MUKJIZAT TUHAN

Felic dan Maya berjalan beriringan melewati beberapa gundukan-gundukan tanah. Tangan Felic membopong bunga mawar putih yang masih segar. Di sela-sela tempat itu ditumbuhi ilalang tinggi. Tanah tertanam batu nisan bertuliskan pemilik gundukan itu. Felic dan Maya berhenti di salah satu gundukan. Dari balik kacamata hitamnya, Maya meneteskan air mata. Maya membantu Felic berjongkok di sebelah gundukan tanah itu.

"Hai, Ayah. Apa kamu di sana merindukan Bunda? Ayah tahu, aku ke sini mau memperkenalkan calon mantu kita. Dia cantik dan baik loh, Yah? Bunda udah cocok banget sama dia, Yah. Tapi Bunda juga sedih karena anak kita sedang terkena musibah. Ayah doakan Al ya, biar cepat sadar dan bisa nemenin calon mantu kita melahiran. Bentar lagi kita akan jadi opa dan oma. Haduh udah tua ya Yah, kita. Tapi Bunda tetep cantik lo, Yah." Maya melepas kacamatanya, dia menyeka air matanya dengan ujung kerudung.

Felic tersenyum ke arah makam ayah Al yang sengaja ditanami rumput hijau agar terlihat menyejukan mata.

"Hai, Yah. Namaku Felic. Bunda berlebihan Yah, memujiku. Aku merasa biasa saja, tapi kalau Bunda cantik, itu benar Yah. Felic saja minder Yah, kalau sedang jalan bersama Bunda. Cantikan Bunda daripada Felic," ucap Felic pada makam ayah Al.

Felic terkekeh saat menoleh ke sampingnya yang didapati Maya melototkan mata ke arahnya.

"Maaf, Bun. Damai, Bun." Felic mengacungkan jari tengah dan jari telunjuk ke arah Maya. Maya tersenyum dan mencium sayang kening Felic.

"Kita berdoa untuk Ayah, ya My Lovely?"

Felic mengangguk lalu menengadahkan tanganya untuk berdoa. Dengan khusyuk Felic dan Maya berdoa untuk ayah Al di sisi Sang Pencipta.

"Sudah?" tanya Maya usai mereka berdoa.

"Iya Bun, sudah."

"Ayo kita ke rumah sakit, kasihan El dan Dul," ajak Maya lalu membantu Felic berdiri.

Sebelum pergi, tidak lupa Maya mengucuri air di nisan suaminya, ditaburkan bunga di atas makam dan menaruh mawar putih yang dibawakan Felic tadi.

***

Maya dan Felic masuk ke ruang perawatan Al. Sejauh ini, belum ada perkembangan tentang kondisi Al. Felic setiap hari menemani Al, pagi dia datang dan malam dia dipaksa Maya untuk istirahat di rumah karena mengingat kondisi kandungannya yang semakin mendekati persalinan. Pada malam harinya digantikan El dan Dul untuk menjaga Al.

Felic berjalan menghampiri Al yang masih setia menutup matanya. Dia mencium kedua mata Al yang terlihat mulai menghitam dan mencium keningnya penuh cinta dan rindu.

"Bangun, Sayang. Kamu nggak mau nemeninku melahirkan? Bukalah mata kamu, berbicaralah pangeran burung besiku? Jiwaku tidak pernah tenang tanpa cinta dan kasih sayangmu. Aku takut, Sayang," ungkap Felic lirih sambil mengusap pelan pipi Al yang mulai terlihat tirus itu.

Setiap kali Felic berada di sampingnya, air mata tak henti-hentinya mengalir. Rasa takut yang teramat menjalar menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darahnya. Hatinya selalu risau dan tidak tenang.

"Aku sadar ini semua salahku, yang membuat semuanya menjadi gelap. Maafin aku, Sayang. Aku yang salah karena keegoisanku untuk menerima menjadi istri kedua hanya untuk membantu Kak Bella. Andai aku tidak menerimanya, pasti sekarang yang aku kandung anak kita dan kamu tidak berbaring di sini. Pasti kita sudah membina bahtera rumah tangga, membangun istana yang sudah kita impikan selama ini, membesarkan dan mendidik anak-anak kita. Bangun, Sayang," isak Felic di atas tubuh Al yang tidak bergerak sedikitpun. Penyesalannya sudah menguasai pikiran dan hatinya.

"Bangun, Sayang. Tinggal satu langkah lagi penantian kita akan terwujud. Jangan pernah kamu tinggalin aku. Kamu harus kuat. Aku selalu di sini menemani dan menunggumu."

