Canterville Girl - Merah

Musim semi, April ,1970

Pada suatu siang pada musim semi, aku dan keluargaku pindah ke sebuah desa bernama Canterville yang terletak di Durham yang berada di timur laut Inggris sekitar 25 km dari New Castle . Kota ini dikelilingi oleh sungai Wear yang membuat pemandangan di kota ini menjadi sangat indah dan juga terdapat kastil yang begitu megah. Kepindahan kami ke sini karena pekerjaan ayahku sebagai kontarktor bangunan. Awalnya aku menolak untuk pindah karena aku harus meninggalkan sekolahku yang lama dan meninggalkan teman-temanku. Itu artinya aku harus kembali mencari teman dan beradaptasi dengan lingkungan baruku. Hal itu tidaklah mudah untukku karena aku bukan tipe orang yang mudah mencari teman.

Kedua adik perempuanku terlihat gembira dan bercanda dengan ibuku dalam perjalanan menuju rumah baru kami, sedangkan ayah sedang berkonsentrasi mengemudi dengan mobil yang ia sewa. Aku hanya menikmati pemandangan kota Durham dari balik kaca mobil."Kota ini indah, bukan? Lihat saja pasti kamu akan menyukai tempat ini,''kata ayah kepadaku. Ayah melirikku melalui kaca spion.''Jangan memasang wajah cemberut seperti itu!''

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam sejak kedatangan kami di kota ini, akhirnya kami tiba di rumah yang berada di desa Canterville. Pemandangan di desa ini sangat indah banyak bunga-bunga berwarna-warni menghiasi di setiap sudut jalanan . Rumah yang akan kami tempati adalah sebuah rumah berlantai dua bercat putih. Tempat ini begitu tenang dan sunyi jauh dari kebisingan kota yang selalu menemani hidup kami beberapa terakhir ini. Lingkungan di mana rumah baru kami berada hanya ada enam rumah saja yang jaraknya saling berdekatan, sedangkan rumah lainnya berjarak lumayan jauh.

"Selamat datang, di Canterville!''kata ayahku dengan senyuman yang ia layangkan untuk kami. Ayah merangkul pundak ibuku dan mengecup dahinya sebelum masuk. Kedua adikku Brianna dan Angela berlarian masuk ke halaman rumah. Aku mengikuti mereka dengan enggan dari belakang. Aku langsung mencari kamar ketika memasuki rumah yang akan kutempati nanti yang berada di lantai dua. Rumah ini sangat indah. Seluruh lantainya terbuat dari kayu. Ruang keluarga yang nyaman dengan sofa-sofa empuk menghadap ke perapian. Aku naik ke lantai dua mencari kamarku yang akan kutempati. Aku menemukannya yang berada di ujung lorong, tapi kedua adikku yang masih berumur 6 dan 8 tahun itu langsung mengklaim kamar yang aku pilih."Kamar ini milik kami,''seru Angela.

"Kamar kakak di samping kamar ibu saja,''kata Brianna sambil menunjuk ke arah kamar yang berada tepat di depan tangga.

"Baiklah. Terserah kalian saja,''kataku yang akhirnya mengalah padahal aku sangat menyukai pemandangan yang langsung menuju taman bunga milik tetangga yang berada di belakang rumah.

Ayah dan ibu sedang mengangkut barang mereka tepat ketika aku akan masuk ke kamar."Apa kamu menyukai kamarmu?''tanya ibuku yang tersenyum lembut.

Aku mengangguk.''Aku menyukainya.'' Padahal aku sama sekali belum melihatnya.

Ibuku merangkulku.''Maafkan kami ya sudah memaksamu untuk ikut pindah bersama dengan kami ke sini.''

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku akan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan di sini. Aku berharap akan segera mendapatkan teman baru.''

"Kamu pasti akan segera mendapatkannya.'' Ibuku menyingkirkan rambut yang menempel di dahiku."Sebentar lagi ibu akan memasak makan malam. Bagaimana kalau kamu berjalan-jalan di sekitar sini agar tidak bosan?''

"Ide yang bagus.''

Cepat-cepat aku menuruni tangga dengan cepat dan aku mendengar teriakan ayah.''Hati-hati! Nanti kamu jatuh. Sebelum makan malam kamu harus cepat kembali.''

