Red Diary - Merah
"HMiYRT MMiM?"
"Apa cuma ini bukti yang kau punya? Hanya sebuah diary yang aneh(?)" Tanyaku sekali lagi.
"Aku hanya mendapatkan itu dari kamarnya dan aku tak tahu jika ia sangat ... sangat...," ujar Wanita paruh baya yang sangat sedih dengan wajah gusar memeluk diary itu.
"Baiklah, tolong tenang dan berikan diary itu padaku. Aku akan menyelidiki kematiannya. Dimana anakmu yang satu lagi?"
"Maksudmu ... Anna(?) Ia sangat tertekan sehari setelah kematian sudaranya. Aku saja masih tak percaya kalau Fadly akan meninggalkan kami dengan cepat. Bahkan, aku tak sadar kalau ia menjadi korban dari pamannya."
"Maksudmu paman Dimas yang ia tulis di diary-nya?"
"Iya detektif. Tolong kau tangkap dia, biarlah kematian Fadly menjadi kenangan. Aku tidak peduli soal pembunuh anakku itu. Aku tidak ingin kesedihan itu mengalir terus dan mempengaruhi Anna. Aku hanya ingin pamannya itu ditangkap."
Sangat menarik. "Kau yakin tidak ingin menyelidiki kematiannya?"
"Jika itu baik buat kami. Tapi, Anna berubah drastis sejak kakaknya itu meninggal. Bahkan, kami berencana pindah keluar negri."
"Oke, jika itu yang kau mau Bu. Aku turut berduka cita tentang anakmu itu."
Huffft, sungguh hari yang menyenangkan. Ini adalah hari pertamaku menjadi detektif sungguhan. Maksudku, ini adalah kasus pertamaku setelah tiga tahun aku selalu menjadi asisten Mr. Woodly. Hmmm, aku akan berusaha sebisa mungkin untuk menangkap orang gila dengan hasrat sex gilanya itu. Dunia ini begitu aneh sekarang, penuh dengan orang jahat. Bahkan, mata dan hati tidak bisa membedakan yang mana yang jahat dan yang mana yang baik, semua sangat tidak etis. Pertanyaannya sekarang, apa yang harus kulakukan? Huffft, sungguh membingungkan. Soal diary-nya, aku akan membacanya jika ada waktu luang. Yang benar saja, detektif yang malas membaca sepertiku harus mendapatkan bukti-bukti tertulis. Aku lebih mengharapkan bukti yang menarik seperti darah, mayat atau pakaian dalam wanita, hihihi.
•••
Day 1
1 Oktober 2016
Aku sangat senang sekarang. Kau adalah sahabat pertamaku. Walaupun, kau hanya sebuah buku diary. Terimakasih Ibu, this best birthday!
2 Oktober 2016
Masa SMA yang aku kira menyenangkan, Ternyata sangat gila. Membosankan dan hancur. Semua temanku saat SMP, berubah. Aku merasa seperti orang yang kesepian.
Ini adalah hari pertama. Menyelidiki sebuah kasus sangat membuat aliran darahku membara dan bahagia. Aku bersama asistenku tentunya, Miss Deline, wanita yang kusukai saat SMU dulu. Tetapi, siapa tahu, sekarang ia terjebak bersamaku di kasus ini. Ehhhm, aku lupa satu hal, panggil aku detektif Zink. Nama yang aneh tapi keren dan aneh, hihihi.
"Sampai kapan kita harus menunggu, Deline?"
"Kau harus sabar detektif! Kita harus mencari dimana letak rumah tersangka pertama, Dimas Rentle."
Sudah dua jam kami mengitari kota kecil ini. Hanya rumah penduduk dan beberapa pohon kering yang aku lihat. Untung saja yang mengemudi adalah Deline. Maksudku, aku bisa memandang wajahnya terus, hihihi.
"Sir, kita sudah sampai! Dan berhenti melihatku dengan tatapan mesum seperti itu!"
Brukkkkk
Suara bantingan pintu mobil yang ia tujukan padaku sangat membuatku lebih terpesona dengan dirinya. Akhirnya, aku telah sampai di ... maksudku "Dimana ini, Deline? Kau membawaku ke sebuah hutan?"
"Ya, disinilah lokasi yang diberikan oleh petugas lain. Katanya Dimas tinggal di daerah terpencil. Ia pernah mengalami masa-masa kritis. Sehingga, ia mencari tempat tinggal yang sepi."
