Chapter 12

Aleya sangat antusias saat ini, karena Digo akan kembali setelah perjalanan dinasnya beberapa bulan ini. Aleya pun rindu memeluk papanya, rindu bermanja dengan papanya.

"Daddy ayo, papa katanya udah sampai di bandara." Aleya sudah berdiri di ambang pintu.

Ali tersenyum mengangguk sambil berjalan merangkul Prilly di sampingnya berjalan kearah Aleya.

"Kangen banget ya kamu sama papa mu itu." Ali mengacak-ngacak rambut Aleya yang nampak sangat antusias hari ini.

"Iya dong, kan papa udah pulang berarti aku bisa manja-manjaan lagi sama papa ..." Aleya menyahut sambil bergelayut di lengan Ali begitu manja.

Prilly yang berada di sisi kiri Ali tak henti-hentinya tersenyum melihat keakrapan antara suaminya dan keponakannya itu.

"Sudah-sudah, ayo kita berangkat bukannya kamu sudah gak sabar mau ketemu papa mu Lea?" tanya Prilly mendapat anggukan semangat Aleya.

Dengan bahagia Aleya berjalan masuk kedalam mobil diikuti dengan Ali yang membukakan pintu untuk Prilly.

Prilly mengusap-usap perutnya, terasa pergerakan dari dalam walaupun masih minim. Prilly menikmati tiap detik pertumbuhan bayi mungil di dalam kandungannya. Ali mengulum senyum melihat Prilly yang duduk tepat di sampingnya. Ali mengulurkan tangan kirinya untuk ikut mengusap perut Prilly.

"Aku mau rambut nenek Li." Prilly menahan tangan Ali agar tetap berada di atas perutnya.

"Rambut nenek?" tanya Ali bingung.

"Iya, aku mau rambut nenek." Prilly mengulangi keinginannya.

"Yaudah nanti kalau kita ketemu nenek-nenek di jalan aku mintain rambutnya buat kamu." Ali mengusap kepala Prilly.

"Ihh bukan itu sayang, aku mau rambut nenek yang di jual di abang-abang." Prilly masih saja merajuk sepanjang perjalanan.

Aleya yang di belakang hanya bisa senyum-senyum melihan daddy dan mommy nya itu. Sejak Prilly hamil Aleya selalu melihat daddynya kesulitan mencari apa yang mommynya mau. Kebanyakan Prilly minta di carikan makanan tradisional yang sudah jarang di temui di pasaran.

"Emang ada ya abang-abang jual rambut nenek?" Tanya Ali polos.

"Hahahaha." Aleya tak bisa lagi menahan tawanya, bagi Lea ekspresi polos Ali ini aangat lucu.

"Lea, kenapa kamu ketawa?" tanya Prilly.

"Daddy lucu banget mom, mukanya daddy emang polos apa di polos-polosin sih. Hahaha." Aleya kembali tertawa dan Prilly ikut tertawa bersama Aleya.

Ali tetap terlihat cool di depan istri dan keponakannya itu, walaupun dia juga bingung kenapa mereka harus tertawa.

"Dad, rambut nenek itu kaya permen gulali gitu, ya masih saudaranya permen kapas deh dad, bukan rambutnya nenek-nenek yang ubanan. Lea aja tahu masa daddy gak tahu sih." Lea menjelaskan.

"Oh permen kapas toh, kalau itu daddy tahu. Tapi nyarinya dimana itu kan susah." Ali berusaha berpikir sejenak, mengingat-ingat di mana dia bisa menemukan keinginan istrinya itu.

"Ayo sayang cariin aku rambut nenek." Prilly menarik-narik baju Ali.

"Lea pernah beli dad, waktu itu Lea belinya di monas. Di sana banyak jajanan tradisional." Lea seakan memberi pencerahan pada Ali.

"Ya sudah, nanti habis jemput papa kamu kita cari rambut nenek ya," ucap Ali dengan mengulum senyum.

Perjalanan ke bandara cukup lama, jalanan yang macet membuat mereka lebih lama lagi berada di dalam mobil. Prilly kelelahan dan dia tertidur pulas. Ali yang melihat istrinya kelelahan itu merasa tak tega, apalagi harus membangunkannya. Tapi, mau tak mau Ali harus melakukannya, dia gak akan seteg itu meninggalkannya di dalam mobil.

"Sayang, ayo bangun." Ali mengusap pipi Prilly yang semakin chubby semenjak dia hamil.

"Hhhmmm ...," guman Prilly.

"Bangun, kita susul Aleya ke dalam apa mau di sini aja?" tanya Ali.

"Hhhmmm ...." Prilly hanya kembali berguman.

Akhirnya Ali mengirim pesan untuk Aleya kalau dia akan menunggunya di mobil dengan Prilly.

Ali memperhatikan ketenangan di wajah Prilly. Ali kembali teringat bagaimana sulitnya meyakinkan Prilly untuk tetap bisa bersamanya. Memintanya kembali dan tinggal bersamanya, semua perjuangan itu tak mudah. Prilly terlalu istimewa untuk di sia-siakan, dia sangat istimewa dan luar biasa bagi Ali.

Tok ... tok ... tok ...

