Chapter 6
Sejak Prilly di nyatakan hamil beberapa hari lalu, Ali jadi lebih possesif terhadap Prilly. Apa pun yang di lakukan Prilly selalu dapat pengawasan suami tercintanya.
"Morning my wife, morning baby." Ali mengecup kening Prilly dan mengusap perut Prilly yang masih rata.
Prilly semakin meringkuk dalam selimut, tapi Ali tak menyerah, dia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Prilly.
"Ali, aku masih ngantuk ah," ucap Prilly masih dengan mata tertutup.
"Ini udah siang sayang, masa mau tidur aja sih. Kita jalan-jalan yuk kan udara pagi bagus sayang." Ali mengusap-usap pipi Prilly.
"Kamu aja deh, aku males masih ngantuk juga."
"Ampun deh, istri aku malesnya, ya udah tidur lagi aja."
Ali kembali menyelimuti Prilly, sedangkan Ali sendiri beralih ke dapur. Dia ingin membuat sesuatu, rasa lapar di perutnya sudah tak bisa di ajak kompromi lagi. Ada mie instan goreng tergeletak tak berdaya di atas meja, dengan sigap di raihnya dan di masak tanpa ampun.
Ali meletakan panci berisi air di atas kompor setelah dia berhasil membuat hancur dapurnya sendiri karena dia tak tahu di mana letak panci itu. Sambil menunggu Ali duduk diam dan menyobek bungkusan bumbu-bumbu yang sudah tersedia di dalam bungkusannya.
Lima menit mie instan goreng buatan Ali sudah jadi. Aromanya sangat menggugah selera, cacing-cacing di dalam perut Ali sudah mulai orasi meminta jatah mereka.
Setelah di aduk menjadi satu dengan bumbu-bumbunya Ali siap memasukan mie itu ke dalam mulut.
"Sayang aku mauuu." Tiba-tiba Prilly datang dan langsung memeluk Ali dari belakang.
"Kamu lapar juga? Tadi katanya ngantuk." Ali kembali meletakkan sendoknya.
"Iya tadinya aku ngantuk, tapi aku nyium bau mie goreng aku jadi lapar," Prilly merajuk masih dengan memeluk Ali dari belakang.
"Ya udah sini duduk, nih makan." Ali meminta Prilly untuk di sisinya.
Mata Prilly berbinar, dia langsung saja duduk di samping Ali dan meraih mangkuk yang ada di hadapan Ali. Prilly terlihat lapar sekali sampai lupa menawarkan suaminya. Ali yang melihat itu hanya tersenyum saja, dia jadi lupa rasa laparnya.
"Alhamdulillah kenyang. Eh aku lupa kamu juga belum makan ya Li." Prilly tersadar makanan Ali di santapnya habis.
"Gak apa-apa nanti buat lagi." Ali mengusap kepala Prilly.
Di hari libur ini Ali ingin menghabiskan waktunya bersama Prilly, dari nonton film sama-sama, buat cemilan bersama, bahkan tidur di ruang tamu sama-sama.
"Sayang bangun, aku pengen makan seblak nih." Ali menepuk pipi Prilly pelan.
"Cari seblak di mana sih sayang."
"Kemarin dekat rumah mama aku lihat ada yang mangkal jualan di sana. Ayo beli kesana."
"Ih kamu tuh ya, yang hamil aku kok yang nyidam kamu sih."
"Ayo lah sayang, aku pengen banget seblak yang pedas." Ali seperti anak kecil yang merajuk minta di belikan balon oleh mamanya.
"Iya-iya, ya udah ayo mandi dulu."
"Mandi bareng ya, asikkk." Ali langsung menggendong Prilly menuju kamar mereka.
***
Matahari senja sudah mulai terlihat. Ali dan Prilly sedang berada di jalan mencari penjual seblak yang Ali mau. Alunan lagu coldplay menemani mereka sepanjang jalan. Prilly pun asik memandangi jalanan yang sedikit renggang karena ini hari minggu. Perepatan lampu merah pun tak banyak kendaraan yang berhenti.
"Hiks hiks hiks."
Ali menoleh ke sumber suara, dia melihat Prilly menitikan air matanya.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya Ali bingung.
Bukannya menjawab Prilly malah semakin deras mengeluarkan air matanya.
"Sayang kamu kenapa sih?" Tanya Ali sekali lagi.
"Lihat deh Li, aku kasihan sama bapak itu."
