CINTA YANG SEJATI

Felic murung di dalam kamar. Sedari tadi dia menginginkan sesuatu, entah mengapa dia benar-benar ingin memakannya saat itu juga. Andrian masuk ke kamar Felic, melihatnya sedang mondar-mandir di depan kaca jendela. Andrian memerhatikannya bingung.

"Ily?" seru Andrian menghentikan Felic. Dia lantas menoleh ke sumber Suara, Andrian berdiri tak jauh dengannya. "Kamu kenapa?" tanya Andrian mengkhawatirkan keadaan Felic.

Felic menundukan kepalanya sembari memainkan jari-jarinya.

"Kaaakk." Ada rasa sungkan di diri Felic saat ingin mengatakan sesuatu pada Andrian.

Andrian mendekat lalu memegangi kedua bahu Felic.

"Kamu kenapa? Mau minta apa? Apa kamu mengidam?" tebak Andrian tepat pada sasaran.

"Aku pengin makan gado-gado dan aku maunya sekarang." Akhirnya keinginan itu keluar dari mulut Felic.

Ini kali pertama Andrian melihat Felic meminta sesuatu padanya. Andrian tersenyum manis mengacak rambut Felic.

"Ya sudah, ayo kita cari di restoran Indonesia food," ajak Andrian sambil menggandeng tangan Felic.

Debaran jantung Andrian, yang selama ini ia rasakan sejak dulu ketika melihat Felic, muncul kembali. Apakah dia benar jatuh cinta kepada Felic? Ataukah perasaan itu sekadar simpati? Entahlah, yang pasti Andrian tidak ingin melewatkan waktu baik bersama Felic.

Ketika mereka ingin melangkah ke luar kamar, Felic mencegah, "Kak, tunggu dulu." Dia menahan tangan Andrian.

"Apa lagiiiii?" tanya Andrian lembut.

"Kapan Kak Bella datang?" Andrian mengerutkan dahinya.

"Nanti sore dia sampai di sini. Kenapa?" tanya Andrian hampir melupakan istri pertamanya jika sudah bersama Felic.

"Yaaa nggak apa-apa, berarti kalau aku pinjem suaminya buat jalan-jalan boleh dong? Aku bosen Kak, di dalam apartemen terus." Felic mengerucutkan bibirnya kesal.

Bukan lantaran bosan selalu di dalam ruangan, hanya saja jika ada Adrian dan Bella di apartemen, dia tidak bisa memiliki banyak waktu luang untuk bertemu pangeran burung besinya.

"Aku kan juga suami kamu, jadi nggak perlu pinjam Kak Bella kan?" Adrian mengerling.

"Tapi kan yang selalu ditemani Kak Andrian, Kak Bella," bantah Felic.

"Jadi kamu sekarang mulai iri ya sama istri pertama, Kakak.?" goda Andrian sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Ya aku mah maklum Kak, namanya istri kedua itu cuma buat pelengkap. Pajangan di rumah yang harus disimpan rapat-rapat keberadaannya," jawab Felic asal yang justru menyentuh hati Andrian.

Andrian melepas genggaman tangan Felic, dia menghadap ke arah Felic. Andrian memegangi kedua bahunya.

"Apa kamu tersiksa dengan keadaan ini, Ily?" tanya Andrian tulus menatap serius di manik mata Felic.

Felic tersenyum manis membuat hati Andrian nyaman dan damai melihat senyuman bidadari burung besi. Felic menurunkan kedua tangan Andrian dan menggenggamnya.

"Kak, aku membantu Kak Andrian dan Kak Bella itu tulus dan ikhlas. Kebahagiaanku bersumber pada satu orang dan Kakak tahu siapa orang itu. Maafkan Ily ya, kak? Selama ini Ily tidak pernah sekalipun menjalani kewajiban seorang istri untuk Kak Andrian. Maaf, hati Ily sudah terkunci rapat oleh satu nama, yaitu Muhammad Azka Al Ghazali. Tidak ada celah di ruang hati Ily untuk orang lain. Aku sayang sama Kak Andrian namun dengan porsi yang sama dengan rasa sayangku ke Mama, Papa, dan Kak Bella. Aku lihat dari tatapan mata Kak Bella, dia mencintai Kak Andrian.

"Ily minta tolong Kak, bukalah hati kakak untuk Kak Bella. Aku tahu selama ini perasaan Kakak pada Kak Bella baru sekadar rasa sayang dan rasa tanggung jawab sebagai seorang suami. Tapi aku percaya, dengan seiring berjalannya waktu pasti Kak Andrian bisa membuka pintu hati untuk Kak Bella," ujar Felic berharap Andrian membuka mata hatinya dan melihat cinta dan kasih Bella selama ini yang tak diacuhkan Andrian.