Felic memeluk tubuh Al dengan air mata yang terus membanjirinya. Maya yang berdiri menatap besarnya cinta kedua anak manusia itu tak terasa ikut menitikan air mata. Besarnya cinta dan ketulusan cinta mereka dapat mengalahkan segalanya. Tidak semudah itu orang dapat memisahkan mereka, hanya tangan Tuhan-lah yang dapat memisahkan. Karena merasa tidak tega melihat tangis dan penderitaan Felic, Maya pun keluar dari ruang rawat Al.

Felic dengan setia menemani Al hingga matanya merasakan kantuk yang sangat berat. Dia meletakan kepalanya di samping tubuh Al. Felic dengan setia menggenggap tangannya.

"Aku ingin setelah nanti membuka mata, aku dapat melihat mata indah yang menenangkanku," ucap Felic lirih lalu dia menutup matanya.

***

Al merasakan tangannya digenggam sangat erat. Dengan berat dia berusaha membuka mata. Dia mengejapkan kedua mata. Saat mata itu terbuka, pandangannya kabur, dia berusaha untuk memperjelas penglihatannya. Setelah penglihatannya jelas dari sebelumnya, orang yang pertama dia lihat adalah wanita yang sudah sangat dia rindukan dan cintai.

Senyum terlihat sangat tipis dari bibir pucatnya yang tertutup dengan alat pembantu pernapasannya. Sekujur tubuhnya terasa sakit dan lemas seperti tidak memiliki tulang. Dia berusaha menggerakan jari-jarinya yang digenggam Felic.

Felic merasakan ada pergerakan di tangan yang ia genggam. Dia membuka matanya dan menegakan kepala menatap Al yang sudah membuka mata. Mata yang selama ini menatapnya dengan penuh cinta kini terlihat sayu dan wajahnya masih terlihat pucat.

"Sayang, kamu udah sadar?" Felic meraba wajah Al dan dengan segera memencet tombol darurat yang berada di atas Al berbaring.

Hati Felic lega dapat melihat pangeran burung besinya bangun dari tidur panjang.

"Syukur Ya Allah. Terima kasih Engkau kembalikan dia padaku," ucap Felic meraba wajah tampan nan sayu Al.

Tak henti-hentinya Felic mengucap syukur pada Tuhan yang sudah memberi mukjizat tepat waktu. Setelah menunggu beberapa menit dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan. Dokter memeriksa kondisi Al.

"Kondisinya masih lemah dan jangan banyak bergerak dulu, karena ada bagian tulang tubuhnya yang patah. Setelah keadaannya stabil, kami akan melakukan pengecekan dan scan di kepala pasien untuk memastikan tidak ada luka dalam kepalanya," jelas dokter setelah mengecek keadaan Al.

"Terima kasih, Dok," ucap Felic sopan dan membungkukkan tubuhnya sedikit pada dokter itu.

"Jaga kondisi kandungan Anda, Nona. Suami Anda sekarang sudah sadar, jadi perasaan Anda sudah bisa lega dan lebih tenang untuk mempersiapkan persalinan. Saya mengkhawatirkan kondisi Anda dan bayi yang berada dalam kandungan Anda. Jika Anda terus merasa stres berkepanjangan, saya takut nanti saat melahirkan justru kondisi tidak siap dan bisa membahayakan keselamatan Anda atau bayi Anda. Saya memperhatikan ini adalah anak pertama Anda dan Pak Al. Jadi saya harap Anda bisa menjaga kondisi dengan baik, " pesan dokter itu menohok ulu hati Felic. Sakit dan perih!

Dokter itu mengira Felic dan Al adalah suami istri.

"Iya. Terima kasih, Dokter." Hanya kalimat itu yang dapat Felic katakan.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter lantas berlalu keluar bersama perawat.

Felic menatap Al dengan tatapan sendu.

"Maafkan aku yang telah menyakitimu dan mengecewakanmu selama ini. Aku yang egois tidak pernah memikirkan perasaanmu. Ini adalah hukuman untukku. Cukup kali ini saja kamu menghukumku sampai aku merasa sangat ketakutan dan menyesal. Aku mohon bangunlah dan bertahanlah demi aku dan malaikat kecil kita. Aku tidak akan membiarkan Kak Bella dan Kak Andrian mengambilnya dari kita. Aku yang mengandungnya dan aku yang akan mempertaruhkan nyawaku untuknya. Aku mohon bertahanlah, Sayang," ucap Felic dalam isakannya. Al hanya tersenyum tipis.

'Aku lelah Sayang, jika memang Tuhan tidak menyatukan kita di dunia ini, aku akan selalu berdoa agar kita dipertemukan dan disatukan didekat-Nya nanti. Aku akan menunggumu. Aku sangat mencintaimu.' Al hanya dapat mengucap kata itu dalam hati. 'Aku tidak akan pernah lelah dan berhenti untuk mencintaimu, Prillya Cloris Felicia. Tuhan tolong bantu aku untuk menjaga dan melindunginya,' timpalnya dalam hati.

