1. Cinta Satu Malam

Kepalaku agak pening. Pandanganku juga sedikit berputar. Rupanya alkohol yang melewati tenggorokanku beberapa saat lalu mulai memberikan reaksi. Kepenatan yang tadinya bersarang di kepalaku perlahan menghilang. Segala beban mendadak berkurang. Sepertinya sebentar lagi aku akan terbang. Melayang.

Kepalaku bergerak ke kiri dan kanan menikmati irama musik yang berdentum kencang. Ah, baru sadar betapa hal ini kurindukan. Sejak menikah tempat hiburan malam menjadi tempat terlarang untuk kukunjungi. Namun, setelah sepuluh tahun berlalu, aku justru terdampar di sini.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat bercahaya temaram ini. Ternyata tidak banyak perubahan dari kali terakhir aku berkunjung kemari. Dekorasinya malah tidak berubah sama sekali. Hanya pekerjanya saja yang banyak berganti. Dari empat orang penjaga di pintu depan, hanya satu orang yang merupakan pemain lama. Termasuk tiga orang bartender di depanku yang sedang sibuk meramu minuman untuk beberapa pengunjung lain yang duduk di meja bar, mereka semua pendatang baru.

"Long island iced tea." Suara serak menggoda di sebelahku seolah meminta atensi. Lewat ekor mata aku memerhatikan secara diam-diam. Perempuan yang kutaksir berusia pertengahan dua puluhan baru saja mengisi bangku kosong tepat di sisi kiriku. Nama minuman yang baru saja disebut adalah jenis koktail yang kutahu memiliki kadar konsentrasi miras jauh lebih tinggi dibanding jenis koktail lainnya.

Mungkin merasa diperhatikan, perempuan itu menoleh ke arahku. Dia tersenyum lebar hingga deretan gigi putihnya terlihat. Senyum yang manis ... dan menawan.

"Hai," sapanya ramah. Lewat suara seolah menggambarkan sosoknya yang riang.

"Hai." Aku membalas senyumnya.

"Sendiri?" tanyanya seraya menyilangkan kaki. Kaki jenjangnya yang saling menumpuk langsung menarik perhatianku. Putih dan mulus. Diam-diam aku meneguk liur. Dia tipe perempuan yang pintar merawat diri.

"Yup! Kamu sendiri?"

Dia mengangguk sekilas, memusatkan perhatiannya pada minuman yang tampak seperti es teh dalam gelas highball bergagang panjang yang baru disajikan bartender di depannya. Terdapat hiasan potongan lemon di bibir gelas. Kulihat bibirnya melengkung mengiringi ucapan terima kasih pada bartender yang juga tersenyum ramah.

Dia menyesap minumannya perlahan, tampak begitu menikmati saat cairan itu melewati tenggorokan. Dia menoleh lagi padaku dan lagi-lagi menyunggingkan senyum.

Tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman karena terus diperhatikan, kularikan pandangan ke lantai dansa yang dipenuhi orang dengan berbagai gaya. Dari yang bergoyang pelan hingga bergerak seperti cacing kepanasan ada di sana. Tidak ada perempuan yang berpakaian tertutup, semuanya mengumbar aurat seakan berlomba memamerkan lekuk tubuh. Dan, pastinya tidak akan ada lelaki alim ahli ibadah di antara mereka.

Musik berganti. Kali ini disc jockey memainkan lagu dengan tempo lebih cepat dari sebelumnya. Irama mengentak mengudara, sangat energik.

"Mau turun, nggak?" Perempuan di sebelahku bertanya setengah berteriak. Suaranya berlomba dengan musik yang menggema. "Temenin aku!"

Rambut panjangnya yang diikat ekor kuda mengikuti gerakan tubuhnya. Poni yang menjuntai lembut di bagian kening membuatnya tampak sangat manis. Wajah cantiknya dilapisi makeup natural. Bibir tipis yang dipoles lipstik merah darah, kontras dengan warna kulitnya. Pakaiannya sangat ketat dan mini, menonjolkan lekuk tubuh yang indah. Sangat menggoda.

"Jangan cuma lihatin aku! Mending kita ke sana sekarang." Telunjuknya mengarah pada lantai dansa. Tangan satunya menjulur di depanku, mengundang untuk bergoyang bersamanya.

Tanpa menunggu jawaban, dia menarikku. Mungkin menurutnya aku sangat lamban. Dalam waktu sekejap, kami sudah tenggelam dalam lautan manusia.

Tubuh sintal itu terus mengimpitku. Dadanya yang besar menempel di dadaku. Dia meliuk seperti ular. Gerakannya gesit, lincah, seksi, dan ... liar!

"Aaargh, ini luar biasa!" jeritnya antusias. Untuk sesaat kupikir kelakuannya kampungan, tidak sesuai dengan penampilannya yang berkelas. Mungkin sama sepertiku, dia terlalu jenuh atau sangat muak dengan kehidupan yang penuh beban. Begini caranya menikmati kebebasan.

