MENARI DI ATAS DERITA

Andrian POV

Sepulangnya dari kantor, aku langsung menuju ke rumah mertuaku. Di sana aku sudah melihat kedua mertuaku dan Bella sedang berbicara serius. Aku melihat wajah Bella tidak tenang dan sepertinya ada sesuatu. Aku menghampiri mereka yang sedang duduk di ruang tengah. Mertuaku mengutarakan orang yang siap membantuku dan Bella untuk memberikan kami pinjaman rahim. Seperti yang sudah aku dan Bella sepakati, kami akan melakukan in vitro fertilazion, sering orang mengenalnya dengan bayi tabung. Ini berbeda dengan artificial insomination atau sering disebut insominasi buatan. Hanya dengan cara itu kami dapat memiliki anak. Sebenarnya Bella masih dalam usia masa produktif, hanya saja dia mengalami pengangkatan rahim sebagian. Jadi dia tidak memiliki tempat untuk pembuahan dan pengebangan embrio. Dengan terpaksa kami akan meminjam rahim orang lain untuk menampung anak kami.

Perbedaan bayi tabung dan insominasi buatan adalah, jika bayi tabung prosedur lebih kompleks karena sperma dan sel telur dibuahi di luar rahim dan di tempatkan pada cawan petri, setelah pembentukan embrio barulah ditanam di dalam rahim pinjaman. Sedangkan insominasi buatan dilakukan dengan menempelkan sperma berkualitas ke dalam rahim. Namun tingkat keberhasilannya lebih tinggi bayi tabung. Maka dari itu aku dan Bella memilih cara bayi tabung.

Tapi, ada satu syarat sebelum aku melakukannya. Aku juga harus menikahi wanita yang nanti akan kita pinjam rahimnya. Sebagai syarat agama saja. Mertuaku dan Bella sudah menyetujui syarat itu sebelum meminta pendapatku. Aku hanya pasrah mendengar penjelasan bahwa aku akan menikahi wanita yang selama ini diam-diam aku kagumi. Dia adalah adik iparku dan yang membuatku terkejut adalah ternyata Prillya Cloris Fellicia bukan adik kandung istriku.

Itu ide gilA! apa aku harus menikahi dia? Tapi hanya dengan cara ini aku bisa meminjam rahimnya. Kalau aku boleh egois, aku senang dan bahagia dia bisa menjadi istriku, walau hanya istri sirih. Kesepakatan kami setelah Ily melahirkan, aku akan bercerai dengannya. Dan ada syarat yang paling gila lagi. Ily tidak mengizinkanku untuk menyentuh tubuhnya.

Kata-kata itu selalu teriang di telingaku. Kenapa nasibku seperti ini ya? Punya dua istri tapi tidak ada yang mau melayaniku di ranjang. Belum sempurna aku sebagai seorang suami.

Malam itu juga kami menggelar pernikahan sirihku dengan Ily. Hanya ada wali nikah, dua orang saksi, pemuka agama setempat, ketua RT, mama mertuaku dan istri pertamaku, Bella. Sedangkan papa mertuaku sebagai wali nikahnya.

Ketika kami berbincang di ruang tengah tanpa ada Ily, tiba-tiba seseorang yang kami khawatirkan datang juga. Kapten Al Ghazali. Lelaki yang sangat dicintai istri keduaku. Tanpa basa-basi, setelah dia duduk kami bersama menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Aku lihat dia terkejut dan seketika raut wajahnya menjadi sedih. Papa mertuaku memberinya kesempatan untuk menemui istri keduaku yang selalu berdiam diri di dalam kamarnya. Felic  keluar kamar hanya saat kami melakukan akad nikah, setelah itu dia menutup kamarnya.

Entah apa yang mereka bicarakan dan lakukan. Kami menunggu di ruang tengah mendengarkan tangisan menyayat hati Felic, siapa pun yang mendengarkannya pasti merasakan kepiluan dia. Aku melihat mama mertuaku dan Bella ikut menangis. Aku mencoba menenangkan Bella dengan kuusap punggungnya dan kupeluk dia dari samping. Setelah lebih dari satu jam kami menunggu, akhirnya kami berempat berdiri bersama ketika melihat Al dengan gontai menuruni tangga sambil memakai kacamata hitamnya. Aku yakin dia habis menangis.

Ternyata tubuh kekarnya tidak sebanding dengan hatinya yang lemah. Baru ditinggal pacar menikah, dia sudah seperti kehilangan sebagian nyawanya. Aku mendengar teriakan memilukan dari dalam kamar. Ily memanggil nama 'Al', 'Al Ghazali', 'Muhammad Azka Al Ghazali'.

Namun yang dipanggil tidak menanggapinya. Jika aku jahat, mungkin aku suda bersorak ria karena akulah orang yang berhasil menikahinya. Aku yang memenangkannya, kini dia menjadi istriku sah walau hanya di mata agama. Namun mendengar tangis Ily seperti itu, hatiku menjadi tak tega.

