√6
Keras kepala adalah caraku untuk bertahan.
Thalia Novenda
***
"Ma... Pa... Athan berangkat dulu," pamit lelaki itu sambil menyambar kunci mobilnya yang ada di meja.
Sebenarnya Athan ingin sekali pergi ke sekolah dengan sepedanya. Namun, beberapa hari yang lalu saat dirinya menikmati waktu sore dengan bersepeda, sebuah paku menancap di bannya.
Alhasil, sekarang sepeda berwarna hitam itu harus menginap dulu di bengkel.
Athan membuka pintu mobil hitamnya lalu ia terkejut bukan main ketika seseorang tengah duduk manis di sampingnya. Bahkan dengan senyum yang lebar atau sangat lebar?
"Pagi Athan!" seru perempuan itu dengan riang.
"Ngapain lo disini?"
"Duduk lah, ya kali ngadu cupang!" tanya Thalia dengan polosnya.
Athan mendengus. "Maksud gue kenapa lo di mobil gue, ha? Keluar!"
Thalia menggeleng kuat. Bukannya keluar seperti perintah Athan, ia malah menarik seatbelt dan memasangkannya di tubuhnya. "Hari ini Thalia nebeng ya? ya? ya?"
"Gak! Keluar!"
Thalia menggeleng. "Nggak mau tau pokoknya! Thalia bareng Athan berangkat sekolahnya! Titik!"
"Thalia, sebelum kesabaran gue habis, mending lo keluar sekarang juga!" bentak Athan dengan menekankan kata demi kata yang terlontar. Namun sayang, Thalia tetaplah Thalia. Gadis keras kepala yang tentu tak akan mudah menuruti apa katanya.
"Athan bilang apa tadi? Thalia? Alhamdulillah Ya Allah akhirnya Athan tau nama Thalia! Athan tau darimana? Pasti Athan diem-diem stalk medsos Thalia kan! Ya kan?" Thalia menusuk-nusuk lengan berotot Athan dengan jari jemari lentiknya.
"Sadar woy! Lo tiap ketemu gue selalu ngucapin nama lo sendiri!"
Thalia mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. "Apa iya?" tanyanya polos.
Kepala Athan hendak mendidih sekarang. Cewek aneh ini membuatnya kesal setengah mati. Bahkan mood-nya sudah hancur sekarang! Sangat hancur!
Athan segera keluar dari mobil lalu membuka pintu penumpang. Menarik cewek gila itu untuk keluar dari mobil kesayangannya.
"Aduh Athan! Sakit tauk! Nggak bisa pelan-pelan apa!" gerutu Thalia ketika lengannya ditarik paksa untuk keluar dari mobil. "Makanya kalo ada orang ngomong itu di dengerin! Bukan malah senyum-senyum nggak jelas!" tutur Athan pedas.
"Tapi kan Thalia maunya bareng sama Athan!" Thalia berteriak. Tak peduli jika nanti akan di demo satu warga. Yang penting ia bisa berangkat bersama pangerannya.
Anggi yang mendengar ribut-ribut di luar rumah segera keluar. Wanita itu terkejut ketika Athan menarik Thalia keluar dari mobil secara paksa sedangkan perempuan itu memegang bangku kemudi kuat-kuat agar tubuhnya tak keluar dari kendaraan beroda empat tersebut.
"Ada apa sih kalian kok pagi-pagi udah ribut?" tanya Anggi menatap kedua remaja itu yang tengah bertengkar layaknya anak kecil memakai seragam SMA.
"Keluar nggak!"
"Apaan sih! Thalia kan niatnya mau nebeng! Bokap tadi udah berangkat gara-gara ada rapat, lagi pula kita kan searah," jelas Thalia dengan wajah pasrahnya karena memang Athan adalah harapan satu-satunya agar dirinya bisa berangkat sekolah.
"Gue nggak mau bego! Fungsi nggak sih kuping lo!"
Anggi geleng-geleng kepala. "Athan, kenapa sih nggak mau nebengin Thalia?"
"Toa!" jawab Athan menatap Thalia dengan tajam.
"Sudah! Sudah! Kalian pagi-pagi udah buat telinga Mama sakit. Sekarang, Athan kamu anterin Thalia berangkat sekolah. Itu keputusan Mama. Kalo enggak kamera kamu Mama sita!"
"Apa Ma? Nggak bisa gitu dong!" Athan menatap Thalia dengan sebal. "Kenapa kamera Athan jadi kena imbasnya?"
"Athan..." Anggi menatap Athan tajam membuat lelaki itu mendengus pasrah. "Puas lo!" bentak Athan di depan Thalia.
Thalia tersenyum senang bagaikan mendapat hadiah mobil merchedez di iklan kopi. Ia tersenyun lebar sambil menatap Anggi yang mengedipkan sebelah matanya.
"Makasih Tante," bisik Thalia pelan. Wanita itu mengangguk penuh arti, menatap kedua remaja yang tengah beradu mulut tanpa ada yang mau mengalah. Diam-diam Anggi berharap bahwa Thalia adalah sosok yang Athan butuhkan saat ini. Bahkan, tanpa meminta restu pun Thalia sudah mendapat lampu hijau sedari awal.
"Buruan kutu!" Athan mengklakson mobilnya ketika perempuan gila itu tak kunjung naik. "Sabar elah! Kebelet eek lo?"