Tanpa kuduga, tangannya mengalungi leherku, membuat aroma tubuhnya yang wangi tercium setiap kali aku menarik napas. Dadanya semakin mendesak. Empuk dan kenyal. Tingkahnya membuat pikiran kotor kian giat mendesak kewarasanku untuk segera angkat kaki. Sederet andai-andai pun makin gencar menjejalkan diri.

Bagaimana jika kami bergoyang di ranjang saja? Apakah dia juga mahir melakukannya?

Sial! Bagian tubuh yang seharusnya tidur malah menggeliat ingin unjuk gigi, mencari lawan main. Setengah mati aku menahan diri, mengingat tujuanku kemari bukan untuk berburu liang senggama. Aku hanya ingin refreshing. Aku sangat butuh hiburan dan pelarian dari desakan pekerjaan serta rumah tangga yang penuh drama.

"Bagaimana kalau kita ke tempat aman?"

Saking sibuknya berpikir, aku tidak sadar jika tangannya sudah menempel pada tonjolan di balik celana jeans-ku. Gerakannya mengurut bagian itu dari luar semakin membangkitkan hasrat. Kerlingan menggoda dan lidahnya yang menyapu ujung bibirku meruntuhkan pertahanan yang kubangun dengan serampangan.

"Kita ke hotel, hm?" tawarnya tepat di telingaku. Undangan yang begitu menggoda dari perempuan penggoda.

Tidak perlu ditanyakan lagi, kesempatan langka yang tak mungkin kusia-siakan kali ini. Di hotel atau di mana pun, I'm ready! Akan kubantai dia, agar dia mengerti bahwa telah membangkitkan sisi liar orang yang salah.

-***-

Rasa pengar menghantam saat aku membuka mata. Satu kalimat singkat yang tepat mewakili keadaanku saat ini; lelah luar biasa. Setiap inci tubuhku merasakan efek hasil jerih payahku semalam. Kami menghabiskan sepanjang malam dengan sangat panas di kamar hotel yang letaknya tidak jauh dari bar.

Perempuan itu tertidur pulas di sampingku, persis orang pingsan. Ternyata dia luar biasa mengejutkan! Tidak hanya penampilannya saja yang menggoda, tetapi dia juga ahli dalam urusan ranjang. Ekspektasiku remuk terempaskan. Hasratnya semalam berhasil mengimbangi hasratku hingga beberapa kali kami melakukan pelepasan.

Perempuan asing ini bahkan lebih hebat daripada Amyra. Oh, Gosh! Mengapa nama itu harus terlintas sekarang? Aku menggeleng dua kali menghalau bayangan istriku sebelum perempuan itu kembali menjajah pikiran dengan segala tingkah polahnya-yang semakin hari-kian menjengkelkan. Ajaibnya, kali ini berhasil! Aku mengucap syukur banyak-banyak dalam hati.

Aku beranjak dari ranjang yang seprainya kusut lalu mulai memunguti pakaian dan bergegas memakainya.

Dress mini beserta pakaian dalam hitam berenda milik perempuan yang sampai saat ini tidak kuketahui namanya itu kuletakkan di bibir ranjang. Tidak ada drama pakaian sobek seperti kebanyakan novel atau film dewasa yang biasa dinikmati oleh kaum hawa. Aku tidak sebrutal itu. Aku masih cukup sabar dengan melucuti pakaiannya perlahan. Aroma manis yang terhidu dari pakaiannya membuatku kembali teringat pergulatan semalam. Kunikmati aromanya dan kurekam baik-baik dalam benakku untuk yang terakhir kali sebab mungkin saja kami tidak akan pernah bertemu lagi.

Bye, Candy. Begitu aku menamainya saat mengucap salam perpisahan tanpa suara.

Langkahku terayun menuju pintu saat ponsel dalam saku celana bergetar. Sial! Semalaman aku melupakan benda keramat itu. Sesaat setelah memasuki kamar ini, aku mengaktifkan mode getar tanpa suara dan terus saja melupakannya.

Kurogoh saku untuk mengambil ponsel dan melihat siapa yang telah menghubungi sepagi ini. Namun, belum sempat kuterima panggilan itu sudah berhenti.

Mataku membulat sempurna. Layar ponsel menampilkan puluhan panggilan tidak terjawab. Ada beberapa pesan masuk dini hari tadi hingga satu jam lalu. Seketika jantungku berdebar kencang. Napasku memburu dan pikiran buruk berkecamuk berputar memenuhi setiap inci labirin otakku. Bergegas aku keluar. Benar-benar tanpa ucapan selamat tinggal pada si Kuda Liar.
.
.
.
Karena ini cerita kolaborasi, POV Amyra akan dipublish di lapaknya Kak AhyaBee_ setiap hari Senin. Pastikan kalian juga baca di sana biar nggak timpang dan paham sama alur ceritanya.
See you next week!
Samarinda, 01 Februari 2024
Salam sayang,
BrinaBear88

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top