√9
Apapun akan ku lakukan untukmu. Hanya Untukmu.
Thalia Novenda
***
"Tha! Gue punya ide lagi nih!" pekik Debby ketika ketiganya sedang membereskan alat tulis karena bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Mata Thalia yang sedari sayu nampak berbinar sempurna. "Apa? Apa?" tanyanya antusias.
Debby tersenyum penuh kebanggaan. "Kan biasanya kalo mau dapetin gebetan yang lo suka, lo harus gombal tuh. Nah, coba aja. Siapa tau setelah lo gombalin Athan dia jadi baper trus suka deh sama lo," jelas Debby mengemukakan idenya dengan menggebu-gebu.
Thalia dan Alisa mengernyit sebagai respon ide Debby. "Thalia mana bisa gombal sih, Deb?" tanya Alisa.
"Iya tuh! Ngawur lo!"
Senyum Debby langsung memudar kala ide yang barusan ia lontarkan mendapat kecaman dari kedua sahabatnya. Namun, lagi-lagi sebuah ide melesat di pikirannya. Jika perihal seperti ini saja otak gadis itu akan bekerja cepat, beda lagi kalau digunakan untuk menjawab soal-soal pelajaran, auto connecting terus. "Hellow! Kalian masih hidup di jaman batu? Jaman sekarang apa sih yang nggak bisa? Browsing dong Tha di mbah google! Atau beli bukunya gitu. Bisa kan?"
Thalia mengangguk-anggukan kepalanya. "Sabi sabi, menurut lo gimana Al?" tanyanya kepada sang jenius.
"Not bad."
Jika Alisa sudah berkata demikian, maka muluslah jalan Thalia untuk melaksanakan ide ini karena Thalia yakin kalau Alisa sudah memikirkan dampak positif negatif dari hal itu dan tentu saja dengan balasan tadi menandakan bahwa dampak positif lebih mendominasi di sana.
"Pa, nanti ke toko buku dulu ya." Thalia menatap Aldhi dengan tatapan berbinar membuat pria itu mengangguk. "Yang di perempatan Jalan Cemara kan?"
"Iya Pa. Thalia mau beli buku sebentar."
Dahi Aldhi mengernyit heran ketika kata-kata itu terlontar dari mulut putrinya. Pasalnya, Thalia sangat malas jika harus menyangkut dengan benda itu karena ia pikir buku adalah benda kuno yang lebih baik membaca secara online di ponsel. Selain lebih praktis, Thalia juga ingin menyelamatkan bumi dengan mengurangi penggunaan kertas di mana pohon-pohon harus ditebangi untuk menghasilkan benda itu. Baik bukan? Lantas mengapa sekarag prinsip itu ia langgar sendiri?
Mobil hitam itu sudah terparkir di depan toko buku yang sangat terkenal di daerah Bandung. 'Buku kakak kakuku' namanya. Nama yang sangat aneh dan juga sulit sekali dibaca karena mengandung banyak partikel 'ka' dan 'ku'. Bahkan banyak orang yang lebih mudah menyebutnya dengan toko buku cemara karena memang berada di Jalan Cemara dari pada harus membaca nama yang belibet seperti itu.
Toko buku ini tergolong luas dan lengkap. Tak hanya menjual buku, di sini juga telah disediakan ruang baca dan kafe sekaligus. Pada berbagai sudut disediakan beberapa meja untuk digunakan sebagai membaca atau melihat-lihat jalanan Kota Bandung yang padat merayap. Bangunan ini sering sekali digunakan untuk berkumpul atau mengerjakan tugas bersama karena tempatnya sungguh nyaman.
Thalia masuk seorang diri karena Aldhi berada di mobil dengan alasan ingin istirahat sebentar karena lelah bekerja. Setelah masuk, seorang pramuniaga datang bertanya kepada Thalia buku apa yang hendak ia cari.