"Baik. Sampai jumpa nanti malam,''sahutku.

Udara begitu sejuk saat aku keluar dari rumah. Aku menghirupnya dalam-dalam mengisi paru-paruku dengan udara sejuk yang jarang aku dapatkan di kota besar yang penuh dengan polusi. Setelah keluar dari pagar rumah, aku bingung akan pergi ke arah mana dan aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke balik bukit yang tidak jauh dari rumahku. Di atas bukit rendah itu aku melihat sebuah rumah besar dan mungkin saja aku bisa menemukan teman di sana. Di dalam perjalanan aku berpapasan dengan seorang wanita tua yang sedang menuntun anak anjing . Ia tersenyum dan menyapaku.''Selamat siang, anak muda,''sapanya.

Aku membalas senyumannya.''Selama siang!'' Aku melirik sekilas ke arah anak anjingnya.

"Namanya Shimmer.''

"Anak anjing yang sangat manis.'' Sejak dulu aku ingin sekali memelihara seekor anak anjing, tapi orangtuaku tidak mengizinkannya karena Brianna alergi terhadap anjing.

"Apa kamu tetangga baru kami? Karena aku belum pernah melihatmu di sini?''

"Benar. Aku dan keluargaku baru saja datang.''

Wanita tua itu tersenyum dengan bibirnya yang keriput membentuk satu garis lurus.''Begitu rupanya.''

"Semoga kamu senang tinggal di sini.''

"Akan kucoba.''

"Apa kamu akan pergi berjalan-jalan?''

"Iya. Aku akan pergi ke bukit itu.''

Raut wajah wanita tua itu langsung ketakutan dan dia langsung mencengkeram kedua lenganku. Jari-jarinya seakan menembus daging di bawah kulitku.''Jangan pergi ke bukit itu!''

Aku memandang wanitu tua itu dengan ekspresi bingung.

"Pokoknya jangan pergi ke sana.''

"Tapi kenapa?''

"Tempat itu sangat jahat. Tidak ada seorang pun yang mau pergi ke sana.''Wanita tua itu melepaskan cengkeraman tangannya di lenganku. Mata tuanya kemudian melihat ke arah bukit itu dengan pandangan takut dan sedih, lalu dia memandangku lagi.''Aku akan menceritakan semuanya kepadamu. Aku rasa , kamu perlu mengetahuinya karena kamu dan keluargamu akan di tinggal di sini. Sebaiknya kita bicara di rumahku saja. Bagaimana?''

"Baiklah." Wanita itu tersenyum ramah. Aku pun mengikutinya ke rumahnya yang ternyata berada di depan rumahku. Aku membaca papan nama di pintu pagarnya. Medowlane. Ia membawaku ke teras belakang rumahnya dan menyuguhiku teh lemon mint yang sangat lezat dan beberapa kue jahe. Mrs. Medowlane menepati janjinya untuk bercerita kepadaku.

"Rumah yang berada di atas bukit itu adalah rumah kediaman keluarga Canterville. Keluarga mereka adalah keluarga yang sangat kaya . Kekayaan yang dimiliki oleh Duke of Canterville sangatlah berlimpah dan memiliki tanah yang sangat luas. Harta yang di dapatkannya berasal dari berbagai macam bisnis yang ia jalankan mulai dari pertanian, peternakan, perbankan sampai tambang emas. Keluarga Canterville adalah keluarga terpandang di Durham. Seluruh tanah desa ini milik keluarga mereka. Duke of Canterville hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Ia memliki istri yang sangat cantik dan sangat dicintainya serta keempat anak mereka.

Pada suatu malam di musim dingin di malam pesta ulang tahun salah satu anaknya terjadi kejadian yang sangat aneh karena salah satu anak perempuan Duke of Canterville bernama Andrea menghilang yang saat itu Andrea baru berumur 18 tahun dan satu bulan kemudian Andrea muncul mengenakan gaun merah di depan rumahnya dengan selamat di saat semuanya telah menganggapnya meninggal. Wajahnya begitu pucat seolah tidak ada darah yang mengalir di dalam tubuhnya. Kelurga Canterville sangat senang dengan kembalinya Andrea dan mereka merayakan kedatangannya dengan mengadakan pesta selruh penduduk desa Canterville semuanya diundang.

