Chapter 15
"Sayang ...."
Ali mengetuk pintu perlahan namun tidak ada jawaban, hanya suara isakan Prilly yang terdengar dari dalam.
Ali langsung saja membuka pintu, dilihatnya Prilly menangis sambil memeluk bantal gulingnya.
"Sayang ...." Ali meraih pundak Prilly yang terlihat bergetar karena tangisnya.
Prilly menpeis tangan Ali kasar kemudian berbaring membelakangi Ali. Prilly berusaha menutup matanya menahan tangisnya agar berhenti namun sia-sia air matanya masih tetap lolos.
Tiba-tiba Prilly merasa sebuah tangan kekar melingkar manis di pinggangnya. Ali mendekap Prilly dari belakang.
"Maafin aku ya." Ali membenamkan wajahnya di punggung Prilly.
"Kamu selalu gitu, tiap buat kesalahan minta maaf. Dan selalu gitu terus." Prilly menghela nafas berat. Nafasnya naik turun menahan emosi bercampur tangis.
"Aku minta maaf sayang, aku nggak bermaksud buat nyakitun kamu. Sayang, bantu daddy buat mommy kamu nggak marah lagi sama daddy ya." Ali merasa pergerakan di perut Prilly saat dia mulai menyentuh dan mengajaknya bicara. Prilly yang menyadari itu membuatnya menahan senyum.
Prilly membalikkan tubuhnya menghadap Ali. Di usapnya pipi Ali, ada bulu-bulu halus di sekitar rahangnya, janggut-janggut tipis sudah mulai tumbuh di sana.
"Aku minta maaf sudah marah kaya tadi." Prilly menatap tepat di manik matanya.
"Aku yang harusnya minta maaf." Ali ikut mengusap pipi Prilly.
"Sudah lah sayang, boleh kita melupakan itu sejenak, aku ingin jalan-jalan sama kamu. Tapi, kamu pasti udah capek seharian kerja."
Tiba-tiba saja Ali bangun dan berdiri di tepi ranjang.
"Ayo kita jalan-jalan, aku pasti akan ajak kemana pun kamu mau." Ucap Ali spontan menarik tangan Prilly bangun.
"Eh, Ali aku gak mau sekarang udah gak mood lagi." Prilly melepas tangan Ali sambil kembali berbaring.
Ali menghela nafas pelan ia kembali baring memeluk tubuh Prilly dari belakang lagi sambil mengusap-ngusal perut Prilly yang mulai membesar itu.
"Anak daddy, mommynya kok cepet amat yak berubah moodnya. Kan daddynya udah mau ngajak jalan eh dianya gak mau, ngeselin gak tuh sayang?" Ucap Ali memanyunkan bibirnya.
Prilly yang mendengar itu hanya mampu menahan senyum. Jika Ali sudah begitu Prilly bisa apa. Lelakinya ini sangatlah manja semenjak kehamilannya ini. Ntah karna faktor bayi atau apa.
"Mommy sayang ku cintaku, kita keluar yuk aku laparrr mau makannnn ...." Ali memanyunkan bibirnya menempelkan pipinya di punggung Prilly.
Prilly berbalik menghadap Ali, dielusnya pipi Ali pelan. Ali hanya memejamkan matanya menikmati sentuhan Prilly di pipinya.
"Kalau gini aku udah gak lapar lagi sayang kita tidur yukkk ...." Ali meraih pundak Prilly membawanya kedalam dekapannya.
***
Tak terasa kini usia kandungan Prilly sudah 8 bulan, itu berarti 1 bulan lagi adalah masa-masa menegangkan bagi Prilly. Sampai saat ini Ali sama sekali belum mengetahui penyakit Prilly, meski suaminya itu dokter apalagi dalam bidang ginjal Prilly semaksimal mungkin menjaga agar Ali tidak curiga.
Digo juga menjaga keadaan kandungan Prilly meski tidak terlalu dekat. Karna dia sadar kalau memiliki adik laki-laki yang cemburuan akut.
Dekat sedikit saja Ali akan langsung cemburu. Biasanya dia akan mogok makan atau me manyun akan yun kan bibirnya.
"Sayang, jangan lupa hari ini kamu cakeup loh jangan lupa ya. Nanti aku temenin ya karna kayaknya hari ini pasien aku sedikit deh," ucap Ali menguap rambut Prilly kemudian perutnya dan mengecupnya pelan.
"Jaga Mommy boy, daddy mau kerja cari uang dulu ya." Ali sedikit menunduk mengecup perut Prilly yang sudah sangat buncit itu.