Sungguh menarik. Ini lebih menyenangkan daripada yang kuprediksi. Selangkah demi langkah kami memasuki hutan pinus raksasa. Hanya ada suara jangrik dan lamunan hutan yang kami dengar. Bahkan, napas Deline sangat terdengar sexy lebih merangsang daripada majalah dewasa yang kupunya. Ah, ini tempat sepi, aku tak boleh lengah. Maksudku, bersama Deline di hutan, hanya berdua tanpa ada orang lain, hihihi.
"Sir, apakah kau harus berjalan selama ini? Lihatlah! kita sudah menghabiskan lima menit untuk berjalan sepuluh langkah dari mobil. Oke, aku saja yang memimpin."
Aku hanya membalasnya dengan senyuman lalu mengikuti Deline. Semakin ke dalam, hutan ini semakin sunyi, mencekam dan menyesakkan. Embun tipis mulai menyeringai kami dan suara sayutan angin bagaikan hantu yang berlari.
"Kita sudah sampai." Bisiknya pelan. Terlihat sebuah kabin dengan retakan yang menghiasinya di segala arah. Kaca jendelanya pecah dan retakkan lantai kayunya serta tangganya mulai berbunyi bising saat kami injak.
Knock knock knock
"Apa yang kau kakukan Deline. Ini rumah kosong, mana mungkin ada orang yang tinggal di tempat ini," bisikku.
"Shhhhhh, diam. aku akan mendobraknya. Satu, dua , tiga."
Brukkkkkkkkkkkk
Seketika pintunya rubuh dan debu mulai berterbangan. Di dalam kabin hanya terlihat meja makan, lemari dan sebuah kasur. Kami terusik dengan lemari yang berada di sudut kabin. Terpampang jelas, tergambar tanda silang (X) berwarna merah menghiasi dua pintu lemari besar itu. Deline mendekati lemari itu dan entah kenapa, siasat buruk mulai menghantuiku.
"Sir, sepertinya ini darah," ucap Deline ke arahku saat ia meraba permukaan lemari tersebut. Aku menggelangkan kepala padanya agar ia tidak membuka lemari tersebut. Tetapi, ia hanya menaikkan kedua matanya, sungguh wanita yang membingungkan.
Ia berhitung, "Satu, dua dan ti ... Argghhhhhhhhhhhhhhhhhh." Sudah kubilangkan jangan dibuka, hufft.
•••
Day 2
5 Oktober 2016
Wahahahahah, SMA adalah masa yang paling indah. Pffffy, hanya orang gila yang menyebutnya masa yang kelam. Aku adalah orang yang paling beruntung!
8 Oktober 2016
:( :( :( :( :( :( mengapa tuhan menciptakanku dengan penderitaan hidup?
15 Oktober 2016
Hei, buku aneh. Aku tidak tahu mengapa aku harus curhat pada kau. Aku punya banyak teman dan mereka suka saling curhat :P bye~ diary aneh!
18 Oktober 2016
You know my diary? Semua orang di sekolah menyebutku pecundang, aneh dan gila? Hah! Itu adalah celaan yang paling hina dalam hidupku! Apa yang salah dengaku.
Ada apa dengan pria kecil ini. Apakah dia terkena sebuah penyakit kepribadian ganda. Ataukah(?)
Huffft, hari ini adalah hari yang sangat sepi. Deline kubiarkan libur untuk sehari. Aku yakin ia sangat tertekan akibat kejadian kemarin. Seorang yang phobia dengan mayat dan ditiduri oleh mayat adalah pengalaman buruk, kurasa. Ia sangat ketakutan saat ia dijatuhi dan ditiduri oleh mayat tersangka pertamaku kemarin, kasihan. Mungkin akan lebih menyenangkan kalau aku yang menjadi mayat itu, hihihi.
---
"Apakah anakmu itu menderita semacam penyakit aneh atau kepribadian ganda?"
"Tidak. Sebenarnya ada apa Detektif?"
Sangat menarik. "Bisakah kau menjelaskan mengapa diary-nya sangat tidak masuk akal. maksudku, ia bahagia dan murung lalu bahagia kemudian."
"Ooooh, kau telah membacanya ya. Sebenarnya itu adalah diary mereka berdua. Aku memberikan diary untuk mereka. Mereka berjanji akan berbagi buku itu. Awalnya mereka menolak. Tapi, mereka anak kembarku. Hanya saja beda jenis kelamin. Ya... sekiranya seperti itu."
"Apakah Anna baik-baik saja?"
"Dia agak trauma. Bahkan, ia tidak ingin ke sekolah."
"Hmm, bolehkah aku menemuinya?"
