[1]. Adrenalin Lintas Dimensi

"Yuera, katakan dengan jelas padaku apa yang barusan Kamu dengar."

"Bahasa Jepang."

"Terus, bangunan apa yang kita lihat ini?"

"Empat gedung pencakar langit yang ada di tengah-tengah kota, jadi gedung itu bisa tampak dari seluruh penjuru kota."

Ibukota dari sebuah prefektur di Jepang yang terletak di Pulau Honshu, kota terbesar kedua setelah Tokyo. Ini adalah Yokohama tapi bukan Yokohama yang sebenarnya. Bahkan, kami lebih mengenal ini daripada yang aslinya. Mungkin, cuma kami satu-satunya yang mengetahui kebenaran sebenarnya.

Sebagai pembaca yang maha tahu, sebagai penonton yang menggeluti perasaan gusar, dan sebagai perempuan yang mencintai sesosok pria yang tercipta atas-tulisan dan gambaran-buah hasil dari kegagalan suatu hubungan di masa lalu.

"Isekai, ya?"

Aku tidak bisa mengabaikan perasaan kaget, bingung, dan takut ini. Apakah ini yang dirasakan oleh para tokoh utama di cerita isekai? Aku bahkan mengenali dunia ini lebih akrab dari duniaku sendiri, aku mencintai dunia fiksi ini daripada dunia nyata!

Namun, dengan situasi begini apa aku masih bisa berpikiran begitu? Setidaknya, ada dua jenis isekai dengan jalan cerita yang paling menguntungkan. Pertama, bereinkarnasi sebagai seorang bayi yang lahir di dunia yang asing dibanding dunia di kehidupan sebelumnya.

Kedua, karakter utama meninggal karena insiden atau kecelakaan-kebanyakan tanpa sempat merasakan rasa sakit-lalu berpindah pada dunia dalam novel atau game. Tidak ada yang lebih memahami perjalanan dan konflik utama dari tokoh protagonis dunia itu selain si tokoh utama yang memanfaatkan pengetahuannya akan suatu dunia tersebut.

"Sebelum ini, baru saja, aku dengar ada yang teriak gempa. Pasti ruko tempat kita berdiri itu roboh."

Teriakan banyak orang yang coba memperingati kami. Aku menyadari teriakan itu, aku juga sadar dengan getaran tanah yang dahsyat, aku terlalu takut untuk menyaksikan kematianku secara langsung. Tidak ... Aku tidak menyangka sama sekali. Tapi, bagaimana dengan Yuera? Yuera itu agak di luar perkiraan. Apa yang telah berlalu, bisa dilupakannya dengan mudah. Karena itu, Yuera sering merasa tidak puas dengan dirinya sendiri.

"Kamu ngerasa sakit, gak?" tanyaku.

"... Gatal sedikit."

"Oh, aku juga. Aneh, ya?"

"Bukan, tapi gila."

"Iya."

Awalnya, pemandangan padat di mana rombongan manusia sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sampai bumi menunjukkan kekuatannya. Hingga beberapa saat yang lalu berubah jadi bangku di depan taman bunga yang amat indah, tenang, dan damai sekali.

Yang aku ingat, untuk kasusku ini biasanya-bukan kata yang tepat, tapi sudahlah-barang bawaannya tidak akan berubah sampai berpindah ke dunia lain, termasuk pakaiannya dan lain-lain. Pakaian kami masih sama seperti hendak meninggalkan rumah, sementara di dalam tas ada pakaian seadanya saja. Tentu saja, kami membawa smartphone masing-masing, sudah coba untuk dinyalakan tetapi tak bisa. Kami sama-sama yakin, smartphone kami sama sekali tak kehabisan daya karena masih sangat penuh. Berulang kali melepas dan memasang baterai smartphone kembali, menekan tombol power selama apapun, tetap tak bisa dinyalakan. Akhirnya, kami menyerah sambil kebingungan dalam diam. Kemudian, yang terakhir.

"Bahkan uang kita yang tadinya rupiah, berubah jadi yen- KOK BISA BEGINI?!"

