Chapter 8
Mentari pagi berhasil menelusup masuk melalui celah-celah jendela dengan tirai yang tersibak. Laki-laki tampan baru saja membuka matanya dan menepuk-nepuk sisi ranjang. Matanya terbuka dengan keadaan masih setengah sadar, karena tak mendapati siapa pun di sampingnya.
Masih jam 7 pagi saat ia melihat benda bulat yang menempel di dinding, benda yang menunjuk perputaran waktu.
"Sayang kamu kemana?" Ali mencari-cari Prilly di setiap sudut rumahnya.
"Prill, Prilly kamu di mana?" Ali masih mencari-cari keberadaan Prilly.
"Daddy kenapa sih teriak-teriak." Aleya sudah lengkap dengan setelannya untuk kuliah.
"Mommy mu kemana?" Tanya Ali.
"Tadi sih bilangnya ke depan, tapi dari tadi belum pulang, Aleya berangkat ya dad ada kelas pagi ya." Aleya mencium tangan Ali.
"Berangkat sama siapa?"
"Di jemput bang Ryan, dia juga ada ngajar pagi di kampus."
"Tunggu" Ali menahan tangan Aleya yang masih ada di genggamannya.
"Kalau daddy perhatiin makin hari kalian makin dekat, ada sesuatu ya di antara kalian. Kalian udah pacaran ya?" Ali memicingkan matanya, menyelidik Aleya.
"Belum sampai tahap sana Dad, tapi aku memang berdebar saat dekat dengannya, apa aku salah kalau aku punya rasa itu, rasa sama masa lalunya mommy?"
Ali tetap diam, dia memang tak begitu suka melihat Aleya dekat dengan Ryan karena dia masa lalu Prilly, rasa cemburunya pada Ryan masih sering menghantuinya. Tapi, keponakan tersayangnya ini mencintai Ryan, apa dia tega merusak kebahagiaan Aleya yang sudah seperti anaknya sendiri ini.
"Daddy serahkan semua sama kamu, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan dan kamu rasakan. Daddy cuma bisa pesan kamu tetap harus hati-hati jangan sampai pergaulan mu salah. Ingat papa mu yang selalu mendidik mu dengan sangat baik, ingat orang-orang yang menyayangi mu dan ingin kamu jadi manusia yang baik. Jangan kecewakan mereka semua."
"Aku ingat Dad, aku akan jaga apa pun yang aku punya, dan aku gak akan kecewakan kalian yang udah sayang sama aku."
Ali membawa Aleya dalam pelukannya. Ali memang sangat menyayangi keponakannya ini, dia rela melakukan apa pun untuk membuat Aleya bahagia.
"Ya sudah sana berangkat, tuh Ryan udah datang, salam ya untuk Ryan."
"Iya Dad, Assalamualaikum."
"Walaikumsalam." Ali mengantar Aleya sampai depan rumah, Ali melihat Ryan tersenyum ke arahnya, sebaliknya juga dia melakukan hal yang sama.
Bertepatan dengan Aleya berangkat, Prilly pulang dengan belanjaan di tangan kanan dan kirinya. Prilly sempat melambaikan tangan mengantar kepergiana Aleya.
Prilly berjalan riang ke arah Ali yang masih berdiri di depan pintu, dengan susah payah Prilly membawa barang belanjaannya itu. Ali menghampiri dan membantunya.
"Kamu kok bawa belanjaan banyak gini sendirian sih, kenapa gak bangunin aku kalau mau belanja."
"Tadi aku lihat kamu tidurnya pules sekali sayang, aku gak tega bangunin kamu."
"Ya udah ayo masuk." Ali membawa belanjaan Prilly masuk dan meletakkannya di atas meja dapur.
Prilly sibuk merapikan barang belanjaannya dan meletakannya di tempat masing-masing, sampai ada sebuah tangan melingkar erat di perutnya, Ali datang memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Prilly.