"Aku ingin. Tapi dia sedang tidak sehat. Aku akan memeberitahumu kalau keadaannya sudah membaik."
"Oke, bagaimana dengan mayatnya? Apakah mayat Fadly sudah di otopsi?"
"Mungkin. Sepupuku yang bekerja di rumah sakit telah memeriksanya. Kata sepupuku, mayatnya akan segera di selidiki dengan polisi atau apalah itu. Tuan detektif, apakah kau sudah menemukan Dimas?"
"Sudah."
"Benarkah," seketika terlintas senyum pada wajah wanita yang selalu sedih saat ia menjawab pertanyaanku.
"Yap, sayangnya ia telah tiada. Aku tidak yakin ia adalah pembunuhnya. Kami akan mengotopsinya. Secepatnya."
"Ia telah meninggal? Syukurlah, aku akan menelfon sepupuku untuk membantu mengotopsi mayatnya."
Dringggggg Dringggg Dringgggg
Telfonku bergetar. Sepertinya ini dari pusat rumah sakit. Aku lekas menuju mobil dengam cepat.
"Hei! Bu! Kami tidak ingin merepotkan sepupumu! Aku akan menyelidikinya!" Teriakku lalu menyalakan mobil dan meninggalkan rumahnya.
---
"Apakah yang kau temukan dokter?" Aku memandangi mayat yang sangat keren di ruang otopsi. Ini adalah bagian kesukaanku, menyelidiki korban yang telah mati.
"Sepertinya, Dimas dibunuh," ujar dokter dengan kepastian matanya yang menatapku. Ia menunjuk leher korban. Sebuah sayatan ... bukan, astaga ini lebih buruk. Aku mendekatkan penglihatanku ke leher mayat korban.
"Lihatlah Detektif! Ada yang aneh kan?"
"Benar sekali." Ini tidak bisa dipercaya. Sebuah sayatan tipis dan jahitan menghiasi leher mayat korban ini. Aku menelusuri lehernya dan mencoba membenarkan spekulasiku yang kuharapkan salah, ternyata tidak. Aku menarik lapisan kulit di lehernya dan semua hilang. Jantung, paru-paru, lambung dan yang lainnya telah hilang. Oh, shit, sepertinya kita berurusan dengan pembunuh profesional, tidak.
"Apa kau punya tersangka lain, Detektif?" Tanya dokter. Aku hanya memandangnya dengan ekspresi frustasi. Ya, sepertinya atau pastinya ia bukan pembunuhnya. Bahkan, pembunuhnya lebih kejam. Aku sering menangani kasus pembunuhan dengan pencurian organ. Tapi, aku baru melihat mayat dengan tanda lucifer di dalam daging dan tulang yang telah diambil isinya, sungguh ... lupakanlah—shit.
•••
Day 3
29 Oktober 2016
Horayyyyy!!!! Aku menang dan dinobatkan menjadi ratu kecantikan di sekolahku! Horayyyyyyyyyyyyyyyyy! Dua hari yang akan datang, kami dan Randy akan merayakannya di cafe [18+] walaupun, umurku masih kurang dua tahun! Tapi ini adalah hidup yang paling baikkkk!
2 Desember 2016
Mengapa hidup harus sekejam ini. Apa yang salah dengan ayah dan ibu! Mereka bercerai! Entah mengapa! Arghhhhh!
7 Desember 2016
Wahahahahah! Ibu tadi ketemu dengan seorang pria, ^_^ aku yakin dia pasti lebih ganteng, tajir dan baik daripada ayah.
10 Desember 2016
Mengapa aku sebahagia ini? Apakah ini cuma efek obat yang diberikan paman Dimas padaku? ;)
15 Desember 2016
Orang bilang cinta itu gila. It's true! Randy tadi memberikanku cincin! He is my only one!
Aha, mengapa mereka menulis secara teratur. Anna ganjil dan Fadly genap. Hmmm, dan itu semua tergambar oleh perasaan mereka saat itu juga. Sebuah kebetulan atau memang mereka memiliki sifat yang berbeda(?) Tetapi, kurasa semua orang di dunia ini memiliki pasang surut hidup. Aku sangat prihatin padanya. Maksudku pada Anna, yang tidak pernah mengalami kehampaan saudaranya.
"Bu, maksudku, Miss Sussie. Tolong pertemukan aku dengan anakmu. Aku harus membicarakan sesuatu pada Anna?"
