Kau tak boleh pergi, Kaa-chan!

Chapter sebelumnya.
"oh tidak!" kaget semua sahabat Shikamaru termasuk Shikamaru sendiri.
"Temari.." lirih Shikamaru tidak percaya.
"Bibi Temari?!!"

"Shikadai.. Apa yang kau lakukan pada kaa-chan?" tanya Mitsuki menghampiri mereka berdua dengan polos.

.
.

Kapan mereka bertemu?
Mari kita kembali ke 30 menit yang lalu.

Temari yang baru dari toilet, dia memandang puas pada dirinya sendiri. Penampilan oke, tetapi mentalnya yang tidak oke. Dia masih gugup untuk tampil di depan para orangtua.

Ia bertanya-tanya pada diri sendiri. apa obrolan gosip yang bagus untuk para ibu-ibu?
oh dia lupa, sekolah ini sekolah elite. Banyak anak pengusaha dan orang terkenal. yang mereka tahu pasti duit,  saham, investasi dan semacamnya.

itulah yang Temari tahu tentang orang bisnis, dari drama sih..
"Ahh.. Drama dan Realita kan berbeda! Ya ampun.. kenapa aku berpikiran gitu?!"

apakah pertemuan orangtua ini akan berjalan baik-baik saja tanpanya?
"Er.. Kalau aku kabur.. apakah Mitsuki-kun marah? Hmm!! Temari, kau benar-benar ibu gak punya perasaan! kau jangan kabur!"

Temari mulai berdoa di depan cermin, "kami-sama.. Bantulah aku.. kuharap aku tidak mempermalukan Mitsuki.. aku mohon Kami-sama!!" ujarnya berbicara sendiri berulang kali.

"bagaimana kalau aku mengacaukan segalanya? Mitsuki pasti membenciku jika aku berbuat salah.. ya ampun kenapa aku terus berpikiran negatif sih?!!! Ahhhh!!!", panik Temari ingin mengacak rambutnya tetapi mulai berhenti karena jika penampilannya berantakan maka Mitsuki akan malu.

Lagipula dia sudah susah payah berdandan agar Mitsuki bisa memamerkan ibu angkatnya yang super duper cantik pada teman-temannya. biasanya dia jarang sekali berdandan di saat pekerjaannya karena baginya itu gak perlu. Tampil apa adanya aja, yang penting rapi.

Tapi ini permintaan Mitsuki, dia ingin sekali memamerkan Temari. Mau gak mau, dia harus berdandan bukan?
bahkan dia harus membeli make-up dengan uang tabungannya. Temari sangat pelit kalau urusan uang. walaupun Tsunade kaya tetapi Temari tidak. ia ingin mandiri tanpa bantuan ibu angkatnya.

Temari memandang cermin, "yosh!! I'm ready!!!" ujarnya dengan semangat penuh. dia sudah menyiapkan mentalnya. bersikap seolah memasuki arena perang, yaitu pertemuan orangtua.

"aku akan berusaha tenang.. membalas pertanyaan dengan sopan, pokoknya tidak akan ada Kesalahan!!" Temari berjalan keluar dari toilet.

Temari berjalan dengan pelan agar suara sepatu hak tinggi miliknya tidak membuat suara.
dia sedikit menyesal menuruti perkataan Tsunade yang menyarankannya memakai sepatu hak tinggi.

kakinya sakit oi!
Temari tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi. harusnya dia memakai sandal atau sepatu kets yang nyaman dipakai gitu.
kalau begitu kan dia bisa berjalan dengan nyaman dan tidak menimbulkan suara sepatu yang menurutnya berisik.

Langkah kakinya sudah menuju kearah ruang kelas Mitsuki. itu mungkin ada orangtua anak lain. seketika Temari gugup sejenak, dia benar-benar Introvert tingkat akut.

Sayangnya Shizune menyapanya, mengatakan kalau di ruang kelas belum ada siswa dan orangtua. Shizune juga mengatakan kalau Mitsuki sedang di kantin.

Temari tersenyum saja tetapi di dalam hatinya mulai kembali kacau.
"Kenapa aku lupa menanyakan dimana kantin? Baka! Baka Temari! Eh-?"

