The Hidden Story

Kisah tersembunyi Kim Jungwoo adalah kisah yang rumit.

Jauh dari kata romantis, justru membuat hati teriris. Tak bisa dibenarkan, namun terlalu kasar bila disebut salah. Bukan pink yang cerah ceria, melainkan abu-abu yang lebih condong ke gelap gulita.

Kim Jungwoo dan gadis itu berada di lingkaran setan, terus berputar-putar, main petak umpet dari takdir dan seluruh orang yang mereka kenal. Mungkin sampai takdir itu memang dan memutuskan kapan saat yang tepat bagi mereka menerima karma.

Tapi sungguh, Jungwoo tak menginginkan gadisnya terluka, bersedih, atau kesulitan karenanya. Ia hanya ingin cinta milik Seola, tapi itu pun sudah terlalu banyak.

Kamu harus tahu diri, itu yang di katakan Seola kalau ia berkata ia merindukannya.

4 kata itu, yang disuarakan dengan nada ketus, kadang membuat Jungwoo berniat pergi, mencari kebahagiaan pada gadis yang lebih cocok mendapatkan cintanya.

Tapi kemudian Seola datang, tersenyum bak seseorang yang menawarkan surga, dan semudah itu pula, Jungwoo luluh. Tekad menjauh yang ia bangun susah payah akan langsung hancur karena senyum dan kata maaf Seola yang ia ucapkan berulang kali, hingga Jungwoo tak bisa menghitungnya lagi.

Di saat seperti itu, surga dan neraka rasanya tidak ada bedanya.

Jungwoo tak tahu ia berada di mana.

"Aku sayang kamu." Seola berbisik di telinganya, mengelus dada Jungwoo yang tak berbalut apapun. Tubuh berkeringat mereka menyatu, bersentuhan, dan Jungwoo merasa cukup. Ia merasa seluruh dunia boleh hancur lebur, asal gadis ini一si manis yang menurut orang-orang lebih cocok jadi kembarannya一selalu bersamanya. "Beneran, Jungwoo. Aku sayang kamu."

Jungwoo berbalik, menenggelamkan wajah di sela-sela rambut Seola, menghidu aroma bunga yang khas dari sana. Menyusupkan jari memainkan helaian rambut indah sehitam lorong yang takkan menuntun mereka kemana-mana kecuali ke kegelapan.

Gelap. Ya, itu kata yang tepat menggambarkan mereka.

"Maaf sifat aku jelek banget ya," imbuh Seola, dengan suara rendah yang terdengar seksi. "Aku cuekin kamu terus, diemin kamu, nggak ngehargain kamu. Maaf, Jungwoo. Aku tahu aku banyak salah."

Seola tak perlu minta maaf. Mereka berdua tahu Jungwoo akan selalu memaafkan, tak peduli seberapa sering Seola menyakitinya.

"Iya, nggak apa-apa," sahut Jungwoo, nyaris tak terdengar. Matanya terpejam, berusaha mempertahankan moment ini dalam benaknya, untuk ia simpan nanti kala hatinya menjerit ingin bertemu Seola. Inilah, detik-detik berharga ini, yang membantu Jungwoo bertahan dari beratnya hubungan mereka. "Tapi, kenapa cuma sayang? Kenapa bukan cinta?"

Bibir berlapis lip cream Seola mengeluarkan tawa lembut, terindah dan paling indah dari suara manapun yang pernah Jungwoo dengar. "Emang ada bedanya?"

"Ada," jawab Jungwoo, menopang kepalanya dengan satu tangan. "Cinta itu lebih intens, lebih berarti. Itu buat orang yang istimewa."

"Kalo sayang?"

"Sayang itu umum, biasa." Jungwoo berasumsi, senang karena akhirnya Seola tidak menghindari topik ini. Bukan malu, Seola cuma tidak suka mengumbar cinta. Jadi ketika kata itu terucap darinya, tak berlebihan jika Jungwoo merasa sangat bahagia. "Biasanya buat temen. Tapi kita bukan temen kan?"

"Bukan." Seola setuju, mengusapkan bibirnya ke bibir Jungwoo sekilas. "Temen nggak bakal ngelakuin ini dong."

Senyum lebar tercetak di wajah Jungwoo, mewakili apa yang dirasakan hatinya yang malang. Ia mendekat, memperdalam ciuman mereka, merasakan kehangan dan rasa manis yang selalu ia rindukan. "Aku cinta kamu."