"Hhhmm ..., kamu belum mandi ya? Masih bau asem nih." Prilly mencium aroma Ali.
"Namanya juga baru bangun tidur terus nyariin kamu." Ali semakin mempererat pelukannya.
"Mandi dulu sana, bau tahu, mual nih aku nyiumnya."
"Biasanya juga kamu gak pernah protes kalau aku gak mandi, malah seneng sembunyi di ketek ku."
"Itu kan dulu, sekarang udah gak, sana mandi masa dokter jorok sih, gimana kalau pasien-pasiennya tahu kalau dokter Ali jorok."
"Kalau di rumah sakit aku boleh jadi dokter, kalau di rumah mah aku suami kamu yang siaga."
"Mulai deh pede nya, udah sana mandi aku siapin sarapan." Prilly mendorong Ali untuk menjauh darinya.
Ali mencium pipi Prilly singkat sebelum dia pergi ke kamarnya.
***
Ali sudab siap dengan seragam keberasarannya, jas putih yang bertengger di tangan kanan dan tas kerja di tangan kirinya. Ali melangkah ke meja makan, sarapan hari ini nasi goreng spesial telor mata sapi kesukaan Ali. 2 piring sudah tersedia di atas meja plus gadis cantik dengan senyum menawan menunggunya di sana.
"Sayang, sarapan dulu ya." Prilly meraih jas dan tas Ali untuk di letakkannya di bangku sebelah.
"Enak nih." Ali memandangi nasi goreng yang ada di hadapannya.
"Li, aku ikut ya ke rumah sakit."
"Ngapain? Nanti kamu capek loh."
"Ah, Ali, aku mau ikut boleh ya Li." Prilly mengguncangkan tangan Ali dan merayunya.
"Tumben banget sih kamu mau ikut. Ya udah kalau mau ikut, tapi di sana jangan nakal ya."
"Iya." Jawab Prilly dengan semangat, Prilly berlari ke kamarnya untuk segera berganti pakaian yang lebih pantas.
"Jangan lari." Teriak Ali saat melihat Prilly berlari.
"Duh punya istri kok kaya punya anak ya." Ali menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sarapan Ali sudah habis, Prilly juga sudah turun dari kamarnya, dengan tas dan sebuah kantung besar.
"Udah, ayo kita berangkat, aku udah kesiangan nih."
"Ayo, tapi kamu pakai ini ya." Prilly menyodorkan kantong plastik besar itu.
"Apa sih itu." Ali meraih kantong itu dan membukanya. Ada kostum badut dan perlengkapannya di sana, Ali melihatnya bingung dan beralih melihat Prilly. Prilly hanya tersenyum manis dan mengusap perutnya yang masih terlihat rata.
"Jangan mulai deh sayang."
"Anak kamu yang mau Li, dia mau lihat daddynya pakai itu berangkat kerja."
"Aku kan mau ke rumah sakit sayang bukan ke arena sirkus, masa aku pakai kostum badut gini sih."
"Ayo lah Li, masa kamu gak mau nurutin sih. Pakai ya, please." Prilly terus memohon agar Ali mau menuruti kemauaannya.
Ali masih saja menolak permintaan Prilly, ini akan terlihat konyol jika Ali melakukan itu.
***
Ali tiba di rumah sakit, dengan wajah murung dia berjalan di koridor rumah sakit, semua pasang mata yang di lewati Ali menatanpnya dengan mengulum senyum, bahkan anak kecil ada yang terlihat senang saat meliat Ali dan Prilly melintas di hadapannya.
"Sabar Li, ini demi istri dan anak lo." Batin Ali.
"Sayang lihat deh, semua senang lihat kamu kaya gini, kamu sering-sering aja ya ke rumah sakit pakai ini."
"NO, ini cukup sekali aja."
Ali berjalan lucu, goyang kanan goyang kiri karena kostum badut yang di kenakannya. Ali yang menahan malu bersembunyi di balik makeup badut yang di kenakan, sedangkan Prilly terlihat bahagia melihat suaminya seperti itu, dia berjalan riang mendahului Ali.
