#15 - A Bed For Two
This is me praying that
This was the very first page
Not where the story line ends
(Taylor Swift - Enchanted)
https://youtu.be/l_BTHCSRnG4
***
Rasa syukur membanjiri Ayu. Setelah berjam-jam terjebak dalam rumah sakit, ada selang infus yang terhubung dengan nadinya, serta rasa sakit tak tertahankan di perut, akhirnya dokter mengizinkannya pulang. Tidak ada yang suka tinggal lama-lama di rumah sakit apalagi sebagai pasien, rumah yang seperti neraka pun mendadak jadi seperti surga.
Perhatian Ayu teralihkan pada Juang. Suaminya itu memapahnya menaiki tangga menuju kamar mereka di lantai dua. Berat badannya sukses membuat suaminya banjir keringat. Napas pria itu juga putus-putus.
Untuk sesaat wanita itu terpaku. Jantungnya berdebar. Ketika menatap Juang, ada rasa haru dan juga bahagia atas perbuatan pria itu. Hanya saja rasa perih yang masih tertinggal serta mual yang terasa sukses membuat perasaan aneh itu menguap begitu saja.
"Sampai."
Suara Juang terdengar, bersamaan itu pula badan Ayu meluncur duduk di atas ranjang. Wanita itu meringis. Sedikit merasa bersalah menemukan Juang menyeka keringat.
"Mas," panggil Ayu pelan. "Makasih ya udah bantuin saya sampai ke kamar. Pasti ... berat banget."
"Nggak masalah."
Jawaban Juang diikuti senyum lebar pria itu membuat jantung Ayu kembali berdegup kencang. Mendadak wanita itu was-was, takut asam lambungnya sampai ke area pernapasannya hingga membuat denyutnya terasa begitu cepat.
"Yu, istirahat."
Perintah Juang mengembalikan Ayu ke dunia. Wanita itu mengangguk patuh. Kemudian, beranjak dari ranjang menuju sofa baca, tempat biasanya dia tidur.
Namun, baru saja selangkah, tiba-tiba tangannya dicekal. Juang menarik kuat tangan Ayu hingga wanita itu kembali terduduk di ranjang, bersisian dengan pria itu.
"Kamu ngapain berdiri, Ayu?" todong Juang.
Ayu menunjuk sofa. "Tadi kan, Mas Juang, suruh saya istirahat. Saya mau tidur di ranjang saya."
"Ayu, Ayu." Juang mendengkus geli. Tak lama, pria itu menepuk ranjang beberapa kali. "Sekarang kamu tidur di sini. Kamu itu baru pulang dari rumah sakit, saya nggak akan sejahat itu suruh kamu lanjut istirahat di tempat sesempit itu. Sampai kamu sehat, saya yang akan tidur di sofa. Oke?"
Rasa bersalah semakin bertambah dalam diri Ayu. Wanita itu menggeleng. "Enggak ah, Mas."
Sekali lagi Juang mendelik. Sadar bahwa itu adalah tanda bahwa pria itu tidak mau dibantah, mau tak mau Ayu mengangguk.
Segera saja Juang beranjak dari duduknya. Dengan santainya, pria itu mendorong pelan tubuh Ayu agar kembali merebahkan diri di ranjang. Tak lupa menyampirkan selimut ke badan Ayu.
Bermenit-menit panjang yang Ayu lakukan hanyalah tarpana sendiri. Menikmati ritme jantungnya yang aneh, ditambah sedikit kehangatan yang juga menyelubungi hatinya.
Namun, yang paling membuat Ayu semakin tak berkata-kata adalah bagaimana Juang rela mondar-mandir demi merawatnya. Membawakan semangkuk bubur hangat dan tidak lupa membawakan water bag berisi air panas di dalamnya demi mengurangi perih di perut Ayu.
"Mas," panggil Ayu begitu selesai memakan sedikit buburnya. "Kenyang."
Juang melongok ke dalam mangkuk, lalu menggeleng. "Masih banyak ini, Yu."
"Mual." Ayu menolak keras. "Hambar."
"Namanya juga sakit, Yu. Makan lebih banyak lagi ya, saya suapin."
Tahu-tahu saja Juang menyendok bubur, lalu disuapkan ke arah Ayu. Untuk sesaat mata mereka bersirobok. Senyuman Juang sukses menyihir Ayu, terlebih saat bibir pria itu berbisik lirih memanggil namanya, "Ayu."
Detik itu, Ayu tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kerja jantungnya beberapa menit yang lalu. Dia mulai melihat Juang dengan cara yang berbeda.
***
Juang mengumpat lirih seraya menutup pintu rumah. Rambutnya basah, tapi tidak sebasah kedua bahunya. Meskipun menggunakan payung, tapi dia tetap kehujanan. Untungnya bubur untuk Ayu aman di balik jaketnya.
"Juang, kamu dari mana?"
Tahu-tahu saja Yulia muncul entah dari mana. Juang yang sibuk sendiri langsung tersentak. Segera pria itu mengeluarkan bubur dari balik jaketnya untuk dipamerkan pada sang Mama. "Beliin Ayu bubur, Ma."
Mata Yulia terbelalak. "Malam-malam gini, Juang?"
