Bab 8 : Status Wa Mertua
( POV AUTHOR )
Sania, mamanya Ali pun merasa kesal karena putranya yang biasa nurut itu sudah mulai berani melawan, bahkan tak hanya ucapan, tapi juga tindakan.
“Gimana nih, Mah. Anak-anak aku kalau nggak minum susu bisa kelaparan,” rengek Anggi pada sang mama.
Pria yang duduk di sebelahnya hanya diam, laki-laki yang harusnya bertanggung jawab atas hidup istri dan anaknya tersebut sama sekali seperti tak punya salah.
Malah asyik sendiri makan sarapan yang ada di depannya tersebut,sesekali menyuapi anaknya yang paling besar.
“Mama juga pusing, Mama sih ada uang, tapi buat pegangan. Karena Dona kan udah nggak tinggal di sini lagi. Kalau Mama kasih kamu, nanti Mama nggak punya pegangan, Gi. Suruh suamimu sana cari kerja, ngojek kek apa kek.” Sania pun beranjak dari duduknya, sebal dia melihat sang menantu yang berwajah tanpa dosa.
Kalau saja dia tidak ingat dengan putrinya itu, mungkin juga laki-laki itu akan dia usir sama seperti menantunya Dona.
Sania bingung sendiri, kenapa anak-anaknya itu nggak ada yang punya pasangan seperti yang dia harapkan.
Ammara, Anggi, suaminya biasa saja, nggak ada yang kerjanya bagus,kaya lah atau gimana. Malah Ali yang dapat perempuan lumayan, tapi badannya nggak bisa dikondisikan.
“Mas, tuh denger kata Mama. Sana mandi, cari kerja,” omel Anggi pada suaminya.
“Sayang, aku mau cari kerjaan di mana lagi coba. Ya aku sarjana sih emang, tapi sekarang kalau mau kerja harus kenal orang dalam minimal. Atau nyogok, sedangkan aku aja nggak punya duit.” Agus mencoba memberi alasan.
“Halah, nggak usah kebanyakan alasan lah, Mas. Kalau males ya males aja, pokoknya hari ini Mas harus keluar buat cari uang, jangan pulang kalau nggak dapat uang. Malu tau sama Mama. Masa numpang makan ini itu, suami nggak ada kerjaannya.”
“Ya kan kamu yang ngajak aku ke sini, Sayang. Aku ajak kamu ke rumahku nggak mau, di sana kan ada bapak aku, dia jualan, dia juga sayang sama anak kita. Pasti bapak aku juga mau ngasih uang buat kita nanti.”
“Ya kamu kalau mau minta, ya minta aja sana. Aku nggak mau kalau serumah sama bapak kamu. Bapak kamu genit. Ish.” Anggi bergidik ngeri mengingat ayah dari sang suami.
Pernah ketika mereka menginap di sana, dan Agus sebagai suami bekerja ke kantor. Ruslan, ayahnya Agus mencoba untuk menggoda Anggi yang saat itu sedang hamil anak pertamanya.
Rayuan dan ucapan manis menjijikan itu masih teringat di kepala Anggi. Tapi ketika dirinya melapor pada sang suami, Agus justru bilang kalau maklum saja, bapak kan sudah lama jadi duda. Barulah setelah itu ia minta pulang ke kontrakan.
Sejak saat itu, ada trauma tersendiri di hati Anggi setiap mengingat hal menjijikan tersebut. Beruntung ada tetangga yang datang ke warung, jadi dirinya tidak sampai diapa-apain oleh mertuanya sendiri.
Agus pun beranjak dari duduk, merasa kesal dengan ucapan istrinya itu. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa karena masih butuh tempat tinggal dan makan.
“Yaudah iya, aku mandi dulu, abis itu aku keluar cari kerjaan,”ucapnya.
Anggi tak menggubris ucapan suaminya, dia membantu sang putri yang baru selesai sarapan itu untuk membersihkan wajahnya. Sementara anak keduanya masih belum bangun.
.
[ Sayang, kamu di mana sih? Serlok ya, aku samperin. ]
Pesan baru saja masuk di ponsel Dona dari sang suami.
