Hello, Surprise!

I'd drive away before I let you go

So give me a reason

And don't say no

(Taylor Swift ft Ed Sheeran - Run)

https://youtu.be/flv8AEWrRMI

***

Bukan seperti ini tipikal sabtu malam yang terjadi di keluarga Juang. Biasanya malam seperti ini, Mamanya, Yulia memilih untuk duduk di sofa ruang tamu bersama dengan Pras, sang Papa. Bersenda gurau ditemani semangkuk popcorn dengan televisi yang menayangkan film-film barat.

Namun malam ini, mendadak Yulia jadi super sibuk. Dapur yang biasanya hanya digunakan saat menjelang makan malam, hari ini sejak pagi sudah dipakai. Yang paling membuat heran selain banyaknya makanan yang terhidang di meja makan, Juang heran karena dia dilarang ke mana-mana malam ini.

To : Kinan

Sori, gue nggak bisa keluar malam ini. Besok aja kita mainnya. Oke?

"Mau ada apa sih, Ma?" tanya Juang begitu memastikan pesannya pada Kinan terkirim.

Yulia yang sedang menata piring-piring di meja makan menjawab, "Ada tamu. Anaknya tante Kartika, sahabat Mama. Kamu kenal kan sama anaknya?"

Kening Juang berkerut. "Tante Kartika yang baru meninggal tiga bulan yang lalu? Anaknya ... aku nggak kenal."

"Iya, Tante Kartika yang itu." Yulia mendesah panjang. Perhatiannya kini tercurahkan sepenuhnya pada Juang. "Mama kangen sama sahabat Mama yang satu itu. Tapi sekarang, dia sudah bahagia di surga. Dasar kamu tuh, Juang, pelupa! Kamu sama Lembayung dulu sering main bareng waktu kecil. Dia sering dititipin di sini sampai kalian 6 SD, terus nggak pernah dititipin lagi karena Ayu dan keluarganya sempat pindah ke luar kota."

Untuk sesaat Juang merenung. Ingatan masa lalu saat dia SD berputar di kepala. Seorang gadis kecil bertubuh berisi dengan rambut yang selalu dikuncir kuda itu muncul dalam benaknya. Sering dirisak, menjadikan Juang selalu pasang badan untuk melindungi sebisanya saat itu.

"Oh ... si gembul itu, Ma?"

"Itu kamu ingat, Juang! Habis gini, Ayu sama Papanya, Om Danu, bakal datang. Jadi, siap-siap sana dan jangan makan masakan Mama sebelum semua orang datang. Sana, sana!"

Juang terkekeh pelan. Kepalanya mengangguk seraya beranjak dari ruang makan menuju tangga menaiki lantai 2.

Dalam benaknya saat itu, Juang tidak memikirkan hal aneh ataupun janggal. Bertemu teman lama selalu menyenangkan, terlebih bisa saling berbagi cerita selama mereka berpisah. Namun, pria itu tidak melihat senyum penuh misterius yang Yulia pasang di balik punggungnya.

***

Sama sekali tidak ada yang berubah dari memori dalam benak Juang. Sosok Ayu sekarang masih tetap berisi, tapi kini wanita yang seharusnya seumuran dengannya itu—28 tahun, tampak anggun dalam balutan hijab dan baju panjang. Ayu juga tidak banyak berbicara, menjawab seadanya juga saat ditanya.

Jujur saja, Juang yang sejak tadi dipaksa Yulia duduk di sebelah Ayu mendadak segan. Terlebih wanita itu juga lebih banyak merunduk sepanjang para orang tua mengobrol.

"Ayu, kok diam aja?" Yulia tahu-tahu ikut berbicara. Diraihnya setoples permen cokelat kesukaan Juang di meja. "Makan nih, Yu, permen cokelat kesukaan Juang."

"Makasih, Tante."

Masih malu-malu Ayu memasukan tangannya ke dalam toples, lalu mengambil satu bungkus permen dari sana. Memakan kudapan itu dalam diam. Sementara itu, Juang tertarik pada Yulia yang terus menatap Ayu penuh perhatian.

Perasaan gue nggak enak. Juang tiba-tiba berdebar.