Sejak kedatangannya kembali, Andrea menjadi pendiam . Biasanya ia banyak bicara. Ia juga tidak mengatakan apa pun selama dirinya menghilang. Orangtuanya sudah menanyakannya berkali-kali, tapi gadis itu tetap diam. Ada satu hal lagi yang aneh pada diri Andrea. Ia selalu mengenakan gaun merah yang ia kenakan saat kemunculannya kembali ke Canterville bahkan saat tidur pun ia tidak mau melepaskan gaun itu. Selama lima tahun ia memakai gaun merah itu tanpa ia menggantinya. Ibunya pernah bertanya kepada Andrea.''Kenapa kamu tidak mau melepas gaun merah itu dan menggantinya dengan gaunmu yang lain? Gaunmu sudah kotor dan sudah robek.''

Andrea hanya menjawab dengan pandangan sedih.''Jika tiba saatnya nanti ibu akan tahu kenapa aku tidak mau melepas gaun ini dari tubuhku.'' Setelah itu Andrea tidak mau mengatakan alasan yang sebenarnya. Kemudian pada suatu malam saat semuanya sedang terlelap tidur , orangtua Andrea yang merasa penasaran dengan rahasia anak perempuan mereka , diam-diam masuk ke kamarnya dan mencoba melepaskan gaun merah Andrea , tapi tentu saja aksi mereka ketahuan olehnya. Andrea marah besar, lalu...'' Wanita tua itu tidak melanjutkan kata-katanya lagi dan raut wajahnya semakin sedih.

"Apa yang terjadi kepada mereka?''

Wanita tua itu menatapku dengan warna birunya yang sejernih langit selama sejenak.''Apa kamu ingin tahu?''

Aku mengangguk dengan cepat.

"Duke dan Duchess of Canterville ditemukan meninggal keeseokan harinya di kamar Andrea dengan tubuh kering.''

" Apa Andrea membunuhnya?''

"Sayang sekali tidak ada yang tahu soal itu karena saat itu Andrea dinyatakan tidak bersalah setelah mendiami penjara selama seminggu dan akhirnya dibebaskan karena tidak ada bukti bahwa Andrealah pelakunya dan anehnya gaun merah yang dikenakan Andrea kembali terlihat seperti baru lagi dan wajahnya juga terlihat lebih segar. Setelah orangtua Andrea meninggal, ia mengambil tanggung jawab atas keluarga Canterville. Gadis itu mulai mengelola harta ayahnya dengan baik dan kehidupan penduduk desa terjamin dengan baik. Andrea yang cantik menjadi primadona desa ini dan mereka tidak mempermasalahkan tentang gaun merah yang selalu ia kenakan , kemudian penduduk desa menyebut Andrea sebagai gadis Canterville.

Empat bulan kemudian mulai terdapat kejadian aneh lagi. Empat wanita muda ditemukan tewas di hutan dengan tubuh mengering seperti yang terjadi pada orangtua Andrea. Polisi pun tidak mengetahui apa penyebabnya dan siapa pelakunya masih menjadi misteri,lalu satu bulan kemudian seorang pria muda ditemukan tewas di pinggir jalan dengan tubuh mengering. Penduduk desa mulai ketakutan dan mulai mengira-ngira bahwa pelakunya ada iblis.

Satu bulan kemudian, seorang wanita muda ditemukan tewas dengan ciri-ciri yang sama di hutan. Sudah ada enam korban yang tewas. Pada korban keenam ada seorang pria tua yang menjadi saksi dan ia mengaku melihat pelakunya. Pria tua itu mengatakan yang telah membunuh korban keenam adalah seorang wanita yang bergaun merah. Penduduk desa langsung mencurigai Andrea, tapi gadis itu menyangkal semua tuduhan mereka. Sejak saat itu mata semua penduduk desa selalu memasang tatapan curiga kepadanya dan hal itu membuatnya tidak nyaman. Andrea memutuskan untuk tetap diam berada di rumah.