Andrian tersenyum pada Felic. "Apa Kakak boleh memeluk istri kedua Kakak ini?" tanya Andrian mencolek singkat hidung mancung Felic.

"Kali ini aku izinin. Tapi besok-besok nggak boleh ya?" ucap Felic menggemaskan.

Dengan senang hati Andrian memeluk Felic. "Kamu wanita pertama yang membuatku gagal fokus," bisik Andrian di sela pelukannya.

Felic melepas pelukan Andrian.

"Kok bisa aku?" serunya menatap Adrian meminta penjelasan.

"Karena kamu yang sudah mencuri fokusku dan sedikit membawa hatiku," jawab Andrian mencolek hidung Felic singkat.

"Ya sudahlah, itu derita Kak Andrian, karena aku cuma punya satu hati dan hanya satu orang yang sudah bisa mencurinya dan menjadikan aku tawanan dalam hidupnya."

"Beruntungnya jika Al yang menikahimu. Tapi sayang, aku dulu yang menikahimu," ucap Andrian sombong.

'Kamu memang beruntung, Kak bisa menikahiku, tapi kamu kalah start karena Al yang mendapatkan piala sesungguhnya,' batin Felic.

"Udah yuk, kita jalan cari gado-gado. Yaaa... buat diskon Kakak deh, kali ini kita pacaran mumpung Kak Bella belum datang," seloroh Felic menarik tangan Andrian tak sabar ke luar kamar mencari gado-gado.

***

Sore itu Bella sampai di apartemen, namun tak ditemui satu orang pun penghuninya.

"Pada ke mana ini orang-orang?" tanya Bella pada dirinya sendiri mengedarkan pandangannya.

Bella berjalan mencari ke kamar Felic, namun kamar terlihat kosong. Bella pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar yang sering ia tempati saat datang ke apartemen.

Setelah membersihkan diri, Bella keluar kamar mandi, rapi dengan pakaian santai dan wajah lebih segar. Dia melihat Andrian baru saja masuk kamar.

"Hai kamu sudah sampai?" sapa Andrian sambil melepas jam tangannya.

"Sekitar sejam yang lalu," jawab Bella datar. "Dari mana kamu?" tanya Bella curiga.

"Dari ngantar Ily cari gado-gado. Sekalian ajak dia jalan-jalan," jujurnya namun justru membuat hati Bella panas.

"Oh!" jawab Bella singkat dan berbaring di ranjang memunggungi Andrian.

Andrian menghampirinya, duduk di tepi ranjang. Dia berbisik pelan tepat di telinga Bella, "Hei, kamu cemburu, aku nurutin keinginan anak kita?"

Bella membalikan badan melihat wajah Andrian yang kini tepat di depan wajahnya.

"Aku sih maunya nggak marah, Dri. Tapi nggak tahu hati dan pikiranku bertolak belakang. Pikiranku bilang tidak apa-apa, tapi hatiku sakit."

Andrian tersenyum manis, dia memiringkan kepalanya lantas mencium bibir Bella. Saat kedua bibir itu sudah saling menempel ada gejolak di dalam diri Andrian yang menuntut lebih. Andrian mulai melumat bibir Bella, dengan lembut dia memagut bibir atas dan bawah bergantian.

Bella membalas ciuman Andrian yang mulai memanas itu. Ciuman Andrian beralih ke lehar Bella dan meninggalkan beberapa tanda merah di sana. Bella memberi akses untuk Andrian mengeksplor leher jenjangnya. Tangan Andrian tak hanya berdiam diri, dia mulai meraba dada Bella. Dengan pelan Andrian meremas gundukan kenyal itu. Desahan dari bibir Bella keluar begitu saja.

Di penghujung senja, mereka bergumul di atas tempat tidur.

Peluh membasahi keduanya, napas memburu terlihat dari dada mereka yang naik turun. Andrian tersenyum dan mencium kening Bella.

"Makasih ya? Ini hukuman buat kamu karena sudah cemburu sama aku," ucap Andrian dengan napas tersengal.

"Ini tugas aku sebagai istri kamu. Jika hukumannya seenak ini, aku akan selalu cemburu sama kamu."

"Yeeee!!! Itu maunya kamu."

"Dri, I love you," ucap Bella tulus menatap Andria intens.

Andrian melepaskan diri dari Bella. Dia menatap manik mata Bella dalam dengan wajah serius.