Mata hijau jade seperti zamrud miliknya melirik bocah lelaki yang sedang menangis di pojokan.

Temari berpikir itu anak korban bully di sekolah dasar ini. dia menghela napas, mungkin ia akan meminta Mitsuki agar tidak mencari musuh.

Entah kenapa hatinya ingin menghibur anak lelaki itu. apakah itu hanyalah firasatnya?

Temari mulai mendekati anak lelaki itu sambil mengeluarkan saputangan putih.
"Nak, kenapa kau menangis?" tanya Temari dengan suara lembut.

Anak lelaki itu memandang Temari dengan mata hijau jade yang sangat familiar.
Itu adalah Shikadai!
"Ah.."

Temari agak terkejut melihat warna mata Shikadai yang mirip dengannya.  Tapi dia hanya tersenyum tipis lalu mengelap wajah Shikadai yang dipenuhi airmata.

"yare yare.. anak lelaki tidak boleh nangis.." ujar Temari sambil mengelap wajah Shikadai.
"yah.. boleh nangis sih sebenarnya, tapi jangan jadi nakimushi.."

Temari melihat bekas luka di tangan Shikadai. dia mengambil plester di tas genggam miliknya. kebiasaan saat Temari menjadi perawat, selalu membawa kotak p3k dimanapun dan kapanpun.

"lain kali cobalah melawan, agar kau tidak dibully lagi. kau harus kuat ya nak.." lanjut Temari selesai menempelkan plester di tangan Shikadai. Setelah itu ia mengelus kepala Shikadai.
Temari cukup bangga pada dirinya sendiri, dia ingin menjadi dokter anak. anak-anak adalah spesies manusia yang lucu bagi Temari.

"orangtuamu mana?" tanya Temari, dia mulai melupakan sesuatu, dia lupa dimana kantin sekolah.
"kantin dimana ya?"

Tangan Shikadai menunjuk Temari, "kaa-chan.."
"eh? Doko?(mana?)" Temari bingung kenapa anak ini menunjuknya, apakah itu kesalahan matanya?

Mungkin saja Shikadai menunjuk orang lain yang disebut ibu di belakangnya.
Mungkin..
Temari melirik belakang, sama sekali tidak ada orangtua kecuali anak-anak yang lewat.

"Err.. Nak.. Anata no kaa-chan wa dokodesu ka? (mana ibumu?)" tanya Temari sekali lagi.
Shikadai mulai membuka suaranya, "anata wa watashi no kaa-chan desu (kau ibuku)"

Seketika suasana mulai hening, Temari langsung berdiri.
"err.. Gomen ne, bibi mau pergi dulu. ada anak bibi nunggu nih" ujar Temari ingin pamit.

Dia sudah merasa kalau Shikadai itu anak yang aneh. kenapa Shikadai mengatakan kalau Temari adalah ibunya?
lebih baik pergi aja deh, biarkan saja.

Temari mau melangkah pergi tapi Shikadai memeluk kakinya.
"n-nak.. jangan sembarangan pe-" sebelum Temari menyelesaikan perkataannya. dia melihat wajah Shikadai yang terlihat basah karena air matanya.

"kaa-chan.. jangan pergi lagi.. kaa-chan. jangan tinggalkan Dai lagi.." isak Shikadai memeluk erat Temari. dia baru saja sedikit bahagia saat bertemu ibunya. mungkin Kami-sama mengabulkan permintaannya agar Temari kembali bersamanya.

Tapi.. Kenapa Temari mau pergi lagi? apakah sosok wanita ini hanyalah mimpinya saja?. kalau begitu.. biarkan dia bermimpi selamanya asal bisa bersama ibu tercintanya!. dia sudah tidak peduli dengan dunia luar lagi.

"Lepas-kan.."
Temari menarik tangan Shikadai dengan paksa agar anak itu berhenti memeluknya. dia menekan bahu Shikadai, "nak.. mungkin kau ini salah orang"

Temari langsung melangkah pergi dengan cepat meninggalkan Shikadai. Shikadai langsung panik, dia mulai mengejar Temari.
"tidak! kaa-chan jangan pergi!"

Temari takut, dia berpikir kalau Shikadai sudah gila. kenapa harus dia yang tertimpa kesialan ini?! apa salahnya sampai dia dikejar anak gila ini?!.
"jangan kejar!"