"Kamu jangan malu-malu, Yu. Kamu harus biasa, apalagi bentar lagi kamu tinggal di sini."

Kening Juang berkerut seraya melemparkan tatapan bertanya pada Yulia. "Kenapa Ayu akan tinggal di sini?"

Yulia menoleh pada Juang, lalu terkekeh. "Oya, Mama lupa bilang. Kamu sama Ayu kan udah dijodohin sejak kecil, Juang. Baik Mama ataupun Tante Kartika selalu tersentuh sama cara kamu melindungi Ayu pas kecil. Jadi, kami putuskan untuk menjodohkan kalian aja."

Langit malam di luar sana sedang cerah-cerahnya, tapi Juang yang ada di dalam ruangan ini seperti baru tersambar petir. Pria itu mendelik kepada Yulia. Namun, demi kesopanan, Juang memilih diam. Protes bisa dia lakukan setelah acara terburuk sepanjang dia hidup ini berakhir.

"Sebenarnya perjodohan kalian baru akan berlangsung apabila Ayu dan kamu, Juang, masih sama-sama sendiri di usia 30 tahunan. Hanya saja, ketika Kartika meninggal, usia Ayu baru menginjak 28 tahun. Sebelum Mama nyusul Kartika, Mama harus bisa mempersatukan kalian, jadi Mama memilih mempercepat saja." Tiba-tiba Yulia menyeka air matanya yang menetes. "Mama udah janji ke Tante Kartika untuk jagain Ayu, jadi sekalian saja segera menikahkan kalian. Lagi pula 28 tahun sudah pas untuk menikah, bukan?"

Tidak ada jawaban baik dari Juang ataupun Ayu. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Juang sendiri sedang menahan diri sampai-sampai tangannya mengepal kuat di atas pangkuannya. Berharap Ayu dan Om Danu segera pulang agar dia bisa memproteskan 3 hal kepada Yulia.

Pertama, meski Juang ingat pernah melindungi Ayu saat kecil, tapi mereka berpisah selama belasan tahun setelahnya. Waktu pasti telah mengubah sosok Ayu dalam ingatan Juang. Ayu orang asing dan dia tidak mau berhubungan apalagi menikah dengan Ayu.

Kedua, Ayu jauh dari tipe wanita kesukaannya. Seluruh mantan pacar Juang selalu memiliki tubuh mungil dan langsing. Sementara wanita yang dijodohkan dengannya malah memiliki bentuk tubuh yang berkebalikan, berisi dan tingginya hampir menyamai Juang.

Alasan terakhir, hati Juang telah dimiliki oleh seseorang. Bukan pacarnya, tapi sahabat yang telah dia sukai selama bertahun-tahun lamanya. Juang ingin memperjuangkan Kinan terlebih setelah sahabatnya itu putus dari pacarnya, tapi perjodohan ini tentu saja menghambat semuanya.

"Ma," panggil Juang. Pria itu mendongak. Persetan dengan tata krama karena dia harus segera mengatakan ini sebelum terlambat. "Aku menolak keras perjodohan ini."

Juang bangkit dari kursinya. Menghadap Danu dan Ayu, lalu berkata dengan tegas, "Maaf, Om, Ayu. Saya permisi."

Tanpa peduli teriakan Yulia yang memanggilnya, Juang terus berjalan menuju pintu rumah. Mengambil kunci mobil dari gantungan kunci, lalu keluar rumah.

Di saat sedang kacau, bimbang, dan perasaan buruk lainnya, Juang tahu siapa yang harus dituju, Kinan. Sahabat yang dia cintai itu adalah rumahnya selama beberapa tahun terakhir. Dan wanita itulah yang seharusnya menjadi rumahnya untuk dia tinggal selamanya, bukan Ayu atau wanita lainnya.

***

Surabaya, 22 November 2021

Hai hai, kembali dengan cerita baruku. ⚠️⚠️ Cerita ini mungkin akan sesendu hujan di akhir tahun ini, jadi siapkan diri ya! Terima kasih untuk kamu yang mau baca cerita yang mau dimulai ini. Semoga suka.

Love,

Desy Miladiana❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top