Al menatap Felic lekat. Dia ingin menatap puas bidadari burung besinya itu sebelum dia meninggalkan wanita yang sangat dia cintai untuk selamanya.

"Aku tidak akan bisa bertahan tanpa kamu. Bagaimana aku akan hidup, sedangkan jantungku berhenti? Apa arti hidupku tanpa kamu? Jika kamu pergi bawalah aku bersamamu," ucap Felic tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Al yang dapat mendengarkan kata-kata itu keluar dari bibir tipis kekasih hatinya. Hati Al merasa terenyuh dan air bening mengalir dari ujung kedua matanya. Al merasakan bahwa pilihannya selama ini tepat, dia telah memilih wanita yang sudah mencintainya dengan tulus dan ikhlas. Kesetiaannya tidak pernah ia ragukan lagi. Al tersenyum walau tipis namun Felic masih dapat melihatnya, Al dengan mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa, dia mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Felic. Dia menarik tangan Felic bermaksud agar wanitanya itu memeluknya.

Felic yang tahu maksud Al dengan cepat memeluk kekasih hatinya walau tidak erat karena ia menyadari kondisinya yang tidak memungkinkan. Namun dia berusaha memberi kenyamanan pada pangeran burung besinya itu. Felic menangis sepuasnya dalam pelukan Al.

"Temani aku melahirkan, Sayang. Bantu aku berjuang untuk malaikat kecil kita. Kita membutuhkanmu, Ayah," bisik Felic lirih tepat di telinga Al.

Perasaan Al menghangat dan rasa tenang di dalam hatinya saat Felic memanggilnya dengan sebutan 'Ayah'. Al tersenyum, dalam hati, dia ingin selalu Felic dan malaikat kecilnya nanti memanggilnya itu.

Dari depan pintu terlihat El dan Dul memeluk Maya dari samping. Mereka dapat merasakan apa yang terjadi pada Al dan Felic. Air mata mereka pun keluar tanpa bisa ditahan. Sesak dan pedih mereka rasakan dalam dada.

"Bun, apa Kak Al dan Kak Felic bisa bersatu?" tanya El pelan pada Maya.

"Apa Tuhan akan mengizinkan mereka untuk besama, Bun?" timpal Dul.

Kedua tangan Maya membelai kepala El dan Dul yang bersandar di masing-masing bahu Maya.

"Kita berdoa meminta yang terbaik untuk Kak Al dan Kak Felic ya?" ucap Maya menenangkan hati kedua putranya itu.

Namun dalam hati, Maya merasakan hal yang sama dengan El dan Dul. Kekhawatiran dan kecemasan menghantuinya setiap hari. Namun Maya harus terlihat tenang dan kuat jika dihadapan anak-anaknya. Dia tidak boleh lemah di depan orang!

Sedangkan di dalam ruangan, Felic merasakan sesuatu mengaliri betisnya. Perutnya terasa sangat sakit.

"Au sakit," rintih Felic melepas pelukan Al dan memegangi perutnya.

Maya, El, dan Dul dengan cepat masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Felic yang sudah terlihat kesakitan.

"Kak!" El dan Dulu panit melihat Felic berkeringat.

Felic tersungkur di lantai memegangi perutnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"My Lovely!" teriakan Maya mendekati Felic.

Wajahnya panik dan khawatir terpancar dari keempat orang tersebut. Ingin rasanya Al berdiri dan mengangkat bidadarinya agar cepat mendapat pertolongan. Namun apa daya dia tidak bisa berbuat apa-apa saat ini.

'Maafkan aku, Sayang. Kali ini aku menjadi lelaki yang tidak berguna untukmu,' sesal Al dalam hati.

"Cepat Dul, kamu panggil suster atau dokter!!" perintah El panik mendorong tubuh. Dul dengan kepanikannya, Dulu pun pergi ke luar.

"Bun, sakit," adu Felic menggenggam tangan Maya.

Maya membalas genggaman tangan Felic, menyalurkan kekuatan padanya.

"Tenang My Lovely, kami akan selalu di sampingmu. Kita akan berjuang bersama-sama ya?" ujar Maya menenangkan hati Felic.

Al dari tempatnya berbaring menatap nanar Felic yang merintih kesakitan.

#######

Udah nggak terasa tinggal 1 part lagi 'ENDING'.
Terima kasih atas vote dan komentarnya.

Banyak yang bertanya dan bingung. Itu tandanya kalian nggak baca lengkap. Atau malah nggak mengikuti dari awal? Makanya bingung. Hehehehehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top