√51
"Athan, Thalia kenapa!?" Ratna datang dengan cepat, terdengar deru nafasnya yang tak beraturan sehabis berlari. Di sampingnya sudah ada Aldhi yang mengusap bahu Ratna agar istrinya itu tenang.
"Ma-maafin saya, tante. Saya nggak bisa jaga Thalia. Hukum saja saya! Saya pantas dihukum atas hal ini!" jawab Athan sembari memukul dadanya sendiri dengan keras. Air matanya bercucuran dengan deras akibat rasa menyesal yang terlalu dalam.
Ratna langsung ambruk ke lantai. Ia menangis tersedu-sedu sembari menatap pintu ruang perawatan dengan nanar. Aldhi ikut bersimpuh di samping istrinya yang tengah bersedih, mengusap lengannya dan memopohnya menuju kuris tunggu.
Suara lorong menjadi mencekam. Semuanya sunyi, hanya terdengar sisa isakan Ratna yang masih kerap kali terdengar. Namun, dalam hati mereka bahkan saling berteriakan satu sama lain. Meneriaki nama Thalia agar selalu kuat menghadapi ujian Tuhan dan teriakan doa yang tak pernah terhenti dipanjatkan.
Dokter dengan jas putih keluar dari ruangan itu. Seperti diberi aba-aba, mereka langsung berdiri menghampiri sang dokter. "What's happen with my daughter, doctor?" tanya Aldhi tanpa sabaran.
"Please, follow me to office. I must tell you something about Thalia."
Aldhi mengangguk. Ia menatap Athan untuk menjaga Ratna disaat dirinya akan berbicara dengan sang dokter karena menurut Aldhi, Ratna masih belum kuat untuk mendengar kenyataan pahit yang akan terjadi. "Jaga Tante Ratna dulu ya, Than. Om mau bicara sama dokter."
Lelaki itu mengangguk. Lalu tanpa berbasa-basi lagi, Aldhi mengikuti langkah sang dokter yang sudah berjalan di depan. Athan mengusap lengan Ratna dengan hati yang pedih. Rasa bersalah menyelimuti hatinya begitu dalam. Andai saja tadi Athan tak menggendong Thalia dan membawanya berputar dan berlarian, mungkin Thalia masih terlihat baik-baik saja sekarang.
Tapi, semua sudah terjadi. Waktu tak dapat bisa diputar kembali. Tuhan sudah menentukan bahwa Thalia akan sakit sekarang, dan tak ada makhluk yang dapat menghentikannya. Athan tau bahwa semua ini sudah pasti direncanakan Yang Maha Kuasa. Dan kita hanya dapat berdoa agar Tuhan berbaik hati kepada gadis mungil yang tengah berjuang hidup dan mati disana.
Suara sepatu bergesekan dengan lantai terdengar menggema di koridor yang sudah sepi itu. Gesekan itu kian mendekat, dan mendekat. Bahkan suara terengah-engah mulai tertangkap indra pendengaran Athan.
Lelaki itu menoleh ke samping, terkejut dengan kehadiran sahabat-sahabatnya yang menuju ke arahnya.
"Thalia gimana Than?" tanya Debby dengan cepat.
"Iya Than, Thalia gimana keadaannya? Dia baik-baik aja kan?" sambung Alisa tak kalah histeris.
Kemarin, saat Thalia tak ada kabar sama sekali. Alisa dan Debby bertanya kepada Dave. Karena memang hanya Dave yang tau tentang Thalia. Dengan paksaan dan ancaman, akhirnya Dave memberitahu semuanya kepada kedua perempuan itu yang langsung syok berat ketika mendengarnya.
Sudah hampir dua tahun mereka bersama Thalia. Tapi selama itu pun tak ada yang tahu bahwa Thalia mengidap penyakit ganas. Yang mereka tau hanya Thalia yang selalu sering mimisan. Dan Thalia menjawabnya jika ia sedang kelelahan. Selalu saja ketika ada gelagat aneh, Thalia mampu mengatasinya dengan amat baik hingga tak mengundang kecurigaan.