"Maaf Bel, untuk cinta aku memang belum ada tapi rasa sayang dan tanggung jawab terhadapmu aku memang sudah tanamkan dari awal kita menikah dan kini sudah tumbuh di hatiku. Aku butuh waktu untuk mengubah rasa sayangku agar menjadi cinta untukmu," jelas Andrian membelai pipi Bella.

"Aku akan menunggu sampai rasa itu ada di hatimu, Dri," ucap Bella dengan suara bergetar.

Andrian memeluk tubuh Bella.

"Maafkan aku Bella, jangan menungguku. Tapi ajari aku untuk mencintaimu."

"Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, Dri."

"Iya Sayang, lakukan itu untukku." Andrian mengeratkan pelukannya.

Mereka butuh waktu untuk memastikan rasa yang sedang mereka rasakan saat ini.

Di luar kamar kedua insan yang sedang terbawa suasana itu, Felic dan Wita duduk di ruang tengah.

"Mbak Wit, gimana caranya aku ke tempat Al? Aku kangen sama dia. Udah dua hari nggak ketemu," tanya Felic pada Wita saat dia sedang mengolesi minyak angin di kaki Felic yang membengkak.

"Saya juga nggak tahu, Mbak," jawab Wita sibuk mengolesi minyak di kaki Felic.

Andrian dan Bella keluar dari kamar dengan wajah segar.

"Kamu kenapa Dik, cemberut begitu?" tanya Bella melihat Felic bersandar santai di sofa dengan tangan menopang dagunya.

"Nggak apa-apa," jawab Felic sambil menggelengkan kepala.

"Ily, Kak Andri sama Kak Bella mau ke Singapur. Tadi Mama Resifa telepon,  besok ada acara peresmian kantor cabang di sana. Maaf tidak bisa menemanimu lagi," jelas Andrian penuh penyesalan.

"Yaaahhh begitu ya? Ya sudahlah, nggak apa-apa," tanggapan Felic berpura-pura kecewa. 'Yeaaaa lebih cepat pergi aku yang seneng. Kalian nggak datang pun aku lebih senang. Karena aku bisa lebih dekat dengan pangeran burung besiku" lanjut Felic dalam hati yang sudah jingkrak-jingkrak bahagia.

"Maaf ya, Sayang?" ucap Bella sambil membelai pipi Felic. Bella mengusap perut buncit Felic. "Anak Mommy, jangan nakal ya sama Aunty ya? Jagain Aunty Baik-baik," ujar Bella tersenyum lebar lantas mencium perut Felic.

Deg!

Jantung Felic seketika merosot hingga ke perut. Rasa tak rela bersarang dalam hatinya. Felic mengusap perutnya dan tersenyum paksa pada Andrian dan Bella.

"Kakak berangkat dulu ya?" pamit Bella sambil mengecup kening Felic.

"Kalau kamu ada apa-apa segera hubungi kakak ya, Ly?" pesan Andrian mengacak rambut Felic pelan.

Dengan pandangan kosong ke arah depan, dia hanya mengangguk. Selepas Bella dan Andrian keluar dari apartemen, pandangan Felic tiba-tiba mengabur. Genangan air menghalangi pandangannya. Felic begitu saja berdiri dan berlari ke luar apartemen. Wita yang kelimpungan bingung dengan sikap Felic yang aneh, mencoba mengejar. Wita tahu ke mana Felic pergi.

Sesampainya di apartemen Al, Felic mencari sandaran hatinya. Dilihat Al sedang berdiri di ruang tengah sambil menelepon seseorang. Dengan cepat dia berlari memeluk Al yang sedang berdiri membelakanginya.

"Astogfirulloh!" ucap Al terkejut mendapati serangan mendadak dari arah belakang. "Sayang!!! Kam---" Saat Al ingin mengomel, dia merasa tubuh wanita yang memeluknya erat dari belakang itu bergetar. "Bun, nanti Al telpon lagi ya? Felic sedang butuh Al. Maaf," kata Al melalui telepon yang masih menengger di telinganya.

Isakan tangis Felic semakin menjadi. Tubuhnya merosot ke bawah membuat Al segera membalikan badan. Al berjongkok di hadapan Felic memegangi kedua bahu Felic.

"Sayang, kamu kenapa? Ada apa? Kenapa menangis?" tanya Al bertubi-tubi dan terlihat sangat khawatir. Al menarik wanitanya ke dalam pelukan.

"Aku nggak rela jika anak ini nanti diminta Kak Bella, ini anak kita, Sayang!!!!!" isak Bella histeris dalam pelukan Al.

