Chapter 5

Tak terasa sudah seminggu Ali dan Prilly berada di Jepang, banyak hal-hal indah yang mereka lalui. Hari ini adalah hari terakhir Ali dan Prilly di Jepang, Prilly nampak tengah memasukkan beberapa pakaian kedalam koper di bantu dengan Ali mengingat banyaknya barang-barang yang mereka bawa.

"Sudah semua?" Tanya Ali memastikan apakah ada barang-barang yang tertinggal lagi.

"Sepertinya sudah semuanya..."jawab Prilly terdengar lemas, Ali melirik kearah Prilly. Dilihatnya wajah Prilly yang seperti menahan muntah.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Ali khawatir.

"Perut aku dari tadi mual-mual sayang gak tahu kenapa" Prilly mengelus perutnya.

Ali menyerngitkan alisnya dan sedetik kemudian ia tersenyum, dielusnya perut Prilly yang rata lembut. Berharap bahwa apa yang ada dalam pikirannya tidak meleset.

"Kamu kok senyum-senyum orang lagi mual dia malah senyum-senyum dasar suami durhaka" Prilly memukul lengan Ali kesal.

Ali tertawa melihat wajah Prilly yang manyun-manyun sesekali ia meringis pelan.

"Nanti pulang di Indonesia kita ke dokter dulu ya..."Ali mengusap rambut Prilly.

Prilly yang tidak mengerti maksud Ali hanya mengangguk patuh saja. Ali merangkul Prilly dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang koper.

"Indonesia, Ali Prilly pulangg..."ucap Ali terdengar konyol namun mampu mengundang tawa Prilly.

"Apa sih kamu."

Perjalanan udara di tempuh beberapa jam dari Jepang ke Indonesia. Sepanjang jalan juga Prilly tak hentinya menahan mual yang semakin menjadi.

"Assalamualaikum." Teriak Ali dari luar.

"Walaikumsalam." Jawab mama Prilly yang membukakan pintu.

Prilly minta pulang ke rumah mamanya, katanya sih kangen mama makanya dia tak mau pulang ke rumah.

Saat pintu di buka, Prilly langsung berlari ke kamar mandi, membuang semua semua isi dalam perutnya, tapi sayang yang keluar hanya cairan bening saja.

"Prilly kenapa Li?" Tanya mama yang di lalui Prilly begitu saja.

"Gak tahu ma, dari tadi dia mual-mual terus gak kaya biasanya."

"Periksa ke dokter gih, mama takut kenapa-napa sama Prilly."

"Iya ma, biar Prilly istirahat dulu, mungkin aja dia masih jetlag."

"Yaudah sana lihat istri kamu dulu."

"Iya ma."

Ali meninggalkan mama mertuanya untuk melihat Prilly di kamar. Saat Ali tiba di kamar Prilly belum juga keluar dari kamar mandi.

"Sayang, kamu gak apa-apa buka dulu pintunya." Ali mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.

'Klek
Pintu kamar mandi terbuka, wajah Prilly semakin terlihat pucat.

"Kamu kenapa, kamu tiduran dulu deh ya." Ali membantu memapah Prilly untuk tiduran di ranjang.

"Pusing Li."

"Iya, yaudah kamu tiduran dulu di sini biar enakkan badannya, abis itu kita ke dokter ya sayang." Prilly hanya menjawab anggukan saja.

Ali mengelus kepala Prilly yang berbaring di pangkuannya. Ada rasa tidak tega melihat wajah pucat Prilly.

"Ughhh..."lenguh Prilly membuat Ali tersadar dari lamunannya.

"Hei sayang bagaimana? Masih mual gak?"tanya Ali mengelus rambut Prilly dengan wajah khawatir.

"Pusingggg"rengek Prilly manja memijat-mijat kecil kepalanya.

"Yaudah sekarang kita kedokter ya, udah agak mendingan kan?" Tanya Ali memastikan keadaan Prilly sebelum kerumah sakit.

Prilly mengangguk sebagai jawaban, Ali membantu Prilly berjalan agar sewaktu-waktu Prilly tidak terjatuh karna kondisi badan Prilly yang lemah.

"Daddy, mommy kenapa?" Aleya berdiri sambil mengucek-ngucek matanya nampak Aleya baru saja bangun tidur.

"Daddy mau bawa mommy ke rumah sakit dulu sayang," ucap Ali kemudian melanjutkan jalannya.

"Aleya ikut!" ucap Aleya tiba-tiba kemudian berlari masuk lagi kedalam kamarnya.

Ali tak peduli lagi, ia lebih khawatir akan keadaan Prilly yang kembali mual-mual.

"Ayo daddy." Aleya sudah nampak lebih rapi dari sebelumnya meski rambutnya diikat sembarang.

Aleya sedang menginap di rumah Prilly, karena dia tahu mommy dan daddy nya akan pulang hari ini.