"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan memeriksa keadaannya dulu," ujarnya lalu ia naik ke kamar Anna yang berada di lantai atas. Semenit kemudian, ibunya turun dan mengisyaratkan agar aku naik bersamanya. Aku pun menuruti perintahnya dengan senang hati. Perlahan aku memasuki kamarnya dan ibunya kusuruh menunggu di luar.
Anna terlihat sangat tidak sehat. Maksudku, ia sangat terlihat seperti orang tidak waras. Rambut pirang lebatnya teracak bagaikan gumpalan permen kapas. Matanya sangat hitam dan wajah dan badannya penuh lipstik.
"Anna, kau baik-baik saja?" Ia hanya diam dan lebih menarik badannya pada sudut kamar sambil memeluk lututnya.
"Anna, ada yang ingin kutanyakan padamu tentang Fadly. Apakah kau ingat diary ini?" Tanyaku dengan menunjukkan buku diary-nya itu. Lalu ia terisak dan metanya mulai membulat. Ia mengambil buku diary itu lalu membukanya pada sebuah halaman yang tertera. 30 Desember 2015.
"Apa yang kau maksud dengan tulisan tidak jelas ini? HMiYRT MMiM? Aku tidak mengerti?" Ia semakin mendesak saat aku menanyakan hal itu. Ia berteriak dan menunjuk rangkaian huruf tanpa arti bagiku. Suaranya sangat serak hingga teriakannya bagaikan suara beruang yang diredam pada ruangan hampa. Ia mencoba berteriak dan yang terdengar hanya sebuah retakan serak yang sangat tidak sedap di dengar. Lekas ibunya datang karena mendengarnya.
"Tolong keluarlah Detektif. Aku akan menenangkannya," ujar ibunya yang mencoba menenangkan anaknya itu. Akupun lekas keluar dari kamarnya dan kembali ke lantai dasar. Terlihat seorang wanita yang kukira ia masih tertekan atas phobianya, menunggu di meja tamu.
"Deline? Apa yang kau lakukan disini. Aku kira kau masih tidak enak badan(?)"
"Ya, sekiranya begitu. Tapi, sir, aku yakin kau tidak akan memiliki kemajuan dalam menyelidiki kasus ini tanpaku," ocehnya dengan tatapan gilanya. Syukurlah, memang itu yang aku harapkan—tergambar di senyumanku.
Akhirnya ibunya turun menghampiri kami dengan wajah frustasi. "Tolong. Kalian jangan menganngu Anna. Aku tidak mau kehilangan anakku lagi. Kalian hanya perlu mengurus pembunuhnya,"
"What! Tapi...," omongku terhenti oleh Deline yang menginjak kakiku.
"Oke, miss. Kami akan mencari pembunuhnya." Deline menarik kerah bajuku menuju mobil. Sungguh saat-saat yang menarik tapi. "Hei! Ada apa kau ini?"
"Masuklah ke mobil! Aku akan menjelaskannya padamu." Aku pun masuk ke mobil dan mendengarkan penjelasan Deline.
"Oke, sekarang kita harus menuju rumah Dokter Severus."
"Siapa dia?"
"Tenanglah, dia adalah sepupu Miss Sussie. Dia yang mengotopsi mayat Fadly."
"Tetapi, kita dilarang menangani mayatnya dan darimana kau mendapat alamatnya hah?
"Jangan tanyakan soal kemampuanku. Aku tidak akan tunduk begitu saja dengan wanita yang melarang untuk menyelidiki kematian anaknya sendiri!" Ujarnya tegas lalu ia menancap gas dan swingggggg ia sungguh mempesona, hihihi.
---
"Dokter, kami harus melihat mayatnya. Mengapa kau sangat keras kepala! Aku akan melaporkanmu ke aparat bagian negara jika kau masih keras kepala." Aku hanya berdiri di belakang Deline yang sedang marah-marah pada Dokter Severus.
"Oke! Tenanglah gadis kecil! Aku akan mengambilkamu mayatnya!" Ia pun lekas pergi untuk mengambilkan kita mayat Fadly.
Dua jam kemudian....
Kami mulai cemas saat Dokter menyebalkan itu menyuruh kami tinggal di Lobby. Hari sudah malam dan kami harus pulang. Akhirnya, Deline kehabisan kesabarannya. Ia memasuki rumah sakit yang sepi dan menuju ruang mayat. Aku pun mengikutinya dengan hati-hati.
Brukkkkkkkkk
Ia mendobrak pintu kamar mayat. "Deline, apa kau masih waras!" Teriakku kecil di belakangnya.
"Jika kau masih takut. Pulanglah!"