Setelah itu, kami coba menggeledah isi tas kami masing-masing. Tak ada yang berubah kecuali smartphone yang tak mau menyala dan perubahan mata uang yang tiba-tiba. Total uang kami berdua ada sebelas ribu yen, jujur saja, itu tak akan cukup untuk satu minggu hidup di kota terbesar kedua di Jepang-hanya mementingkan isi perut dan tidur di bawah langit langsung. Nilai tukar mata uangnya rupiah dan yen saja berbeda, nilai barang di sini lumayan mahal, tetapi ada harga ada kualitas.

"Mekanismenya isekai itu gimana, sih? Ada yang ketemu Dewa dulu atau reinkarnasi, tapi aku jarang liat yang kasusnya langsung berpindah begini."

Betul. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Yuera tidak mempercayai adanya kebetulan, dia selalu mencari alasan logis yang bisa diterima oleh akal sehat. Semakin dia pikirkan, semakin tertekan dia. Saat ini, bukan itu yang harus kami pikirkan, tetapi apa yang harus kami lakukan untuk tetap hidup di dunia ini?

"Terus, kita harus ngapain?"

"Ini masih pagi, jadi masih banyak waktu sebelum malam. Pasti bakal terjadi sesuatu lagi ke kita."

"Kenapa yakin banget?"

Aku ingat betul kata-kata Yuera saat ia coba meyakinkan diri kami berdua untuk memutuskan kabur dari rumah. Katanya, segala sesuatu selalu punya timbal balik dan roda kehidupan senantiasa berputar, apa yang dianggap sebuah kebetulan adalah permasalahan yang tidak diketahui dari mana asal mulanya-bahkan, hal paling sepele sekalipun bisa membuat sebuah perubahan yang besar.

Butterfly effect. Yuera yakin, tindakan kecil kami untuk angkat kaki pasti akan membawa perubahan besar, terutama bagi orang lain. Meski begitu, kami mengharapkan perubahan yang baik, terutama untuk kami berdua ini.

Sahabatku si ahli teori yang tak pernah habis kata-kata. "Teori ngawur. Saking jarangnya kita berpelukan, pelukan itu jadi membuka portal dimensi lain."

"Agak absurd, ya. Tapi, setelah apa yang terjadi ... banyak kemungkinan."

"Kayaknya jantung kita ajaib, atau karena nakama power."

"Makin ke sini semakin ke sana."

Pembaca maha tahu itu bisa mempersiapkan rencana sesuai dengan latar waktu yang sudah diperkirakan berdasarkan cerita yang mereka telah ketahui. Karena itu, aku perlu mengetahuinya latar waktu dunia 'Bungou Stray Dogs' di sini.

Karena latar waktu di cerita yang di mana di atas musuh brengsek masih ada musuh biadab yang lain ini, benar-benar membabakan tiap alur ceritanya (jangan membantah fakta).

"Yuera, kita perlu tahu latar waktunya dunia ini."

Misal, kami terlempar pada alur waktu yang mendekati bencana terbesar di cerita ini, maka harus pergi sejauh mungkin dari Yokohama.

"Kayaknya aku tahu," katanya sembari tersenyum padaku, lalu menatap ke arah yang berada di balik punggungku.

Kenapa dadaku berdebar-debar?

Jika ini tidak seperti yang aku pikirkan, maka aku harus memanfaatkan waktu yang ada dengan segera memikirkan langkah kami ke depannya, tak bisa terus duduk-duduk di sini saja. Namun, jika ini seperti yang aku pikirkan, semoga kewarasanku masih di bawah ambang batas wajar budak cinta.

"Jangan diam saja, katakan sesuatu!"

"Kataku, minumlah susu hangat dan biskuit coklat, campurkan keduanya."

"Apa itu bisa membuatku jadi lebih tinggi?"

"Tentu saja tidak. Itu kan kesukaannya setiap anak kecil."

"Siapa yang 'anak kecil' di sini?! Akan kupatahkan tanganmu yang satu lagi itu!!!"