"ALI"
Ali menoleh kebelakang, dan Prilly juga menoleh ke belakang. Ada perempuan cantik yang menyadari bahwa Ali bersembunyi di balik kostum badut itu.
"Kamu ngapain Li pakai baju badut gini, kamu mau ke sirkus ya?" Lisa memperhatikan Ali dari atas sampai bawah.
Prilly yang melihat itu merasa tak senang, Ali miliknya tak ada satu pun yang boleh mendekat padanya.
"Kamu lucu Li." Lisa memegang Ali dan memintanya untuk berputar.
"Udah deh Lis, gak usah ngeledek aku kaya gitu." Ali menatapnya tajam.
"Ehemm" Prilly berdehem karena merasa di acuhkan.
Lisa menoleh sepintas tapi kembali memperhatikan Ali sambil terkikik melihat itu.
Prilly semakin kesal, dia menarik Ali paksa untuk cepat menuju ruangannya.
"Ayo," ucap Prilly ketus.
"Li, aku bawakan makan siang buat kamu, nanti kita makan bareng ya," ucap Lisa sebelum Ali semakin menjauh darinya.
Saat sudah di ruangan Ali, wajah Prilly berubah masam, tak ada satu pun yang di ucapkannya. Rasa kesal memuncak, Prilly hanya mematap Ali tajam tapi dengan air mata yang menggenang di kelopak matanya.
Ali tak menyadari itu, dia sibuk dengan melepaskan atribut badutnya itu, hari ini julukan Docool atau doctor cool luluh sudah hanya karena keinginan istrinya yang meminta dia jadi badut.
Ali membersihkan sisa makeup di westafel yang ada sampai benar-benar bersih. Mengganti pakaiannya dengan pakaian dinas yang biasa di pakai. Ali masih belum sadar ada perubahan di Prilly.
"Udah ya jangan begini lagi, aku malu sayang, untung gak ada yang mengenali ku tadi," ucap Ali dengan mengusap wajahnya dengan handuk kering.
"Kata siapa, buktinya masih ada kan yang mengenali mu." Jawab Prilly ketus.
"Siapa?"
"Perempuan centil tadi."
"Oh itu Lisa, dia salah satu dokter juga di sini." Jawab Ali santai.
"Pantes kalau pulang ke runah makannya suka gak habis. Itu formalitas doang ya biar aku gak marah kalau makanan buatan ku masih utuh. Tiap hari dapat makan siang dari dokter cantik itu kan."
"Kamu cemburu ya?"
"Gak"
"Kalau gak kok ngomongnya begitu. Ayo ngaku kamu cemburu ya."
"Aku pulang aja." Prilly mengambil tasnya dan ingin berlalu keluar ruangan Ali.
Ali ingin menahannya dan ingin menjelaskan semuanya, tapi Prilly sudah terlanjur keluar. Saat Ali keluar ada suster yang mendatanginya.
"Dok, pasien di kamar 1245 krtitis."
"Kita kesana sekarang."
Ali lebih mengutamakan pasiennya dari pada urusan pribadinya. Semoga nanti Prilly bisa mengerti.
"Maafkan aku sayang." Ali sempat menoleh ke belakang, tapi sayang Prilly sudah menghilang di ujung koridor.
***
Nah kan ngambek lagi, aduh ibu hamil yang satu ini ngambek mulu ya. Kasian ali, maklum lah ya ibu hamil bawaannya sensitif aja. Hihihi
Dan buat kalian pembaca atau penulis yang mau gabung di grup We Are One di Line. Kalau kalian berminat bisa hubungi ID Line : tarisayurishafira atau ebie.febriana disana kita bisa seru"an bareng loh ada penulis dan pembaca wp disana ^^
Thanks for reading..
Salam sedeng
Biie
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top