Aku pun mengikutinya masuk ke kamar mayat. Terlihat loker mayat yang tersusun rapi bagaikan perpustakaan. Deline menuju meja analisis untuk menemukan dimana letak mayat Fadly. Untungnya hanya kami berdua disini, maksudku bukan cabul. Tetapi, sepertinya seseorang mengikuti kami dari tadi.
Tak tik tak tik tak tik
Suara hentakan kami menyeringai di telinga kami. Sergap kutodongkan pistolku ke segala arah. "Siapa disana! Angkat tanganmu!" Deline kembali mencari berkasnya dan akhirnya ia menemukannya.
"Loker 123," gumamnya lalu ia berjalan mencari mayat pada kumpulan lemari logam besi itu. Aku mengikutinya dari belakang dan ia pun menemukan mayatnya. Aku membantunya mengeluarkan mayat dari lemari besi itu. Woah, terpampang nyata pemandangan mayat yang sangat menggenaskan, arogan dan mengerikan. Matanya bolong dan dadanya terjahit-jahit. Telinga sebelah kananya hilang dan kelamin si pria ini lebih menggenaskan. Aku rasa dia divasiktomi secara paksa. Tak luput simbol lucifer yang ada pada jidat mayat Fadly. Alana mulai gemetar akan ketakutannya. Aku rasa ia mulai menunjukan ekspresi mual yang sangat membuatku terusik.
"Sebaiknya kau tunggu disudut sana. Aku akan membedahnya," ucapku seraya menyuruhnya meninggalkan.
Satu jam berlalu....
Aku sudah setengah jalan mengotopsi mayat korban. Tiba-tiba terdengar teriakan wanita, "Arghhhhhhhhhh...." terlintas dibenakku pada Deline. Aku pun lekas melepaskan sarung tangan dan masker lalu bermaksud menghampiri Deline yang kusuruh tunggu di kursi di lorong rumah sakit yang sepi dekat kamar mayat. Aku keluar dari kamar mayat dan langsung melihat seorang pria sedang menancapkan pisau ke perut Deline. Mataku berdecak dan langsung menembak lengan pria itu yang akan menusuk wajah Deline. Untungnya aku tepat waktu, tak lupa kunmenyalakan lampu dan alarm darurat pada rumah sakit. Pria itu mencoba kabur dan membuang pisaunya. Ia mengenakan topeng dan mulai berlari. Aku mengejarnya dan merhasil membidik peluruku ke arah kakinya. Akhirnya, para petugas keamanan datang membekuk pria itu. Aku lekas mendekatinya dan membuka topengnya.
"Dokter Severus!"
•••
Day 4
20 Desember 2016
Rasanya bokongki terasa sakit dan perih. Apa yang harus kulakukan diary! Apa! Apa! Apa! Paman Dimas menodaiku!
25 Desember 2016
Wohooooooooooooooooooooooooooooooooooo! Aku mendapat rangkin saru di sekolah! Horray! Randy dan aku akan merayannya! ^^^^^^ tapi, aku merasakan ada yang aneh dengan saudaraku. Seharusnya dia menjadi pria atau gadis (tak penting) yang beruntung disekolah, tapi dia malah menjadi pendiam.
28 Desember 2016
Arghhhhhh! Demi darah dan bangkai ayah! Aku sudah tak tahan!!!!!
29 Desember 2016
Dear Diary, kau yakin mawar itu merah? Kau yakin bunga itu cantik? Kau yakin semua wanita itu cantik? Kau yakin semua pria itu baik? Kau yakin ... kau yakin ... kau yakin .... Aku tidak.
30 Desember 2015
HMiYRT MMiM
Hari keempat adalah hari yang sangat berat. Aku hanya menghabiskan waktuku membaca diary Anna dan Fadly di samping Deline yang sedang di terbaring tidak sadar dengan selang-selang dan alat kedokteran yang asing bagiku.
Ada apa pada 30 Desember 2016? 'HMiYRT MMiM' apa ini? Sebuah huruf tak berarti—ocehku dalam pikiranku.
"Apakah itu sebuah anagram?" Tanya seorang pria paruh bayah yang melihatku membaca diary. Orang itu tak lain adalah Mr.Woodly, ayah Deline. Aku pun langsung berdiri tegak "Sir," ucapku tegas untuk menghormatinya.
"Duduklah nak, ada yang ingin kubicarakan padamu." Aku pun kembali duduk dengan perasaan bercampur-campur.