Juang mengangguk. "Tadi mau bangunin Ayu, Ma, tapi dia keburu tidur nyenyak banget, jadi nggak tega. Sekarang udah mendekati pukul 9, makanya Juang beliin bubur buat makan malamnya Ayu."
Setelahnya, Juang bergegas menuju dapur hanya untuk sekadar mengambil sendok. Kemudian, buru-buru kembali ke kamar.
Sampai di sana, ternyata Ayu masih terlelap. Terpaksa Juang membangunkan istrinya itu daripada semakin larut lagi untuk makan malam, bisa-bisa maag akutnya kembali kambuh.
"Ayu," panggil Juang seraya mengguncang pelan tubuh Ayu. "Makan dulu, Yu, terus lanjut tidur."
Ayu mengerjap beberapa saat. Menggumamkan nama Juang, sebelum akhirnya pelan-pelan bangkit.
Segera saja Juang menyodorkan satu wadah bubur kepada Ayu, kemudian membiarkan wanita itu menyuapi dirinya sendiri. Tanpa sadar Juang memperhatikan istrinya itu makan. Ada kesedihan dalam dirinya menemukan Ayu tidak lahap memakan sesuatu seperti biasanya.
"Yu, gimana keadaan kamu? Udah enakan?"
Anggukan Ayu melegakan Juang. "Udah nggak perih kok, Mas. Cuma lemas dan mulut masih pahit."
"Syukurlah. Meski pahit, tapi buburnya tetap dimakan kalau bisa dihabisin. Oke? Saya tinggal dulu buat bersih-bersih."
Menyadari Ayu sudah lebih baik dan bisa ditinggal, Juang beranjak menuju kamar mandi. Bergegas dia bersih-bersih. Menjadi seorang perawat dadakan sukses membuat tubuhnya remuk. Dan sekarang setelah istri berisinya itu baik-baik saja, Juang ingin istirahat juga.
Begitu selesai mandi, terlihat Ayu baru saja meletakkan wadah buburnya. Tidak kosong, tapi sudah separuh habis dilahap. Tanpa sadar Juang tersenyum kecil seraya berjalan menuju sofa baca miliknya.
"Yu, kalau butuh apa-apa panggil saya, ya," ucap Juang. Perlahan dia membaringkan badannya di sana. "Selamat malam."
Baru saja akan masuk ke alam mimpi, tiba-tiba terdengar panggilan Ayu. "Mas."
Juang sontak kembali membuka mata. Dia menoleh menatap Ayu yang ternyata sedang menatapnya di tempat tidur. "Apa, Yu?"
"Kamu ... tidur di ranjang aja ya."
Seketika Juang memelotot. Rasanya dia cukup kesal pada Ayu karena lagi-lagi wanita itu mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
"Yu, tidur di ranjang jauh lebih enak daripada di sofa ini. Kamu itu lagi sakit, jadi tidur di sana akan membantu kamu cepat pulih."
Ayu meringis. "Saya tahu, Mas, tapi saya nggak tega lihat kamu tidur di sana. Sempit, Mas."
"Nggak juga, Yu, lagi pula sofa ini saya desain khusus sebesar badan saya. Jadi, nggak sempit."
"Tapi, Mas—"
"Lembayung!" Nada suara Juang mulai terdengar tidak sabaran. "Nggak usah terlalu banyak mikir, oke? Kita tidur sekarang."
Juang sudah berniat untuk kembali memejamkan matanya, tapi sekali lagi Ayu memanggil. Pria itu sudah siap mengomel. Hanya saja ucapan istrinya setelahnya sukses membuatnya mengangah.
"Gimana kalau, Mas Juang, tidur juga di ranjang ini? Maksud saya, saat malam pertama di hotel waktu itu, kita bisa kok tidur di ranjang yang sama tanpa ada masalah. Jadi malam ini, saya rasa kita bisa pake pengaturan yang sama, biar saya nggak merasa bersalah sama kamu, Mas."
Juang termangu beberapa saat, sampai akhirnya pria itu mengangguk. Ayu benar, tidur di ranjang yang sama tidak akan berakibat buruk setelahnya, lagi pula mereka punya masa lalu yang bagus untuk itu.
Perlahan Juang beranjak dari duduknya, kemudian berpindah ke sisi ranjang yang kosong. Memasukkan badannya ke selimut yang sama dengan Ayu. Pria itu tidak langsung terpejam, matanya kini malah nyalang menatap langit-langit.
"Ayu," panggil Juang. Mati-matian tidak ingin tahu jarak tubuhnya dengan Ayu ataupun keadaan wanita itu. "Selamat malam."
"Selamat malam, Mas Juang."
Ditariknya napas dalam-dalam, lalu Juang mengembuskannya kuat-kuat. Matanya terpejam erat. Hingga sentuhan tanpa sengaja yang Ayu lakukan di balik selimut, entah mengapa menina bobokan Juang.
***
Surabaya, 7 Januari 2022
Sudah ada yang kangen sama kisah Ayu dan Juang?
Part ini manis nggak atau kurang? Hahaha 😂
Terima kasih untuk kamu yang sudah menunggu kisah ini. Jangan lupa voment yaaa. Tinggalkan jejak yang banyak biar saya semangat uploadnya :p
Love,
Desy Miladiana❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top