Thalia segera menggeleng dengan tawaran itu. Ia ingin mencari bukunya sendiri. Hey mana mungkin dia akan menunjukkan ke pramuniaga itu jika dirinya sedang mencari buku cara menggombal? Yang ada pasti ia akan ditertawai sampai mampus.
Thalia memilih buku daripada browsing di internet karena menurutnya buku tentang hal itu lebih terjamin kesuksesannya. Bahkan, Thalia pikir buku itu sangatlah ampuh sampai-sampai bisa diterbitkan menjadi buku.
Setelah berkeliling ke sana ke mari, Thalia berhenti di sebuah rak novel. Matanya menatap salah satu novel yang kini menjadi best seller di sana. Sebuah series novel dengan pembaca lebih dari jutaan kali di wattpad oleh penulis Doubletaa mampu mengangkat senyum di bibir Thalia, seolah ada kebanggaan sendiri mengenai hal itu. Setelah puas memandangi hal itu, Thalia begitu terkejut ketika seseorang datang. Seseorang yang benar-benar ia kenal. Sangat kenal malah. Dengan kecepatan kilat, gadis itu bersembunyi dari balik rak lalu mengambil buku yang sampul plastiknya sudah terbuka. Dari balik buku, Thalia terus mengintip gerak-gerik lelaki itu.
Thalia tak berhenti tersenyum kala lelaki itu mengambil buku yang sempat ia pandangi tadi, lalu melangkah pergi menuju kasir tanpa pikir panjang.
Gadis itu baru sadar jika memang buku yang selalui lelaki itu baca adalah buku series milik Doubletaa itu sendiri yang tak lain adalah penulis kesukaannya.
"Eh Mbak! Bukunya kebalik!" ucap pramuniaga yang lewat di hadapan Thalia, membuat lelaki tadi berbalik menatap Thalia yang mengumpat dengan tindakan pramuniaga tersebut.
Merasa lelaki itu memandanginya, Thalia segera menaruh buku itu di rak semula sambil melambaikan tangannya ke arah kasir. "Eh Athan... Lagi beli—" belum saja Thalia melanjutkan ucapannya, lelaki itu sudah melenggang pergi, tak peduli seperti biasanya.
"Pramuniaga sialan!" umpat Thalia yang mencak-mencak di tempatnya.
Malam harinya, Thalia benar-benar fokus dengan buku-buku yang sudah ia beli tadi. Satu per satu buku ia baca dengan beberapa kali ia praktikkan di depan kaca. Tak lupa, ia juga menghafalnya sebisa mungkin agar tidak lupa saat gugup bertemu Athan esok hari.
"Tumben banget Nak gadis baca buku. Ada apa nih?" Ratna datang ke kamar Thalia yang sangat berantakan. Bukannya marah, wanita itu justru senang melihat pemandangan buku berserakan di karpet beludru anaknya dengan posisi terbuka seolah hal itu adalah keajaiban yang sangat jarang terjadi. Ya walaupun bukan buku pelajaran atau sejenisnya.
"Eh Mama!" Thalia yang nampak terkejut dengan kedatang ibunya segera membereskan buku yang ada. Tanpa sengaja buku yang sudah ia tumpuk terjatuh di hadapan Ratna.
"Ha? Kamu mau gombalin siapa, Tha?" tanya Ratna bingung melihat buku dengan judul 1001 Tips Gombal agar Gebetanmu Klepek-Klepek jatuh di hadapannya.
Thalia hanya nyengir lalu meletakkan kembali tumpukan buku itu di meja. "Athan lah Ma. Kata Debby kalo digombalin bisa luluh gitu. Makanya Thalia mau coba, mana si Athan batu banget sih diapain nggak mempan mulu," ujar gadis itu dengan sedikit malu-malu.
Mendengar penuturan dari putrinya membuat Ratna geleng-geleng kepala. "Yaudah. Mama doain semoga berjalan lancar ya. Pesan Mama cuma satu, jangan sampe kecapekan aja. Okai?" Thalia mengangguk sebagai jawaban. Setelah dirasa keadaan putrinya baik-baik saja, Ratna pergi meninggalkan Thalia yang tersenyum lebar yang sudah tak sabar menunggu hari esok. Hari di mana aksi penaklukan Athan jilid dua dimulai.