"Orang tua sepertiku sudah tidak bisa lagi menangani sebuah kasus. Aku menghawatirkan...,"
"Tidak, tidak, aku akan menjaga anak tuan dengan baik. Maafkan aku tentang Deline,"
"Bukan, aku menghawatirkan kau. Aku tidak yakin dengan membiarkamu menangani sebuah kasus. Kau masih....,"
"Tidak, Sir. Aku yakin aku siap! Aku akan berusaha sekuat tenaga," gumamku dengan nada yang kupasti-pastikan.
"Kau adalah pemuda yang penuh dengan semangat. Tapi, saat kita menangani sebuah kasus. Kau kebanyakan terserempet oleh taxi yang lewat. Kau tahu maksudku?"
"Maksud tuan, aku selalu ditabrak taxi?" Tanyaku dengan aneh.
"Maksudku, kau selalu keluar dari jalur kasus. Kau hampir bisa bahkan lebih. Tetapi, kau hanya mengacaukannya. Aku rasa, aku harus mencabut kasus ini dari tanganmu. Dan menyerahkannya pada orang lain."
"Tidak, jangan tuan. Aku yakin aku bisa. Aku akan mempertaruhkan nyawaku. Aku hanya perlu sedikit waktu. Biarkan aku menangani ini tuan! Ibuku selalu ingin anaknya menjadi detektif yang handal!" Aku berlutut di hadapannya dengan mata berkaca dan tangan menggepal, kumohon.
"Tetapi...,"
"Tidak tuan! Kumohon!" Gumamku keras.
"Aku rasa kau harus memberikan Anagram yang ada pada diary itu, padaku! Aku akan membantumu dan menjadi asistenmu!"
"Tidak usah tuan! Itukan sanga...,"
"Sudahlah, lagi pula aku hanya membalas budi dan menggantikan putriku."
Aku pun memberikan diary itu padanya dan membisikkan ku sesuatu. Sungguh menarik.
•••
20 Desember 2016
Rasanya bokongki terasa sakit dan perih. Apa yang harus kulakukan diary! Apa! Apa! Apa! Paman Dimas menodaiku!
25 Desember 2016
Wohooooooooooooooooooooooooooooooooooo! Aku mendapat rangkin saru di sekolah! Horray! Randy dan aku akan merayannya! ^^^^^^ tapi, aku merasakan ada yang aneh dengan saudaraku. Seharusnya dia menjadi pria atau gadis (tak penting) yang beruntung disekolah, tapi dia malah menjadi pendiam.
28 Desember 2016
Arghhhhhh! Demi darah dan bangkai ayah! Aku sudah tak tahan!!!!!
29 Desember 2016
Dear Diary, kau yakin mawar itu merah? Kau yakin bunga itu cantik? Kau yakin semua wanita itu cantik? Kau yakin semua pria itu baik? Kau yakin ... kau yakin ... kau yakin .... Aku tidak.
30 Desember 2015
HMiYRT MMiM
Day 5
Tanggal 28 Desember 2016, Fadly untuk terakhir kalinya di diary-nya. Mayatnya di temukan di teras rumahnya sendiri pada tengah malam.
Dringgggg Dringggg Dringggg
Handphone-ku berdering. "Mr. Woodly."
"Halo, nak! Aku harus sudah tahu mengapa anagraf itu terdiri dari huruf kapital dan selebihnya tidak. Ingat baik-baik! Huruf kapital berarti kata benda, subjek atau objek. Sedangkan yang bukan, merupaka sebuah kata hubung, pembantu atau sejenisnya. Kau harus tahu artinya! Ini kasusmu kan!"
Tittt titttt titt
"Shit, apa-apaan itu. Dia tidak bisa lepas dari sifat membuat orang gila dan ngegantung. Oke, yang tadi ia bilang tentang huruf kapital dan bukan."
HMiYRT MMiM
Memiliki delapan huruh kapital dan sisanya bukan. Aku yakin 'i' merupakan 'is' atau 'if' atau 'in' atau arghhhhh aku pusing.
'H' mungkin berari hug (peluk) dan 'M' mungkin berarti 'Me'. 'Y' munkin berarti 'Yuri' (hihihi) dan mungkin 'R' berarti 'Role'. Astaga, aku harus menjernihkan pikiranku.
"Hmmmm, pikirkan angka jika kau menjadi sang penulis huruf itu. Hei! 30 adalah angka genap. Aku kira Fadly dilaporkan meninggal pada 28 Desember. Juga! 28 adalah dimana Fadly menulis pada diary-nya. Apakah yang menulis anagram itu Anna?"
