas dari loby hotel, dimana sudah terlebih dahulu hadir ratusan tamu.
"Aku senang kita tidak terlambat." Gumam tuan Bahar.

"Tapi bukankah kata papa pestanya jam tujuh.?"
Nagma mendelik.
"Aku sampai tidak makan malam karena takut terlambat."

Tuan bahar tersenyum.
"Kau taukan alasan papa berbohong.?
Lain kali ubah kebiasaan buruk mu itu.!"

Nagma akan protes tapi mendengar ucapan sang papa dia langsung terdiam.

"Itu para Alfa.!"
Bisik tuan Bahar pada putrinya yang tanpa diarahkan sudah menemukan posisi kelima para Alfa yang berada berdekatan satu sama lain meski dalam kelompok kecil yang berbeda.

Tanpa diberitahu Nagma entah bagaimana langsung tau siapa saja yang merupakan kelima kakak adik Alfa yang benar-benar jauh dari apa yang dia pikirkan.
"Ankara, Braga, Cairo, Doha dan Egra." Bisik bibir Nagma melafalkan lima nama laki-laki yang baru malam ini di dengar oleh telinganya.

Nagma lupa apa alasannya datang ke sini, kenapa dia mau menemui papa.
Dia tidak ingat sosok Roman, tidak mencari keberadaan pria itu karena sekarang di matanya ada lima sosok mahkluk yang disebutnya sebagai keajaiban.!

***************************
(01082024) PYK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top