Yang selama ini Al khawatirkan ternyata benar terjadi. Ketidak relaan Felic untuk melepaskan bayi dalam rahimnya untuk Bella dan Andrian. Al mengangkat tubuh Felic, dia duduk sambil memangku Felic di sofa. Al membiarkan Felic mengeluarkan air matanya agar dadanya terasa lega. Felic mengalungkan tangannya pada leher Al. Ia tumpahkan air matanya di sela-sela leher Al. Al menenangkan Felic mengusap sayang punggungnya.

Setelah beberapa menit Felic terdengar menangis, kini Al merasakan napasnya sudah teratur. Al tersenyum saat dia membalikan tubuh Felic menghadapnya. Sisa air mata yang membasahi wajah Felic dilap Al dengan telapak tangannya. Al mencium kening Felic penuh rasa sayang. Dengan masih sesenggukan dalam tidurnya, Al mengangkat Felic masuk ke kamar.

Saat Al merebahkan Felic di atas ranjang, Felic tidak melepaskan pelukannya di lehar Al. Al tersenyum dan ikut berbaring memeluk Felic, memberi ketenangan dan kenyamanan.

"Al," panggil Felic lirih wajahnya menelusup ke depan dada bidang Al.

"Iya, Apa Sayang?" tanya Al lembut mengelus sayang punggung Felic.

"Aku kangen Bunda." Al tersenyum mendengar ucapan Felic.

"Sabar ya Sayang, nanti setelah kamu melahirkan, kita akan pindah ke Surabaya. Aku akan membawamu pada Bunda. Kita akan tinggal bersama Bunda di sana."

"Janji?!" Felic mengenadahkan wajahnya menatap Al dengan mata berbinar dan penuh harapan.

"Iya, Sayang. Janji!" jawab Al sambil tersenyum yang membuat hati Felic tenang. Al mencium singkat bibir Felic.

Felic menarik tengkuk Al dan melumat bibir kenyal itu dengan ganas. Jujur saja sebenarnya Al saat ini sedang benar-benar lelah. Dua hari dia menerbangkan pesawat dan setelah sampai di bandara Soekarno-Hatta, dia langsung terbang lagi kembali ke Malaysia untuk selalu staindby menjaga Felic.

Namun Al tidak ingin mengecewakan Felic, dia membalas lumatan bibir Felic. Al menggigit kecil bibir bawah Felic hingga mulut Felic sedikit terbuka, Al memasukan lindahnya ke dalam mulut Felic. Lidah Al menjelajahi setiap inci rongga mulut Felic.

Ciuman Al beralih pada leher jenjang Felic, dia tinggalkan tanda merah pada leher kulit putihnya. Tangan Al meremas dada Felic. Mereka beradu nafsu di bawah lampu terang kamar.

Keringat hasil kerja keras mereka malam ini membasahi tubuh. Mereka sama-sama seperti mandi keringat. Perlahan Al memisahkan persatuan mereka. Dia menggulingkan tubuhnya di samping Felic. Dada mereka kembang kempis karena napas yang masih memburu. Rasa lelah dan letih kini benar-benar Al rasakan. Tidak peduli lagi dengan kondisi tubuhnya, Al memejamkan mata.

Felic menoleh ke arah Al, dia tersenyum melihat wajah lelah pangeran burung besinya itu. Dia mendekat dan mencium kening Al penuh rasa sayang.

"Terima kasih untuk semuanya. Aku sangat mencintaimu. Terima kasih sudah menjadi yang terbaik dalam hidupku," ucap Felic di depan wajah Al.

Felic mencium bibir Al singkat dan menarik bed cover untuk menutupi tubuh mereka yang polos. Felic tertidur dalam pelukan Al, dengan kepala bersandar  diatas dada Al. Tangannya meluk perut Al posesif.

"Kamu hanya milikku dan aku hanya milikmu," kata Felic sebelum dia memejan matanya.

Hanya di dekapan Al, Felic merasa nyaman, aman, dan tenang. Karena ketulusan cinta keduanya sulit bagi orang memisahkan mereka, hanya Tuhan-lah yang dapat memisahkan mereka dan dengan tangan Tuhan pula mereka akan dipertemukan kembali untuk dipersatukan agar dapat bersama selamanya. Cinta yang kekal dan abadi. Semua tinggal menunggu waktu itu kapan akan tiba. Hanya Tuhan-lah yang tahu. Indah pada waktunya.

#######

Terima kasih atas vote dan komentarnya. Maaf kalau kurang greget karena 18++ aku cut. Hihihihih

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top