Ah. Aku cuma mengerti sebagian dari apa yang mereka katakan, tapi masa bodoh. Sekarang aku tahu latar dunia ini. Tangan kanannya yang sakit itu, sebelahnya si jaket hijau dan rambut oranye dengan poni yang masih bergaya capit kepiting. Latar waktunya terbilang masih aman, tapi aku dan Yuera tak bisa terus-terusan hidup tanpa atap di atas kepala, kan?

"Kamu enggak ngomong satu kata pun." Suara Yuera tepat di samping telingaku sangat membuatku kaget.

Aku tahu. Aku terlalu fokus dengan mereka-dia. Sangat menarik perhatianku. Aku hampir tidak bisa mempercayai mataku sendiri. Bagaimana jika semua ini hanya mimpi bahwa pada kenyataannya kami sedang dirawat di rumah sakit, berhasil selamat dari gempa itu.

"Dia nyata ... Aku mau pingsan."

"Jangan, dong!"

Dazai masih belum menjadi sebagaimana ia akan menjadi salah satu pria dengan tinggi badan yang lumayan di Bungou Stray Dogs. Aku tidak menyangka bahwa ternyata kami bisa seumuran begini. Oh, ahhh, aku sedang memikirkan apa? Hampir saja terpikirkan sesuatu yang mustahil padahal ini masih sangat jauh.

Tarik napas, tutup mataku sebentar. Ini bukan waktu yang tepat untuk senang-senang melihat keberadaannya yang lewat begitu saja tepat di depan mataku, bergerak dan bersuara seperti manusia pada umumnya. Sebenarnya ini hal gila, tapi abaikan saja sebentar.

"Syukurlah kalau masih Fifteen, bencana yang sebenarnya baru dimulai setelah S3 setelah itu masih ada waktu enam bulan."

Begitu banyak musuh dan sangat sedikit aliansi yang dimiliki. Banyak sekali yang harus menderita. The Great War, Port Mafia, Guild, Hunting Dogs, Decay of Angels, sampai waktunya akan berhadapan The Clock Tower suatu saat nanti. Mengandalkan satu atau dua orang sebagai penopang utama sangat tidak cukup, harus bersatu sepenuhnya.

Tidak, tidak, tidak! Menghadapi semua itu secara langsung, tidak mungkin! Kalau saja bisa dicegah, tapi apa yang bisa aku lakukan? Kami baru saja tiba di sini, yang terpenting sekarang adalah tentang kami berdua, hanya saja-

"[Y/N]."

Aku menggigiti kulit bibirku lagi.

"Kamu lihat sendiri. Dia jingkrak-jingkrak di depan orang tempramen, bahkan diancam. Jangan terlalu kepikiran."

Aku takut. Antagonis dan villain dunia ini ... tidak juga. Yang dasarnya adalah orang jahat, sudah pasti merasuk sampai DNA tubuhnya. Lalu, yang seperti Soukoku itu bagaimana? Chuuya orang yang sangat setia, bergabung ke Port Mafia sebagai jaminan atas keselamatan anggota The Sheep yang disebar ke seluruh sudut bumi. Sementara Dazai 'Eksekutif Termuda' Osamu keluar dari Port Mafia karena kata-kata terakhir sahabatnya.

Morally grey. Karakter yang seperti itu terlalu memusingkan untuk dipikirkan, tapi saat ada kebenaran yang terungkap mendadak jadi menarik.

"... Aku lapar." Di samping itu, kebutuhan primer manusia adalah makan. Tak peduli sesulit apa keadaan saat ini, manusia harus tetap makan. Makan untuk hidup, atau dimakan oleh kehidupan. Aku yakin, aku sudah sarapan. Mungkin ini gejala karena berpindah dunia?

⋇⋆✦⋆⋇

1430 kata!

Niat baikku sih, tiap bab bakalan lebih dari 1000 kata, jadi butuh waktu lebih buat update. o(〃^▽^〃)o

Minggu, 4 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top