Selama setengah tahun penduduk desa Canterville tidak melihat Andrea berkeliaran di desa sampai seorang pengantar susu langganannya mengantarkan susu di pagi hari. Pengantar susu itu merasa heran karena di dalam rumah begitu sepi , lalu ia masuk melalui dapur. Tidak ada seorang pelayan pun di sana. Ia masuk ke rumah lebih dalam lagi . Ia begitu terkejut melihat banyak tubuh mengering di lantai masih mengenakan seragam pelayan. Pengantar susu itu melihat Andrea sedang menghisap sesuatu dari mulut adik perempuannya yang bernama Lory dan tubuh sang adik langsung mengering. Pengantar susu itu lari ketakutan dan menceritakan apa yang ia lihat di rumah Canterville. Seluruh penduduk desa berbondong-bondong pergi ke sana.

Mereka mendobrak pintu dan menangkap Andrea. Rasa cinta dan kagum para penduduk desa terhadap Andrea berubah menjadi benci. Mereka menuduh Andrea sebagai penyihir penghisap jiwa manusia dan hukuman yang layak untuknya adalah dibakar. Mereka pun membakar Andrea, t adik perempuan Andrea bernama Margaret menghilang dan sampai sekarang belum ditemukan. ''

"Apa Andrea mati?''tanyaku penasaran.

"Penduduk desa menyatakan Andrea sudah mati. Tapi setelah beberapa hari Andrea di bakar, beberapa penduduk desa melihatnya berkeliaran di sekitar halaman rumahnya yang mencoba membersihkan rumah Canterville untuk dijadikan sebuh hotel. Penduduk desa yang merasa ketakutan meninggalkan rumah itu dan sejak saat itu rumah Canterville dibiarkan begitu saja tidak terurus dan sampai sekarang kami masih takut mendekati rumah itu.''

"Menurutmu hantu Andrea menghantui rumahnya?''

"Penduduk desa mempercayai hal itu karena dua bulan yang lalu ada lima orang tukang kebun yang perintahkan untuk membersihkan rumah itu oleh walikota, tapi hanya empat orang yang kembali karena yang satunya telah menghilang tanpa jejak. Rumah Canterville pun ditutup selamanya . Rumah itu menyimpan banyak kejahatan . Itulah anggapan para penduduk desa meski sudah berlangsung selama seratus tahun, rumah itu selalu mengeluarkan aura kejahatan di dalamnya.''

"Apa hantu Andrea masih terlihat di rumah itu sampai sekarang?''

"Entahlah. Sebagian mengatakan ada yang melihatnya sebagiannya lagi tidak.''

Wanita tua itu menyesap tehnya, kemudian berkata lagi,''Sebaiknya kamu segera pulang hari sudah mulai gelap. Jangan membuat keluargamu mencemaskanmu.''

Tidak terasa hari sudah beranjak malam. Cerita Mrs. Medowlane membuatku takut. Bagaimana jika aku tiba-tiba melihat hantu Andrea? Tubuhku merinding.

"Oh ya siapa namamu anak muda?''

"Daniel. Daniel Brian.

"Sampai jumpa lagi, Daniel!''

"Sampai jumpa, Mrs. Medowlane.''

Aku pulang dengan berlari secepat mungkin . Untung saja rumahku berada di depan rumah Mrs. Medowlane. Keluargaku telah menunggu kepulanganku dan aku menceritakan pertemuanku dengan Mrs. Medowlane dan tentang keluarga Canterville, lalu ibuku juga menceritakan hal aneh di sekitar sini. Ibuku sejak dari tadi tidak melihat satu tetangga pun di luar rumah bahkan ibuku sudah mengunjungi salah satu rumah di samping rumahku, tapi tidak ada orang.

Keesokan paginya suasana di mana kami tinggal sepi seperti tidak ada satu pun penghuni di sini kecuali Mrs.Medowlane. Wanita tua itu keluar rumah dan akan pergi berjalan-jalan dengan anjingnya. Ia menyapa kami dengan ramah. Ibuku pun akhirnya menanyakan ke mana semua orang pergi. Mrs.Medowlane hanya mengatakan kalau mereka sedang berlibur bersama ke Yunani dan akan kembali dalam beberapa hari lagi.