"Aku cinta kamu," ulang Seola, begitu syahdu dan sungguh-sungguh hingga Jungwoo yakin dia tidak berbohong一setidaknya kali ini. "Tapi aku harus pergi sekarang. Aku sibuk."

Mantranya hilang. Apapun pengaruh semesta yang membuat Seola bersedia tinggal menemaninya, mendadak hilang. Jungwoo menyaksikan dia bangkit, memungut dan memakai kembali pakaiannya yang tercecer di lantai, lalu mengecek penampilannya di cermin. Dia terlihat sempurna, cantik dan tidak terjangkau.

Jungwoo tahu dia akan menjauh entah sampai kapan.

Menyangkut Seola dan hungan mereka, semuanya serba tak pasti.

"Seola," panggil Jungwoo. "Kapan kita ketemu lagi?"

Seola menoleh, menghentikan gerakannya yang menyisir rambut. Wajah gadis itu mengernyit, semakin menampakkan kemiripan mereka. Padahal tidak punya hubungan darah, masing-masing tidak pernah tersentuh pisau bedah, tapi mereka mirip. Jungwoo tak mengerti mengapa bisa demikian. Ia pikir, mungkin ini cara Tuhan  menunjukkan bahwa takdir mereka bersinggungan.

"Nanti aku hubungin," ujar Seola tegas, menyiratkan ia enggan dibantah. Bahasa tubuh gadis itu sudah Jungwoo hafal layaknya rumah yang ia huni selama bertahun-tahun, dimana ia bisa berjalan lancar di rumah itu walaupun dengan penerangan yang di matikan. "Tapi, Jungwoo一"

"Iya, maaf." Gantian Jungwoo yang mengucapkan kata penuh makna tersebut, telentang menatap langit-langit yang menyilaukan penglihatannya. "Lain kali aku panggil kamu kakak."

Mata Seola memicing. Mengingat peristiwa saat Jungwoo ceroboh dan hampir menyebabkan masalah. "Jangan sampe Taeil curiga. Kamu harus sadar diri, Jungwoo."

Tak ada respon. Dada Jungwoo naik turun dalam irama teratur. Netranya sesekali berkedip. Tapi ia memilih bungkam. Ia capek dihadapkan pada kalimat itu dan menyayangkan moment ini yang akan segera berakhir.

Ia melirik ponsel Seola, menekan tombol kecil di bagian sampingnya guna mengetahui jam berapa sekarang, tapi ponsel itu lebih dulu berbunyi, menampilkan ikon telepon dan nama seseorang yang Seola beri emoticon hati. Tidak seperti kontaknya yang bahkan tidak disimpan.

Nada dering khusus yang disetel untuk kontak itu membuat Seola melesat, menjatuhkan sisirnya. Ia merebut ponselnya dengan gerakan terburu-buru, menerima panggilan itu sebelum terputus.

Perubahan ekspresinya sangat jelas; mata berbinar, senyum mengembang, pipi yang merona.

Ah, Jungwoo menyesal tak menjadi orang yang mengukir senyum itu.

"Halo? Taeil, aku udah di jalan kok. Tunggu bentar. Kamu di mana?"

Sambil terus bicara, Seola mengemasi barang-barangnya, memasukkan sisir, mengambil tas, memakai sepatunya. Ia menoleh sekilas pada Jungwoo, memberi isyarat ia tak dapat bicara, lantas dengan mudah一teramat mudah一ia pergi dari hotel tempat mereka sempat bercinta.

Yang tersisa bagi Jungwoo hanya aroma  parfumnya dan gemerisik samar yang ia timbulkan saat meraih ponselnya. Pukul 16.11. Ia dan Seola ternyata bersama kurang dari 1 jam. Betapa singkatnya.

Jungwoo menghela napas, menatap wallpaper yang tertera di layar; itu fotonya, merangkul seorang pria yang membawa kue ulang tahun. Seola ada di lengan lain pria itu, memegang kotak kado bertuliskan "Seola & Taeil". Cincin identik yang mereka pakai menjelaskan apa status mereka.

Kim Seola pergi, meninggalkan Kim Jungwoo, seorang adik yang menyukai calon istri kakaknya sendiri.

Ini bencana, tapi Jungwoo tak kuasa menghentikannya.

Dia tidak berdaya.

Selingkuh teroooos
Kobam tema ini gua, dah lah otw ke tempat ruqyah aja

Itu Jungwoo Seola, kembar yang beda 4 tahun 😂

STARTED & FINISHED : 09 Feb 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top