Bruk!!
Karena kesalahan sepatu hak tingginya, Temari terjatuh di lantai. dahinya sedikit terbentur di tanah, untung tidak terlalu sakit. yang paling sialnya lagi, dia dilihat oleh banyak orangtua dan anak.

"kaa-chan!!"
Astaga! nambah lagi 1 kesialannya. Shikadai berhasil mengejarnya. anak itu mendekati Temari yang mulai bangkit.

"jangan dekati aku" ujar Temari pada Shikadai dengan sedikit kesal. dia agak panik melihat sekelilingnya.
"Shizune-san, to-tolong bawa dia" Temari menarik Shikadai pada Shizune yang awalnya ingin membantunya.

"ya.."
"kantin dimana?"
"lewat situ saja.."
"arigato. tolong urus anak ini. aku tak paham kenapa dia memanggilku sebagai ibunya. mungkin dia sedikit.." jelas Temari memutarkan jarinya dekat pelipis.

"..." Shizune tidak membalas perkataan Temari. wanita itu melirik Shikadai yang berusaha memberontak. wanita itu tidak tahu kenapa anak itu bertingkah aneh.
Mungkin apa yang dikatakan Temari memang benar. kalau Shikadai memiliki masalah di otaknya. padahal anak ini sangat pintar..

"lepas! Kaa-chan!! jangan pergi!!" Shikadai membuat keributan sampai suaranya agak keras membuat Temari kaget. Shikadai langsung memeluk Temari dengan kencang.

"nak.. Saya sudah bilang aku bukan ibumu.." panik Temari mencoba melepaskan pelukan Shikadai di kakinya.
Shizune ikut membantu Temari dengan menarik Shikadai.
"Shikadai-kun, kamu pasti salah orang. jangan buat bibi ini panik dan malu ya"

"kaa-chan ada disini kan!!" balas Shikadai sedikit membentak pada Shizune. dia sangat jelas melihat ibunya di dekatnya. kenapa Shizune malah ikut campur urusannya?.

"huhu.. Kaa-chan jangan tinggalkan Dai! Dai janji jadi anak baik!" Shikadai tetap memeluk kaki Temari itu dengan erat. dia tidak akan membiarkannya pergi lagi.

"nak.. aku mohon, jangan mempermalukan aku disini.." balas Temari mencoba menyakinkan Shikadai. wanita berambut pirang dikucir dua mulai panik melihat sekelilingnya. begitu banyak para orangtua dan anak-anak lainnya sedang menonton mereka.

"oh tidak!" suara dari para orangtua yang melihatnya dengan pandangan tidak percaya. Temari mulai salah paham lagi, apakah seluruh orangtua ini adalah kerabat bocah ini? bagaimana kalau dia masuk penjara nantinya?!.

"Temari.." lirih pria yang mirip dengan Shikadai. Temari yakin kalau pria ini adalah ayah bocah ini. kenapa Temari merasa kalau sorot matanya tampak merindukannya?.

"Bibi Temari?!!"
Temari mulai kesal, kenapa anak-anak itu sok kenal dengannya? bahkan Temari saja belum pernah bertemu dengan mereka.

Suasananya begitu sunyi sehingga tidak ada yang berbicara selain suara Shikadai.
Walaupun Temari Introvert, dia tidak suka keheningan disebabkan olehnya. rasanya.. dia ingin kabur dari tempat ini.. sekarang juga!.

Temari melihat Mitsuki berjalan ke arah mereka berdua.

.
.

Bersambung..

Hello guys!
Maaf kalau terlalu lama update.

Jujur saja, pada awalnya Author berniat ingin menghapus cerita ini dan 'Genius girl but Blind Love'. Karena pada saat itu, otak Author lagi blank. biar tidak menjadi beban pikiran untuk melanjutkannya.

Untungnya tidak jadi hapus, tiba-tiba ide cerita muncul kembali!. maklum kalau Author agak pelupa.

Author akan berusaha ke depannya! Tolong dukung ya!
I try my best!

Selamat membaca!!
Enjoy to read this story!

Ingat vote dalam ceritaku ya ^^.
Follow saya juga ya ^^❤

By arlynxie

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top