Memang beberapa bulan kemarin Ali sudah mengetahui jenis kelamin anaknya. Laki-laki adalah pilihan Prilly sedangkan Perempuan adalah pilihan Ali tapi sayangnya tuhan lebih memilih pilihan Prilly lah yang menang, Walau tak sesuai keinginan Ali tetap menyayangi anaknys itu.
"Yes daddy." Prilly menirukan suara babynya.
"Hati-hati ya sayang di rumah." Ali mencium singkat kening Prilly dan Prilly mencium tangan Ali.
Prilly mengantar Ali sampai Ali tak terlihat lagi di sebrang jalan sana. Rasa bahagai menyelimuti hatinya, tapi rasa sedih juga hinggap dengan sendirinya. Takdir seperti apa yang akan di berikan Tuhan untuknya. Kebahagiaan suami dan keluarganya yang selalu ingin di jaga.
"Tetap bertahan ya sayang sampai nanti kamu hadir. Hari ini kita ketemu tante Lisa ya." Prilly mengusap perutnya, ada sedikit pergerakan di sana setiap kali Prilly berkata.
Prilly kembali masuk kedalam rumah, seperti biasa setiap hari Prilly lalui dengan rasa bahagia menyelinap di hati, Prilly membereskan rumah tanpa beban karena harus membawa kemana-mana anak di dalam perutnya.
Itulah perjuangan seorang ibu, tanpa lelah ia bekerja meski setiap hari dia harus membawa kita di dalam perutnya. Tidakkah terpikir bagaimana susahnya menjadi seorang ibu? Sedangkan kita yang hanya perlu berbakti padanya saja susah.
***
Prilly sampai di rumah sakit dengan menenteng kotak makanan di tangannya. Selalu begitu, Prilly tak pernah lupa membawa makan siang untuk Ali.
"Eh, Prilly udah sampai aja. Pasti mau ke ruangan Ali dulu kan?" Prilly mengangguk dan tersenyum dia tak sengaja bertemu Lisa di koridor rumah sakit.
"Ya sudah aku tunggu di ruangan aku ya." Lisa melambai ke arah Prilly dan Prilly membalasnya.
Prilly kembali melangkah ke ruangan Ali dengan senyum manisnya yang tak pernah lepas dan selalu menghiasi wajah cantik natural yang di milikinya. Diketuknya pintu pelan memastikan kalau Ali ada di dalam ruangannya.
Tok ... tok ... tok
"Masuk." Terdengar suara Ali dari dalam membuat Prilly langsung saja membuka pintu.
"Selamat siang pak dokter Ali yang terhormat saya datang membawakan makan siang untuk Anda sekaligus mau chekup sih, tapi silahkan di makan dulu," ucap Prilly terkikik geli sambil meletakkan kotak makanan di hadapan Ali.
Ali mengulum senyumnya melihat wajah menggemaskan Prilly, di tambah Prilly yang makin chubby semenjak hamil.
"Oh, dengan nyonya Prilly ya? Yang suaminya dokter tampan itu ya? Wahhh pasti suaminya itu sangat romantis kan." Ali jadi ikut-ikutan seperti Prilly dengan nada menggoda.
Ali mengedip-ngedipkan matanya lucu ke arah Prilly membuat tawa Prilly seketika pecah di buatnya.
"Haduhhh ... kok punya suami kek gini amat yak hahaha." Prilly tak henti-hentinya ketawa.
"Udah jangan ketawa mulu, kamu mau chekup kan? Aku anterin yak nanti soal makan kan bisa setelah chekup, yang penting aku mau liat jagoan aku dulu," ucap Ali bangkit dari duduknya menggandeng tangan Prilly ke luar ruangannya menuju ruangan Lisa.
Ali hari ini sangat bersemangat, bagaimana tidak ini sudah memasuki bulan yang ke-8 dan itu artinya sebentar Lagi anak yang di nantikan akan segera lahir.
Berbeda dengan Prilly, Prilly nampak takut dengan pemeriksaan kali ini. Bagaimana jika Ali melihat dari monitor jika ia hanya memiliki 1 ginjal? Berbagai pikiran negatif berkecamuk dalam otak Prilly.
Jantungnya berdebar-debar tak tahu bagaimana membayangkan betapa marahnya Ali nanti jika tahu, atau malah sebaliknya Ali akan terlihat sangat sedih.
Sepandai apapun kita menyembunyikan kebenaran, pada masanya nanti kebenaran itu akan muncul dengan sendirinya. Jangan pernah menyembunyikan kebenaran, karena kebenaran tak suka disembunyikan.
****
Maaf kelamaan hahaha selamat membaca jangan lupa comment dan votenya sangat penting mengingat cerita ini punya target votement wahahaahaha
Salam sedeng
Ira
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top