Siang harinya, ibuku menyuruhku pergi ke rumah Mrs.Medowlane mengantarkan kue pai apel . Aku mengetuk pintu dapur, tapi tidak ada jawaban, lalu aku masuk karena pintu tidak terkunci. Aku mencari-carinya sambil memanggil namanya, tapi suasan rumah sangat hening sampai aku mendengar suara Mrs.Medowlane sedang bicara dengan seseorang arahnya berasal dari sebuah kamar yang berada di lantai satu. Aku mengikuti suaranya dan aku melihatnya sedang berdiri di depan sebuah kamar . Ketika aku akan mendekatinya, aku mendengar ia menyebut nama Andrea pada lawan bicaranya. Aku bersembunyi di balik dinding.

"Kamu sudah berjanji kepadaku, Andrea. Bahwa kamu akan mengatakan kenapa kau selalu mengenakan gaun merah yang sama saat pertama kalinya kau kembali ke rumah? Selama seratus tahun aku sudah memberimu 'makan' yang membuat umurmu selalu awet mudah seperti remaja berusia 18 tahun. Cantik seperti dulu.''

"Baiklah adikku tersayang, Margaret. Aku akan menepati janjiku.''

Tubuhku menegang dan tanganku yang membawa nampan berisi kue pai apel gemetar dengan begitu hebatnya. Andrea Canterville masih hidup dan Mrs.Medowolane adalah Margaret adik Andrea yang dinyatakan hilang.Tapi bagaimana bisa?

Andrea mulai membuka kancing gaunnya dan dibalik gaun itu hanya udara kosong tidak ada tubuh sama sekali. Baik Mrs.Medowlane atau pun aku sama-sama terkejut saat melihatnya.Ternyata gaun merah itu adalah berperan sebagai tubuh Andrea sendiri.

"Apa yang terjadi padamu, Andrea?''tanya Mrs.Medowlane dengan suara yang mengandung ketidakpercayaan.

"Tubuh asliku telah menghilang seratus tahun yang lalu, lalu seorang dukun menemukan potongan kepalaku, kedua tanganku dan kedua kakiku, tapi tubuhku tidak ada di hutan. Dukun itu membuatkanku sebuah gaun merah untukku yang dicelup dalam darah manusia dan menjahitkan bagian anggota tubuhku di gaun merah ini dan dukun itu menghidupkanku kembali. Dukun itu berkata aku akan bertahan hidup selama lima tahun kecuali kalau aku menghisap jiwa orang dan aku akan abadi selamanya.Awalnya aku tidak ingin melakukannya karena aku hanya ingin bersama keluargaku sampai batas waktuku yang terakhir, tapi akhirnya aku menghisap jiwa orangtua kita karena aku sangat marah mereka mencoba mencari tahu apa yang berada dibalik gaun merahku ini.''

Tubuhku semakin menegang dan kakiku terasa lemas.

Andrea membelas wajah wanita tua itu.''Di saat semuanya meninggalkanku, kau datang kepadaku dan membantuku membebaskanku dari tiang pembakaran.''

"Karena aku tidak ingin kehilanganmu karena sekarang kau satu-satunya keluargaku yang tersisa, tapi terima kasih selama ini kau tidak pernah menghisap jiwaku.''

"Tentu saja karena aku sudah menyelamatkanku dan kamu sudah memberiku 'makan' selama ini. Terima kasih adikku sayang. Sekarang katakan apa masih ada 'makanan' yang tersisa di sini?''

"Sayangnya tidak. Semua jiwa penduduk desa sudah kamu hisap, tapi ada satu keluarga yang baru pindah mungkin mereka bisa menjadi 'makananmu'selanjutnya.''

"Itu sangat bagus, Margaret. Aku ingin kamu membawa salah satu dari mereka untuk makan malamku. Kulit wajahku sudah mulai keriput.''

"Dengan senang hati akan kubawakan.''

Masih dengan kaki yang gemetar aku berusaha untuk keluar dari rumah ini dan memperingati keluargaku tentang hal ini kalau tidak kami akan dibunuh oleh mereka. Sebelum aku sempat melarikan diri Mrs. Medowlane berhasil menangkapku dan membawaku ke Andrea. Ia tersenyum menyeringai.

"Aku mohon jangan hisap jiwaku.''

"Sudah terlambat. Aku tidak akan melepaskan 'makananku'pergi.'' Andrea mulai mendekati mulutnya ke mulutku bersiap untuk menghisap jiwaku.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top