Ali mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat, Prilly masih saja terduduk lemas di samping Ali, Aleya juga terlihat sangat khawatir pada mommynya itu. Untuknya jalanan tidak macet, jadi mereka bisa dengan cepat sampai di rumah sakit.

Sesampainya mereka di rumah sakit, Ali memapah Prilly untuk antri periksa. Aleya dengan tenang menemani Prilly yang sedang lemas dengan masih memegangi sebelah tangan Prilly.

"Mommy gak apa-apa?"

"Gak apa-apa sayang." Jawab Prilly terdengar sangat lemas.

Ali benar-benar panik sekarang, Prilly yang menyandarkan kepalanya di bahu Ali dari tadi tak henti-hentinya mengeluh mual.

"Sabar ya sayang, kita tunggu antrian kita." Ali mengusap kepala Prilly untuk sedikit menenangkannya.

"Aprillya Kirana" panggil Suster yang membuat Ali spontan berdiri. Ali memapah tubuh Prilly masuk kedalam ruangan dokter untuk segera di periksa.

"Selamat siang bu, pak silahkan duduk. Jadi apa keluhan istri bapak?" Tanya Dokter itu dengan ramah.

"Begini dok, istri saya sejak tadi mual terus dok," ucap Ali menjelaskan pada Dokter Nia yang diketahui Ali dari name plate yang menempel di dada sebelah kirinya.

"Baik kalau begitu saya periksa dulu istrinya."Dokter membantu Prilly berjalan.

Lama Ali menunggu dokter Nia keluar dari ruang pemeriksaan dengan wajah gelisah. Setelah beberapa menit Ali menunggu Dokter Nia keluar dari ruangan bersama Prilly yang menyusul di belakangnya dengan wajah tersenyum pada Ali.

"Jadi bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Ali penasaran.

"Tenang istri anda hanya kelelahan saja, mungkin mual-mual itu di sebabkan karna masuk angin saja." Jelas dokter Nia yang membuat wajah Ali nampak lesu. Perkiraannya meleset, Ali menatap wajah Prilly yang dari tadi tak henti-hentinya menahan senyum.

Setelah selesai, Ali merangkul Prilly menuju mobil. Perasaannya kalut berharap bahwa apa yang dikatakan dokter tadi itu salah. Walau Ali bukanlah seorang dokter hebat, tapi setidaknya dia tahu bagaimana ciri-ciri orang yang sedang hamil. Ali dan Prilly keluar menghampiri Aleya yang masih setia menunggu mereka.

"Dad, mommy kenapa?" Tanya Aleya yang masih memperhatikan mommy dan daddynya.

"Mommy gak kenapa-napa, kata dokter cuma masuk angin sama kecapean aja." Jawab Ali.

"Yahh, kirain mommy mau kasih aku adik." Aleya terlihat kecewa.

Selama perjalanan Ali banyak diam, pikirannya masih kacau. Sedangkan Prilly yang berada di samping Ali tak henti-hentinya tersenyum mengamati wajah tampan suaminya yang nampak lesu itu.

"Li, aku tahu kamu kecewa. Aku tahu kamu berhatap agar kamu bisa punya anak. Tapi mungkin Tuhan belum memperbolehkan anak itu lahir, tapi ia akan lahir setelah 9 bulan kedepan." Ucapan Prilly tersebut lantas membuat Ali kaget, Ali menepikan mobilnya.

"Maksud kamu apa sayang?" Tanya Ali tak mengerti.

"Ya maksud aku begini sayang, aku gak mau anak kita lahir sekarang maunya nanti pas udah 9 bulan." Jelas Prilly kembali sambil tersenyum.

Ali ikut tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya gemas, di cubitnya pipi Prilly yang makin chubby sejak kepulangan mereka dari Jepang.

"Kamu hamil?" tanya Ali dengan wajah tak percaya.

Prilly mengangguk sebagai jawaban, Ali langsung saja memeluk Prilly menumpahkan rasa bahagainya.

"Tapi alasan kamu itu gak masuk akal sayang, untung aku pintar," ucap Ali dengan nada sombong.

Prilly mencibir, ia ikut menyubit pipi Ali yang tak kalah chubby darinya itu.

"Hei kalian berdua bisakah tidak romantis-romantisan dulu, aku tahu kalian sedang bahagia tapi ingat ada anak tak berdosa yang kalian lupakan di sini." Suara Aleya yang sedang bersungut-sungut di belakang membuat Ali dan Prilly sadar bahwa masih ada Aleya.

Ali dan Prilly sama-sama terkikik meledek Aleya yang saat ini hanya menjadi kambing conge di antara dua orang alay yang tengah berbahagia. Mungkin itulah deskripsi yang di gambarkan Aleya saat melihat bagaimana kelakuan daddy dan mommynya.

****

Huh hah huh hah...wkwkwk ada yang bengek gak sih hahahah :v eh eh eh author cuman mau bilang.

Votememt semuaaaaa :b kagak vote kagak ada coment kagak lanjott bhayyy :***

Love

Ira

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top