Ali menoleh ke sisi kanan karena kaca mobilnya di ketuk seseorang dan itu Digo. Ali keluar dari dalam mobil dan memeluk Digo.

"Adik kecil gue apa kabar?" Digo menyambut sapaan yang di berikan Ali.

"Gua baik bang, gimana kabar lo, udah nemu mama baru gak buat Lea?"

"Apa sih lo, cinta gue tetep Sisi gak ada yang lain. Prilly mana?" Tanya Digo.

"Ada tuh di dalem, lagi tidur kecapean kali ya."

"Oh, gak nyangka gue sebentar lagi adik kecil gue mau jadi daddy." Digo menepuk pundak Ali.

"Bisa aja lo bang, ayo pulang. Tapi kita mampir dulu ke monas ya."

"Ngapain?" tanya Digo.

"Nurutin nyidamnya Prilly yang minta di beliin rambut nenek."

"Ada-ada aja Prilly mintanya. Ya udah ayo, gue gak mau ponakan gue ileran nanti."

Ali kembali menyusuri jalanan yang sudah mulai sore. Monas menjadi tempat tujuan berikutnya. Prilly sudah bangun dan bertegur sama dengan Digo, dia juga rindu dengan kakak iparnya ini.

Mereka sampai di Monas yang sudah mulai ramai dengan kedatangan pengunjung silih berganti. Mata Prilly menyapu semua apa yang dapat di lihatnya, dia tak mau terlewat sedikit pun penjual rambut nenek itu. Mata Prilly menangkap satu penjual gulali di tengah-tengah kerumunan orang.

"Sayang, itu abangnya ayo kita ke sana." Prilly menarik lengan Ali untuk segera mengikutinya.

Digo dan Aleya hanya mengikuti mereka dari belakang.

"Pa, waktu mama hamil Aleya apa begitu juga nyidamnya?" Aleya masih menatap kepergian Prilly dan Ali.

"Mama kamu dulu pengertian sayang. Papa dulu bukan siapa-siapa jadi mama gak nuntut banyak dari papa."

"Lea kalau lihat mommy jadi kangen mama pa."

Digo menatap Aleya, merengkuh pundak Aleya dan mengusapnya.

"Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan buat mama?"

"Tahu pa, bahagia."

"Kamu harus bahagia buat mama. Ayo susul daddy sama mommy mu."

Digo menggiring Aleya menyusul adiknya itu. Mata Prilly berbinar mendapatkan apa yang memang sangat di inginkannya, dia tak ingat kalau diri nya bukan lagi gadis kecil yang merengek minta jajan.

***

Ali mengantar Prilly menemui Lisa, perut Prilly terasa sakit, Ali segera membawanya ke rumah sakit. Prilly sedang berbaring di tempat tidur untuk mempermudahkan Lisa memeriksa Prilly.

"Lis," ucap Prilly memohon. Lisa tahu apa maksud Prillly, dan dia hanya mengangguk.

"Prilly kenapa Lis?" tanya Ali khawatir.

"Gak apa-apa cuma kecapean aja, sama kurang istirahat." Ucap Lisa tersenyum sedangkan Ali menghela nafas lega mengetahui kandungan Prilly baik-baik saja.

"Lagian, bini lagi hamil di bawa jalan-jalan jauh lagi. Udah tahu kandungannya masih lemah." Omel Lisa tiba-tiba membuat Ali hanya menggaruk kepalanya.

"Sorry, abis gue tadi ama Prilly cuma jemput Digo di bandara."

Lisa nampak berbinar ketika mendengar nama Ali, tanpa berbicara apa-apa lagi Langsung saja Lisa berlari keluar ruangannya menuju tempat Digo yang pasti sedang menunggu di luar.

"Digo ...." Lisa berlari kecil kedalam pelukan Digo, rasanya selalu sama terasa hangat dan nyaman.

"Aduhh, adik bocah gue udah gede ternyata udah jadi dokter pula. Mau nyayingin Ali ya." Goda Digo mensentil hidung Lisa gemas.

"Kambuhkan kalau udah berduaan, yang lain di tinggalin." Omel Ali yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Lisa sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Lagian lo kayak kagak tau aja, gue kan kangen ama kakak tengil gue yang satu ini." Ucap Lisa masih bergelayut di lengan Digo.

Ali mengangkat kedua bahunya acuh berjalan sambil merangkul Prilly masuk kedalam mobil membiarkan dua kakak adik yang lebay itu berkangen-kangenan ria.

"Giliran Digo di panggil kakak coba gue main Ali, Ali aja emang ya dasar adek durhaka!" Ali menjitak kepala Lisa sambil lewat membawa masuk Prilly kedalam mobil.

Lisa mengerucutkan bibirnya manja ke arah Digo seolah meminta perlindungan dari Digo. Tapi Digo yang tak paham di kode hanya acuh saja, hal itu membuat Lisa semakin mengerucutkan bibirnya kesal.

Mungkin dia saat ini tidak tahu, tapi nanti dia akan mengerti mengapa aku melakukan ini semua. Bertahan untuk kita.

***

Ciee yang kangen Digo tunjuk tangan deh noh Digo udah nongol pada ngantri ya buat jadi calon mama Aleya hihihi.

Salam sedeng

Biie

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top