Saat kami mengantar Al  ke luar rumah, tiba-tiba Ily berlari menabrakku dan Bella yang berdiri di ambang pintu. Dia berlari memeluk erat tubuh Al dari belakang. Al hanya diam tidak membalas pelukannya. Ily menangis terisak hingga tiba-tiba saja turun hujan lebat. Mereka masih berdiam mematung, Ily menangis memeluk erat tubuh Al. Saat aku ingin melangkah menarik Ily agar dia tidak kehujanan, Bella menahan tanganku. Di dalam hatiku ada rasa tidak rela melihat mereka berpelukan di depan mataku. Apa dia lupa bahwa sekarang Felic sudah sah menjadi istriku? Apa aku cemburu pada mereka? Wajar jika itu terjadi, karena Ily istriku. Tapi anehnya kenapa jika Bella yang beradegan mesra dengan lawan mainnya saat suting tidak ada perasaan marah dan sepanas ini hatiku?

Setelah sekian lama kami melihat adegan berpelukan itu, akhirnya Al membalikkan badan. Dia melonggarkan pelukan Ily. Aku melihat wajahnya memucat, bibirnya membiru dan tubuhnya menggigil.

Al mengisyaratkan Bella untuk mengajak Ily masuk. Bella menarik Ily namun dia memberontak masih menahan kaus Al. Dengan cepat Al masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pelataran rumah mertuaku. Sedangkan Ily masih menangis tersungkur ke tanah. Hingga mobil Al tak terlihat, Ily jatuh tergeletak di tanah. Dengan cepat aku mengendongnya masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamar dia. Mama dan Bella membantu mengganti pakaian Ily, sedangkan aku dan Papa menunggu di depan kamar.

***

Hingga keesokan paginya, saat aku dan Bella ingin ke luar rumah ternyata sudah banyak wartawan mencari berita tentang pernikahan sirihku. Cepat sekali kabar itu berhembus, ini yang aku takutkan jika menikah lagi. Bisa hancur repotasiku jika publik tahu, aku sekarang mempunyai dua istri. Untuk keamanan Ily, aku dan Bella memindahkan dia ke apartemennya. Memang aku dan Bella terlihat sangat egois dan tak adil, tapi hanya dengan cara menyembunyikan Ily agar statusku yang beristrikan dua tak terbongkar.

Pada malam berikutnya aku mendengar kabar bahwa Ily sakit, sepulangnya dari kantor, aku langsung ke apartemen istri keduaku itu. Tidak lupa aku membawakan setangkai mawar merah dan bubur untuknya.

Aku membuka pintu kamar dan melihat dia sedang tidur di bawah bed cover bermotif doraemon. Setiap aku masuk ke dalam kamarnya ingin rasanya aku melepas semua figura yang memamerkan foto mesra Al dan Ily. Ketika aku menawarkannya untuk merenofasi apartemen dia menolakku mentah-mentah. Apalagi saat aku meminta dia untuk menurunkan foto-foto itu, dia terlihat marah padaku. Aku tidak ingin mencari ribut dengannya, akhirnya aku yang mengalah dan keluar dari kamarnya dan pulang ke rumah untuk menemui istri pertamaku.

***

Author POV

Hari ini Andrian dan Bella akan membawa Felic untuk melakukan implantasi ke rumah sakit yang sudah dipercaya mereka. Bella masih produktif, namun ia sudah menjalani pengangkatan rahim sebagian hanya saja tidak diangkat ovariumnya. Itu berarti Bella masih mampu memproduksi hormon esterogen dan sel telur, hanya saja tidak mengalami menstruasi dan tidak bisa mengalami kehamilan. Ibaratnya, mampu memproduksi sel telur namun tidak memiliki tempat untuk memelihara sel telur tersebut agar menjadi bayi.

Selama seorang wanita masih mampu memproduksi sel telur dan memiliki hormon esterogen, tidak bisa dikatakan menopouse, walau dia sudah tidak mengalami menstruasi. Bella dan Andrian sudah bersepakat untuk menjadikan Felic sebagai surrogate mother atau ibu tumpang. Mereka akan meminjam rahim Felic untuk mengandungkan ovum Bella yang telah disenyawakan dengan benih Andrian. 

"Ily," panggil Bella masuk ke dalam kamar Felic. "Udah siap kan?" tanya Bella duduk di sebelah Felic di tepi ranjang.

"Udah dong, Kak," jawab Felic dengan senyum terpaksa.

"Maafin gue ya, Ly? Gara-gara gue lo harus ikut terlibat dalam situasi ini,"
ucap Bella tak enak hati.

Felic tersenyum paksa ke arah Bella.

"Aku akan melakukan apa pun untuk kebahagianmu," balas Felic lalu memeluk Bella. Air mata Felic kembali keluar di pelukan Bella.

"Terima kasih ya, Ly?" ucap Bella tulus membalas pelukannya.