Prilly menunjuk seorang bapak-bapak renta yang sedang menyapu jalanan, dengan seragam orange dan topi sebagai pelindung dari sengatan sinar matahari yang terik saat siang hari.
"Kenapa kasihan sayang, kan itu pekerjaan dia buat menghidupi keluarganya."
"Iya aku tahu, aku cuma kasihan aja udah tua masih harus kerja keras banting tulang kaya gitu. Kamu parkirin mobilnya dulu deh Li."
"Gak bisa sayang ini kan lampu merah, nanti kita di tilang polisi."
"Pinggirin dulu Li sebentar."
Akhirnya Ali menuruti mau Prilly, dia menepikan mobilnya di tikungan setelah lampu merah.
"Kamu turun gih." Prilly meminta Ali untuk turun.
"Mau ngapain?" Tanya Ali bingung.
"Bantuin bapak itu biar kerjaanya cepat selesai sayang, ayo dong bantuin." Prilly masih beberapa kali melihat ke arah bapak itu dengan berlinang air mata.
"Iya sayang iya aku bantuin, kamu jangan nangis lagi ya."
Ali menuruti kemauan istrinya, sudah beberapa hari ini perasaan Prilly lebih sensitif, jika dia merasa kasihan dengan apa yang di lihatnya dia akan langsung berlinangan air mata, tak tega melihat itu semua.
Ali menghampiri sang bapak, entah apa yang di bicarakannya karena Prilly hanya melihatnya dari dalam mobil. Saat Ali mengambil alih pekerjaan bapak itu wajah Prilly berubah ceria. Senyum pun merekah di sudut bibirnya.
Ada lima belas menit Ali membantu bapak itu mengerjakan tugasnya, setelah itu dia kembali ke dalam mobil menemui Prilly.
"Makasih ya sayang." Prilly memeluk Ali karena dia mau memenuhi ke inginannya.
"Iya sayang ku." Ali membalas pelukan Prilly.
"Ih kamu bau asem, males ah." Prilly menutup hidungnya mencium aroma Ali yang bercampur dengan keringat.
"Kita pulang ke rumah mama dulu biar kamu mandi, bau banget deh." Ucap Prilly menutup hidungnya sambil sedikit menjauh dari Ali.
Ali reflek menghrup aromanya, memang benar rasa asam sedikit menganggu. Mungkin karna tadi di jalanan membantu bapak-bapak itu.
"Yaudah deh kita ketempat mama, sebelum itu beli seblak dulu ya." Ali memberikan Prilly sedikit syarat, ia kembali melajukan mobilnya menuju penjual seblak yang tak jauh dari rumah mama.
Saat tiba di penjual seblak, Ali terlihat antusias melihat si abang meracik pesanannya, Ali meminta rasa kencur sedikit di perbanyak supaya enak. Beberapa kali Ali membasahi bibirnya karena tak sabar ingin segera melahap pesanannya itu.
Dua bungkus seblak sudah ada di tangannya. Wajah Ali berbinar tak sabar ingin pulang. Ali langsung menancap gas menuju rumah mertuanya karena Prilly sudah beberapa kali menutup hidung tak ingin mencium aroma Ali yang bau asem.
"Assalamualaikum, maa."Prilly langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, menghampiri mamanya yang tengah duduk santai di ruang tamu.
"Eh sayang, kamu kok gak bilang-bilang kalau mau datang." Mama tersenyum mengusap rambut Prilly.
"Nggak ma, tadi Ali bantuin bapak-bapak tukang sapu di pinggir jalan eh taunya balik-balik udah bau asem yaudah sekalian mampir kesini biar Alinya mandi deh," ucap Prilly menjelaskan.
"Kok bisa sih?" Tanya mama bingung.
"Mama kaya gak tahu Prilly aja, sejak hamil kan sensitif banget. Ma Ali kebelakang ya mau makan seblak nih, mama Ali belikan satu." Ali mengangkan kantong plastik yang dari tadi di pegangnya.
"Ali mandi duluuu." Prilly mengerucutkan bibirnya.
"Makan dulu aku laper." Ali berlalu meninggalkan Prilly.
"Mama lihat tuh mantu mama, gak mau dengerin istrinya lagi." Prilly merajuk ke mama.
"Aliii."
"Iya Ali mandi sekarang." Ali membungkus lagi makanan yang hampir di tuangnya ke dalam mangkuk.
Prilly tersenyum penuh kemenangan karena Ali mau menurutinya.
***
Gak tau mau bilang apa, yang pasti makasih masih setia nunggu cerita ini ya.
Salam sedeng
Biie
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top