"Athan! Siap-siap lo klepek-klepek sama gue! Hahaha!" teriak Thalia sembari loncat-loncat di atas kasur queen sizenya.
***
Thalia berjalan menuju rumah Athan lagi bertepatan dengan cowok itu yang keluar dari rumah dengan seragam lengkap. "Athan! Nebeng lagi yak!" ujar Thalia dengan santainya.
"Lo pikir gue ojek yang bisa lo tebengi sembarangan." Athan melangkah pergi menuju sepedanya, menghiraukan teriakan-teriakan berisik dari gadis itu menggunakan earphonenya.
"Ih Athan! Thalia nggak mau sekolah ya kalo nggak berangkat sama Athan!" rengek Thalia yang hanya dibalas tatapan tajam oleh Athan lalu lelaki itu mulai menggayuhkan sepedanya dengan cepat. Melihat hal itu Thalia segera naik ke sebuah besi yang terletak di belakang sepeda Athan dan memegangi bahu lelaki itu. "Let's goooooo!" pekik Thalia dengan semangat membara.
Athan yang merasakan pundaknya diremas Thalia hanya menunduk pasrah. Ia tetap menggayuh sepedanya dan menghiraukan segala tawa riang gadis gila di belakangnya itu dari pada harus berlari mengelilingi lapangan sekolah karena ketahuan telat. "Diam napa?" ucap Athan yang akhirnya sudah tak tahan lagi.
"Athan, Thalia mau gombal ya!" seru Thalia semangat sembari tetap memegangi bahu Athan dan menikmati udara pagi yang tergolong sejuk, belum terlalu tercium bau polusi kendaraan.
Athan tak menyahut. Ia masih sibuk dengan dunianya, menghiraukan Thalia lagi dan lagi.
Nyatanya, tak mendapat sahutan tak membuat semangat Thalia turun seketika. Oa tak mau usahanya kemarin malam akan sia-sia jika ia menyerah sekarang. "Coba tebak bagian mobil apa yang Thalia suka?"
Athan diam.
"Ih Athan! Jawab dong!" Thalia menusuk-nusuk punggung cowok itu dengan jarinya.
"Apaan sih!" bentak Athan yang mulai risih dengan perilaku Thalia yang sangat mengganggu.
"Makanya jawab dong!"
Athan yang fokus menyetir sepedanya menghela nafas lelah. "Gak tau dan nggak pengen tau."
"Jawabannya itu mesin. Mesintaimu. Eakkk!" kekeh Thalia dengan semburat merah di wajahnya. Entah mengapa Thalia yang menggombal, tetapi dia sendiri yang baper. Aneh.
Athan menanggapinya dengan wajah datar lalu turun dari sepedanya dan memarkirkannya di tempat biasa. Setelah itu, Thalia mengikuti Athan dengan cepat-cepat mengingat langkah kaki lelaki itu yang panjang dan lebar.
"Athan baper nggak?" tanya Thalia antusias melihat tanggapan yang akan Athan berikan.
"Enggak. B aja." jawab lelaki itu datar.
Seketika Thalia cemberut. "Baper kek Than! Biar Thalia seneng gitu."
Athan berhenti, begitupula dengan Thalia. Lelaki itu menatap Thalia lekat-lekat karena ingin mengakhiri kebisingan ini sekarang juga karena jujur, Athan sudah tak tahan lagi. Moodnya sekarang benar-benar buruk. "Emang gue harus peduli? Lo mau seneng kek mau sedih kek gue nggak bakal peduli. Dan lo... Jauh-jauh dari gue!" Athan melanjutkan langkahnya, tetapi tidak untuk Thalia. Gadis itu tetap bergeming di tempatnya sambil terus meresapi apa yang lelaki itu katakan.
Sakit, itulah yang gadis itu rasakan sekarang.
Mesintaimu berakhir buruk huhu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top