Aku sangat bingung. Sepotong peristiwa dan hipotesis mulai tersusun di pikiranku. Apa yang aku pikirkan jika aku adalah Anna yang menulis sebuah anagram.
HMiYRT MMiM
"Help Me if You Read T ... apa arti 'T' sebuah pengganti objek. 'That' atau 'This'.
"Help Me if You Read This!" Aku menemukannya! Aku harus pergi menemui Miss Sussie. Sepertinya Anna meminta pertolongan!
---
Pukul 11:30
Aku masih berada di mobil depan rumah Miss Sussie. Apakah tidak menganggu jika aku mengusik mereka malam begini? Sudahlah, aku harus melakukan yang harus dilakukan.
Knock knock knock
Knock Knock Knock
"Ada apa detektif! Mengapa kau datang malam-malam begini?"
"Bolehkah aku masuk?"
"Ya. Silahkan. Aku sedang memberi makan Anna."
Aku pun masuk dan terlihat Ana di meja tamu depan tv sedang melirikku dengan tajam. Ibunya kembali duduk di sebelahnya untuk menyuapinya. Anna bahkan menumpakhan semangkuk sup dan menangis menyembunyikan wajahnya.
"Apa dia baik-baik saja?"
"Aku kira besok kami harus pindah ke luar negri. Mungkin dapat memulihkan Anna."
"Hmmmm, bolehkah aku bertanya sesuatu. Aku rasa, aku tahu dengan anagram yang di tulis Anna pada halaman terakhir diary-nya." Aku memperlihatkannya pada ibunya apa yang kujabarkan. Mata Miss Sussie mulai tak percaya dengan apa yang kuartikan.
"Help me if You Read This. Monkey Monkey in Man. Maksudmu?"
"Ya, maksudku. Anna mencoba meminta tolong dan monyet-monyet itu aku kira sekelompok pria(?)"
Miss Sussie memandangku aneh. Ia mengira aku sudah gila atau apalah itu. Aku menggangguk agak ia mempercayainya. Tak sadar juga kulihat Anna mengangguk padaku. Aku rasa ia ingin memberitahu sesuatu.
"Eh, aku sedang memanggang kue. Aku yakin kuenya akan gosong." Miss Sussie pun pergi ke dapur. Ini waktu yang tepat untuk menanyai Anna.
"Anna? Kau mendengarku? Apakah kau meminta pertolongan?" Ia hanya menganggukkan pertanyaanku. Lalu membimbingku menuju basement di bawah tangga. "Anna, nanti ibumu marah!" Bisikku tegas. Ia hanya menyuruhku diam dan mengikutinya.
Basement yang sangat mengerikan. Banyak sekali mayat tikus bertebaran dimana-mana. Bau bangkai menyegat di hidungku saat Anna mengajakku untuk membuka lemari kecil bertuliskan (X) dengan warna merah. Sepertinya aku tahu itu!
Brukkkkkkkk
Suara pintu basemen tertutup membuatku kaget tidak karuan. Anna menyuruhku tenang dan bersembunyi di dalam lemari. Aku pun mengiyakannya dan menahan bau yang sangat tak sedap. Aku mengintip Miss Sussie dari lubang kunci kemari. Ia membawa sebuah senapan laras panjang.
"Shittttt." Aku arus bagaimana. Apakah MMiM berarti ... "My Mom is Murder." Tidak salah lagi. Aku pun lemas dan oleng menerima apa yang kupikirkan. Kusandarkan badanku perlahan pada sebuah "Mayat!" Aku pun mulai menyadari kalau bau tidak sedap ini berasal dari mayat yang berada di sampingku. Ia mengenakan seragam kantor dengan wajah yang bolong. Maksudku, wajahnya dicungkil bagaikan palung tanpa bekas.
Aku terisak dan terjatuh keluar dari lemari. Seketika pandangan Miss Sussie mulai mengarah padaku bagaikan malaikat maut. Aku mulai mundur perlahan dan gemetar. Yap, aku memberanikan diri untuk mengaragkan condong pistolku padanya. Kami saling membidik satu sama lain dan bersiap menarik pelatul.
"Siapa mayat di lemari itu!" Tanyaku dengan gemetar.
"Hahahahahah. Sekarang kau baru sadar! Itu adalah suamiku. Ayah Fadly dan Anna!" Ujarnya dengan nada mengerikan.
Aku mulai sadar apa yang di tulis Fadly. 'Demi darah dan bagkai ayah' pada tanggal 28 di diary-nya.