Di saat Felic dan Bella masih berpelukan, Andrian tiba-tiba datang ikut memeluk kedua istrinya itu.

"Senengnya punya dua istri yang akur," ujar Andrian di sela pelukannya.

Felic tersentak dan segera menepis tangan Andrian yang berada di bahunya. Andrian menatap dengan tatapan sendu namun Felic justru menatapnya tajam dan tidak suka. Bella mendengus panjang melihat sorot mata Felic yang menggambarkan kebencian pada Andrian.

"Ya sudah, kita berangkat yuk?" ajak Bella mencairkan suasana yang mulai menegang.

Felic dengan cepat menyambar tas selempang yang dia taruh di atas nakas dan berjalan terlebih dulu meninggalkan Bella dan Andrian yang mematung menatapnya.

"Dri, lo harus sabar ya? Maklumi sikap Felic," ucap Bella mengelus lengan Andrian.

Entah mengapa tiba-tiba jantung Andrian kembali berdetak kencang saat Bella mengusap lengannya lembut. Andrian hanya mengangguk.

"Ya udah, kita berangkat yuk! Kasihan Dokter Endy sudah menunggu kita." Bella menggandeng lengan Andrian.

Dengan susah payah Andrian menormalkan detak jantungnya.

Saat di dalam mobil suasana hening. Andrian fokus menyetir dan di sampingnya Bella yang sedang fokus menatap padatnya kota Jakarta. Felic  duduk dibelakang menatap kosong ke luar jendela. Saat mobil Andrian berhenti di lampu merah, tidak sengaja tepat di sampingnya ada mobil yang sudah sangat Felic hafal. Dari balik kaca mobil masing-masing kedua mata itu beradu pandang. Sorot kerinduan di antara mereka terpancar jelas. Air mata keduanya mengalir begitu saja tanpa komando. Tangan Felic meraba kaca mobil Andrian yang tertutup rapat. Bersamaan dengan orang di sebrangnya yang juga menatapnya. Dia sama halnya seperti Felic meletakan telapak tangannya di kaca mobil yang juga tertutup rapat.

"Al."

"Felic."

Seru mereka lirih bersamaan tanpa mereka ketahui. Saat lampu sudah hijau, mobil Andrian menikung ke kanan sedangkan mobil jemputan Al menikung ke kiri.

Perasaan tersiksa tertanam di hati keduanya. Bagi Al dan Felic saat ini mereka seperti terhalang tembok besar dan tinggi memisahkan mereka. Ini seperti mimpi bagi mereka. Dapat saling melihat namun tak bisa menyentuh.

"Aku kangen sama kamu," gumam keduanya bersamaan di tempat yang berbeda.

Tak berapa lama akhirnya mobil Andrian terparkir di depan rumah sakit. Andrian turun lebih dulu, saat dia berada di samping mobil, dia bingung mana yang lebih dulu ia bukakan pintu. Felic atau Bella?
Felic lebih dulu membuka pintu mobil dan turun begitu saja mendahului Andrian dan Bella masuk ke rumah sakit. Andrian membukakan pintu untuk Bella.

"Tritma kasih," ucap Bella diiringi senyum manisnya membuat hati Andrian menghangat.

Sesampainya di ruang Dokter Endy, dokter spesialis IVF atau bayi tabung yang dari awal membantu Bella dan Andrian. Mereka berempat duduk di sofa ruang kerja Dokter Endy.

"Bagaimana, Pak Andrian? Apa sudah dapat dilakulan implantasi hari ini?" tanya Dokter Endy.

Andrian memandang Bella dan Felic bergantian.

"Maaf, begini Pak Andrian, sel telur Ibu Bella dan sperma Pak Andrian yang sudah dipertemukan di
dalam tabung petri yang sudah dibiarkan di dalam lemari
pengeram sudah kami lakukan pemantauan selama 18 sampai 20 jam sudah terjadi pembuahan sel. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian akan diimplantasikan ke dalam rahim seseorang yang bersedia meminjamkan rahimnya untuk menampung dan mengembangkan embrio tersebut," jelas Dokter Endy.

"Lakukan sekarang, Dok. Saya sudah siap," sela Felic saat Andrian dan Bella tidak merespon penjelasan Dokter Endy.

"Baiklah, saya akan persiapkan ruang dan alat untuk penanamannya." Dokter Endy segera bergerak melakukan apa yang harus ia persiapkan.

Andrian dan Bella hanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Felic, perasaannya saat ini berkecamuk, ia sangat bersalah pada Al. Namun ini sudah menjadi keputusannya untuk membantu keluarga.

***

Waktu 14 hari setelah embrio
diimplantasikan tidak terjadi menstruasi pada Felic. Bella dan Andrian lagi-lagi mengantarnya ke rumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan air kemih untuk tes kehamilan dan seminggu
kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi saat ini di dalam rahim Felic tertanam embrio dari benih Andrian.

##########

Nahh sudah terjawabkan anak siapa?

Makasih untuk vote dan komentarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top