***
Hari ini adalah hari terburuk sepanjang hidup seorang Athanabil Adventiano. Bagaimana tidak? Seumur hidup ia baru pertama kali ini diuntit seorang gadis yang benar-benar tak mempan diusir dengan jurus apapun itu. Bahkan, gadis ini cenderung kebal dengan segala supah serapah yang ia lontarkan dan malah balik mengoceh ke sana ke mari tanpa henti membuat kupingnya panas. Entah mengapa ada saja yang Thalia bahas, seolah gadis itu tak kehabisan topik sedikit pun.
"Berisik!" bentak Athan ketika Thalia tetap bercerita tentang teman sekelasnya yang lomba membuat dalgona coffe menggunakan tusuk gigi. Yang Athan herankan adalah apa gunanya ia tahu hal seperti itu? Sangat unfaedah dan buang-buang waktu saja.
Thalia yang tersentak akibat bentakan Athan terdiam sebentar, lalu mengoceh lagi layaknya burung kakatua hinggap di jendela, seolah tak punya rasa kapok setelah dimarahi. "Athan! Dengerin Thalia cerita nggak sih?"
"Kagak!" jawab Athan sembari keluar dari mobilnya dan memakai tas punggungnya pada satu bahu saja.
"Ih Athan! Dengerin dong! Kali ini serius."
Athan menatap Thalia malas. "Kenapa lo ngikut gue? Kelas lo di koridor sebelah kampret!"
"Emang ada peraturannya kalo Thalia nggak boleh lewat sini?" tanya Thalia yang membuat Athan sadar bahwa memang siapapun boleh lewat di sini. Siapa dia yang beraninya melarang seseorang lewat? Memang ini sekolah milik nenek moyangnya? Bukan kan? Tapi tetap saja ia risih diikuti layaknya sasaeng seperti ini.
"Tapi wajah lo mencemari pemandangan gue!" alibi Athan yang segera masuk ke dalam kelasnya, menghiraukan Thalia yang masih setia berdiri di depan kelasnya itu.
Thalia hendak saja meledak. Namun, tiba-tiba saja ia teringat dengan ucapan teman-temannya semalam di grup chat yang membahas tips dan trik menaklukkan Pangeran Athan dalam 7 hari 7 malam.
Lo harus kuat, Tha. Athan itu tipe cowok yang mulutnya pedes, cuek, plus dingin. Makanya lo harus tahan banting biar bisa dapetin dia. Ya... walaupun lo harus sakit hati berulang kali sih. Tapi gue yakin, lo pasti bisa!
Ucapan dari Debby itu yang Thalia pegang teguh. Memang sedari tadi ia menahan sakit hati ketika Athan mengatainya macam-macam, mulai dari toa berkarat lah, ayam bertelor lah, apa lah, Thalia mencoba tak peduli. Ia anggap semuanya adalah angin lalu. Toh, sekarang Athan mau berbicara panjang lebar walau nylekit daripada diam seribu bahasa layaknya Patung Pancoran. Itu justru membuat Thalia bingung setengah mati.
"Eh ada neng Thalia. Tumben ke sini. Ngapelin abang ya?" Farell menyambut Thalia yang tetap mengekor di belakang Athan hingga lelaki itu memasuki kelasnya dengan senyum manisnya. Kapan lagi bisa melihat cewek cantiknya SMA Gajah Mada berkunjung ke kelasnya. Ini adalah sebuah kesempatan!
"Eh pantat plankton! Ngaca dulu kalo mau ngomong!" seru Thalia sebal lalu menyuruh Tito yang sebangku dengan Athan untuk merelakan bangkunya di tempati oleh gadis itu. Setelah diusir secara paksa, tentunya.
"Athan! Nih dari nyokap. Dimakan ya, nanti waktu pulang Thalia balik ke sini buat ambil ini." Thalia menyodorkan kotak bekal berisi nasi goreng yang menggoda ke arah Athan. Namun, lelaki itu tetap diam. Bahkan melirik pun tidak.
"Than? Dimakan ya?"
"Gak! Keluar lo dari kelas gue!"
Thalia mencoba bersabar. "Thalia keluar tapi bekalnya dimakan ya? Amanat nyokap soalnya."
Athan diam, tak merespon.
"Buat gue aja ya Tha? Athan kan kagak mau." Reza hendak mengambil kotak makan itu, tapi segera dihadiahi pelontotan garang dari gadis itu.
"Oh ya Than, nanti pulang se—"
"Lo budek apa gimana sih? Gue bilang keluar ya keluar!" Athan menggebrak mejanya penuh amarah. Membuat mereka mau tak mau menjadi pusat perhatian di sana. Jika sudah seperti ini, Thalia tak tahan lagi. Ia mengambil tasnya, mengeluarkan sekotak susu rasa mocca lalu pergi tanpa sepatah kata lagi meninggalkan Athan dengan mata yang hampir berkaca-kaca.
Athan melirik susu kotak tersebut sekilas. Ternyata ada secarik kertas menempel di sana. Semangat belajar Athan!
"Apa gue terlalu keterlaluan tadi?" batin Athan sedikit menyesal.
Yukkk next next nextttt. Kalo aku jadi Thalia mah udah potekkk dibentak Athan huhu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top