Namun, ketika Dave mengatakan bahwa Thalia terkena leukimia yang serius, air mata kedua gadis itu tak dapat dibendung lagi. Mereka menangis bersamaan dengan perasaan amat bersalah. Seharusnya mereka menjadi sahabat yang baik, seharusnya mereka peka dengan gelagat aneh Thalia selama ini, seharusnya mereka tau bahwa Thalia sedang sakit! Tapi mereka terlalu terbuai dengan sandiwara Thalia yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja padahal tidak sama sekali.
Akhirnya, pada detik itu juga, Debby, Alisa, Farell, dan Reza segera berangkat menuju Perancis. Menemani sekaligus menyemangati sahabatnya yang tengah berjuang.
Dan pada saat mereka berada di bandara Perancis, Dave menelpon. Ia diberi tau Athan bahwa keadaan Thalia sedang kritis. Akhirnya dengan cepat, mereka berempat menuju rumah sakit ini.
"Lo harus sabar sob. Kita yakin Thalia pasti kuat ngadepin semua ini," Farell menepuk bahu Athan dengan perasaan iba. Ia juga merasakan kesedihan mendalam ketika sahabatnya yang ceria itu harus mendekam di rumah sakit.
"Than, berdoa pada Tuhan! Dia-lah yang mengatur setiap kehidupan manusia. Semoga Thalia mendapatkan keajaiban dan bisa sehat kembali," timpal Reza dengan bijak disertai ucapan "Aamiin" dari yang lain.
Aldhi datang dengan perasaan cemas, khawatir. Semuanya langsung mengerubungi Aldhi untuk mendengar berita yang baru saja terjadi. "Thalia akan dioperasi. Sekarang!"
***
Jam berganti jam. Menit berganti menit. Detik berganti detik. Namun semua itu tak mengubah ketegangan yang menyelimuti koridor rumah sakit itu. Mereka semua tengah memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar operasi yang dijalankan Thalia dapat berhasil dan gadis itu akan sehat kembali.
Sudah hampir enam jam lamanya mereka saling menguatkan satu sama lain. Thalia tengah meregang nyawa disana dan tak ada satupun yang tak meneteskan air mata. Alisa dan Debby memeluk Ratna dengan erat. Menguatkan diri mereka satu sama lain. Athan menunduk, memainkan jari-jarinya sambil mengulang kejadian lalu ketika ia masih bersama dengan Thalianya yang sangat ceria, Reza dan Farell saling bungkam. Memikirkan Thalia yang sering memarahi mereka karena telah memakan bekal yang seharusnya untuk Athan. Dulu, mereka selalu mengeluh jika Thalia marah-marah. Entah mengapa mereka malah merindukan itu sekarang.
Dokter dengan baju operasi keluar dari ruangan. Mereka semua yang ada disana bangkit dari duduknya. Jantung mereka berdebar kencang. Sangat kencang hingga rasanya bak konser ria.
Bahkan ada dari mereka yang tak bernafas saking gugup, panik, dan cemas. Lalu dokter itu tersenyum menatap raut wajah mereka yang penuh rasa khawatir. "The operation is succesfull!"
Hanya empat kata. Hanya empat kata yang mampu mengubah mendung kembali bersinar kembali. Mengubah perasaan kalut menjadi bahagia tiada tara. Mereka semua bernafas lega, memeluk satu sama lain sambil mengucap syukur kepada Tuhan. Rasanya tak ada kabar sebahagia ini dalam hidup mereka. Hanya dengan mendengar kabar bahwa operasi yang Thalia lakukan berhasil, mampu menghidupkan jiwa mereka yang telah padam tadi.
"But, Thalia must take a rest. Maybe two or three days again. Please don't visit her,"
Aldhi menyalami sang dokter dengan air mata yang berkaca-kaca. "Thank you doctor, thank you!"
"You're welcome sir," jawab sang dokter lalu meninggalkan koridor tersebut.
"Kamu benar-benar wanita kuat Tha. Aku bangga padamu," batin Athan dalam hati.
Tuhhhh udah update tuhhh
Mana nih yang nungguin?
Komen sepi ngga lanjut ah mueheheh
Btw selamat taun baru yaaa
Resolusinya apa nih? Komen disini!
Kalo aku sih, menerbitkan IRREPLACEABLE. Aamiin :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top