"Kau gila! Mengapa kau membunuh anakmu sendiri!"
"Wahahahaha, jangan banyak tanya! Sebentar lagi kau akan menjadi sandra ke pada Dewa Lucifer! Wahahahah!"
"Kau? Pemuja setan? Psikopat! Fanatik! Stress! Brengsek kau!"
Bommmmmmm
"Arghhhhhh!" Peluru Miss Sussie mengenai bahuku. Pistol yang kupegang terjatuh akibat rasa sakit yang menusuk bahuku.
"Aku tidak akan membunuhmu! Aku akan membuatmu sebagai tumbal!" Teriaknya.
"Anna, larilah! Cari bantuan dan berteriaklah!" Ucapku dengan risih.
"Wahahahahah! Kau mengharapkan orang itu bicara! Lihat ini! Pita suaranya telah ku lepas!"
Sungguh gila ibu yang satu ini. Ia memotong pita suara anakknya sendiri dan menyembunyikannya di dadanya.
Anna menatapku dengan tatapan kosong dan mengisyaratkan sesuatu padaku. Ia mengigit kaki ibunya. Ibunya berbalik dan menendang anaknya itu. Waktu yang tepat!
Bommmmmmm
Aku berhasil menembak pahanya dan lekas kurebut senjatanya. Ia terdesak dan merangkak ingin kabur. Tiba-tiba Mr.Woodly datang dengan anggota keamanan yang lain. Syukurlah! Anna mulai tersenyum padaku dan mulai meneteskan air mata. Aku tidak percaya menyelesaikan sebuah kasus! Apakah ini mimpi?
"Selamat! Detektif," ucap Mr.Woodly sembari memelukku.
•••
Day 5
8 Januari 2017
Perkenalkan namaku Zink. Aku adalah pemilik diary ini sekarang! Hihihi.
"Jaga dirimu baik-baik Anna!" Ucapku pada Anna yang terlihat sangat sedih menatapku.
"Tenang saja! Aku akan menjaganya," jawab seorang Pria yang melainkan adalah paman terdekat Anna atau kakak dari Miss Sussie yang akan membawa Anna ke rusia.
"Detektif! Aku sangat berterima kasih padamu, aku tidak bisa berkata apa-apa jika mereka menjadi korban keji Adik adikku itu. Sussie, Dimas, dan Severus. Ia mengalami masa-masa kritis saat aku meninggalkan mereka waktu kecil!"
"Sama-sama tuan. Tolong kau rawat anak yang cantik ini," ucap Deline.Yap, ia bersamaku untuk mengantar kepergian Anna di bandara sekarang. Sungguh hari yang mengharukan.
•••
Day 6
9 Januari 2017
semua yang kumiliki saat ini akan kujaga. Kau tahu diary? Aku melamar Deline kemarin. Dan ... hihihi ayahnya menghajarku. Huffft, tetapi sisi positifnya adalah ... Deline menerima lamaranku. ♥
Hmmm, hari ini aku bermaksud mengurus surat, dan berkas untuk menutup kasus yang kutangani kemarin. Sungguh keluarga yang menyedihkan, masa kanak-kanak adalah masa yang menentukan seorang tersebut akan jadi apa kedepannya. Sama dengan Sussie, Dimas dan Severus. Aku yakin mereka tertekan dengan ... apa yang membuat mereka menjalani masa kritis!
Aku pun sangat penasaran dan mencari berkas yang berkaitan dengan Sussie Rentle, Severus Rentle dan Dimas tentunya. Yaha, aku mendapatkan sebuah berkas berlabel 'danger'.
Dikatakan pada berkas tersebut. Tak ada yang berhasil mengungkap kematian dari Mr. Rentle dan Miss Rentle. Ia adalah sepasang suami istri yang mayatnya ditemukan di sebuah kemari bergambar (X) dengan bercak darah.
"Coba lihat ini!" Lirihku, menemukan nama Sussie, Dimas dan Severus. Tertulis bahwa Sussie, Dimas dan Severus merupakan anak dari Mr. Rentle dan istrinya. Ia selamat dari tragedi orang tuanya dan ditampung di tempat perlindungan anak. Dikatakan pula, mereka mereka adalah korban didikan pemuja setan—Sekumpulan orang-orang yang berlagak sebagai monyet aliran sesat.
"Monkey Monkey in Man? Sussie, Severus dan Dimas tidak memiliki seorang kakak? Pembunuh diisukan pindah ke luar negri? Tanda silang berwana merah! Warna merah! Merah! Aku mengerti sekarang! ... Shitt!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top