Dona tak membalasnya, karena dia sedang melayani pembeli di counternya.Pesan yang barusan masuk pun hanya ia baca dari layar depan saja.
“Mbak, Dona, makin cantik aja nih,” goda seorang pria yang membeli pulsa.
“Iya dong.”
“Iya lah, harus cantik biar suaminya makin betah di rumah.”
Dona hanya tersenyum, jangankan betah, suaminya saja tidak peduli dengannya. Dia lebih memilih bersembunyi di balik ketiak sang mama.
“Berapa, Mbak?”
“27 ribu.”
Pria itu menyodorkan uang lima puluh ribuan, Dona segera mengambil kembaliannya.
“Mbak, sekincare yang waktu itu masih ada nggak?” tanya pembeli wanita yang baru datang.
“Oh yang itu? Yang bungkusnya emas?”
“Iya.”
“Di online say, ke tik tok aku aja kalo mau order. Aku nggak jual produk nya langsung, kenapa, cocok?”
“Alhamdulillah cocok, Mbak. Makanya aku mau beli lagi. Nih bekas jerawat aku udah mulai pudar.”
“Oh syukurlah. Iya, nih tok tok aku.” Dona menuliskan nama akun tiktoknya yang biasa ia pakai untuk live kalau malam hari, dia menjual beberapa produk kecantikan, pakaian, makanan, pokoknya apapun itu.
Hasilnya juga lumayan, kadang dirinya juga mendapatkan sample gratis. Kalau ada uang dia stok sendiri, sayangnya dia tidak mencoba produk itu.Jadi, tidak ada testimoni langsung darinya.
“Oke, Mbak. Makasih ya, aku isi paketan yang 10ribu aja, Mbak.Biar nggak mati nih kartuku.”
“Oke.”
Dona sibuk melayani pembeli, ya dia senang memang bekerja dengan berinteraksi pada orang lain. Dari situ dirinya dikenal sebagai pribadi yang supel.Bisa bergaul dengan siapa saja, dia juga pede dengan bentuk tubuhnya yang tidak selangsing wanita seusianya.
Dona pernah ingin dilamar menjadi istri keduanya kepala desa.Tapi, kedua orang tuanya melarang karena saat itu dirinya masih sekolah menengah atas.
Sebenarnya pernikahannya dengan Ali pun, sang ibu kurang setuju.Alias tidak yakin kalau anaknya akan bahagia dengan pilihannya tersebut. Walaupun Fitri sebagai ibu dia tahu, kalau keluarganya Ali dari dulu memang baik. Tapi, namanya feeling seorang ibu pasti ada saja
Dona pun tak menyesal menjalani pernikahannya dengan sang suami.Bagi dia apa yang terjadi saat ini adalah takdirnya. Mungkin kalau bukan Ali yang meminangnya, dia juga masih belum punya suami.
Setelah sepi pembeli, Dona mengambil ponselnya dan membalas pesan dari Ali.
[ Mas mau apa tanya aku di mana? Aku nggak mau kasih tau aku di mana kalau Mas nyuruh aku pulang ke rumah Mama.]
[ Enggak, Sayang. Engga. Ayolah kamu di mana? ]
[ Janji? Demi apa? Aku malas debat sama mama kamu, Mas.]
[ Sumpah, Sayang. ]
[ Tapi kamu ikut aku ya, kita ngontrak berdua saja. ]
[ Iya, Sayang. Lihat nih aku udah diusir sama Mama. Mana aku dari kemarin nggak ganti semvak. Nggak enak banget loh ini, Sayang. Aku kerja lengket burungku.]
[ Pict ]
Ali mengirim gambar dirinya dan koper besar yang dia ambil sepulang kerja tadi.
Dona tertawa kecil, membayangkan milik sang suami yang kisut karena semvaknya tidak ganti dari kemarin.
[ Yaudah, Mas ke counter aja, aku di sini. Nanti pulang jam 9. ]
[ Oke, Sayang. Mas datang dengan membawa kerinduaaaan. ]
Tak lama setelah pesan suaminya ia baca, iseng Dona melihat status wa milik mama mertua. Yang memasang foto sedang bersama dengan perempuan berjilbab,cantik, dan caption yang membuat hatinya memanas.
Yakni – Calon Mantu Idaman –
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top