ALKISAH



Alkisah, selama ratusan tahun di Negeri Farsi, penyihir dan manusia hidup terpisah dengan damai.

Manusia hidup dengan sistem kerajaan, sementara para penyihir hidup dalam koloni di hutan Byzantine. Pemisahan ini terjadi karena para manusia takut dengan kekuatan para penyihir, sebab bisa jadi para penyihir justru membunuh para manusia alih-alih membantu.

Para manusia tidak tahu bahwa sebenarnya, kekuatan penyihir justru akan meningkat jika mereka membantu manusia.

Suatu ketika, seorang raja bernama Rahaj Al-Faridi beserta istrinya, Layl, tengah berkuda dan tak sengaja memasuki wilayah perbatasan penyihir. Pada bagian dalam hutan, mereka nyaris dimangsa bintang-binatang buas. Namun, nyawa mereka masih terselamatkan oleh bantuan dari para penyihir.

Hal itu membuat Raja Rahaj jadi berpikir untuk bekerja sama dengan penyihir untuk kemakmuran kerajaannya, yakni Kerajaan Asy-Syams.

Penawaran kerja sama itu diterima oleh para penyihir, karena para penyihir ingin menyalurkan kekuatan mereka untuk membantu manusia. Raja Rahaj meminta bantuan penyihir untuk menangani masalah kekeringan di Kerajaan Asy-Syams. Untuk menanggulangi masalah itu, para penyihir menggunakan sihirnya untuk mendeteksi sumber air dan mengeluarkannya, membuka sumber mata air baru. Kerja sama itu pun terus berlanjut hingga menguntungkan baik dari sisi penyihir dan manusia. Para penyihir dapat memanfaatkan sumber daya dari kerajaan Asy-Syams serta meningkatkan kekuatan mereka lewat membantu manusia, sementara para manusia terbantu dari masalah kekeringan dan masalah harian mereka. Kerajaan Asy-Syams pun menjadi kerajaan besar yang paling makmur dan damai seantero negeri, serta jadi kerajaan pertama yang memutuskan untuk hidup berdampingan dengan para penyihir.

Dikarenakan Kerajaan Asy-Syams menjadi begitu makmur dan menguasai hampir setengah area negeri Farsi, kerajaan-kerajaan lain di negeri itu pun mengikuti kebijakan Asy-Syams dengan mulai hidup berdampingan dengan penyihir Byzantine. Kemakmuran pun juga terjadi di kerajaan-kerajaan lain yang mengikuti kebijakan Kerajaan Asy-Syams. Semenjak itu, semua penyihir dan manusia di negeri Farsi hidup berdampingan dengan damai hingga puluhan tahun.

Hingga suatu ketika, sebuah pengkhianatan mengubah segalanya.

Saat itu, kerajaan Asy-Syams dipimpin oleh seorang raja bernama Abrisham Al-Faridi. Raja Abrisham dibesarkan dengan dimanjakan oleh orangtuanya, sehingga tumbuh menjadi raja pemalas yang tamak. Raja Abrisham tak suka dengan para penyihir yang kuat dan sering menentang kebijakannya karena dinilai tak adil. Dia juga sakit hati karena wanita yang ingin dia persunting justru memilih seorang penyihir untuk jadi suaminya. Diliput dendam, Raja Abrisham membuat kebijakan-kebijakan yang mengurangi hak-hak para penyihir, seperti pembatasan pekerjaan, pembatasan jatah makan, sampai upah kecil meski para penyihir sudah memberi bantuan besar kepada manusia. Kebijakan ini memberi kesulitan bagi para penyihir yang ingin membantu rakyat setempat. Dan karena merasa raja Asy-Syams saat itu berlaku tak adil, beberapa penyihir pun melakukan protes.

Namun, protes itu dibalas dengan hukum gantung kepada para protestan. Mereka dinilai menentang kebijakan Raja Abrisham.

Sejak itu, semua penyihir yang menempati Asy-Syams menyimpan dendam sendiri terhadap Raja Abrisham. Kebijakan Raja Abrisham pun juga makin menekan eksistensi para penyihir, hingga perlahan-lahan, satu demi satu penyihir meninggalkan Asy-Syams, lalu kembali hidup di Hutan Byzantium.

Sebagian penyihir lain masih tak terima dengan kebijakan Raja Abrisham. Diliput dendam karena orang-orang yang mereka cinta mati oleh hukum gantung, sekelompok penyihir yang dendam pada Raja Abrisham pun membuat rencana pembalasan untuk membunuh sang raja dengan racun. Rencana itu berhasil dilakukan, tetapi para penyihir tertangkap oleh pihak pengaman kerajaan. Putra mahkota Asy-Syams pun melakukan hukum gantung kepada para penyihir yang berkomplot, sementara penyihir-penyihir lain yang tak ikut komplotan ikut terkena getahnya dengan dibuang dari Asy-Syams.

Semenjak itu, Kerajaan Asy-Syams melarang adanya eksistensi penyihir di kerajaannya. Barangsiapa yang melanggar aturan ini akan dikenakan hukuman mati.

Pengkhianatan dari komplotan beberapa penyihir ini terdengar oleh kerajaan-kerajaan lain, dan kepercayaan para manusia kepada para penyihir berkurang. Pihak kerajaan dari kerajaan-kerajaan lain perlahan mulai menekan penyihir, bahkan ada yang sampai membuang langsung para penyihir dari kerajaannya. Penyihir dan manusia tak lagi hidup damai berdampingan. Mereka justru kembali pada poros awal: hidup secara terpisah, kali ini dengan perang dingin.

Situasi ini terus berlangsung hingga seratus tahun kemudian, dua orang lahir di Negeri Farsi  tumbuh dengan tekad untuk mengubah situasi itu.

[ ].

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top