1. After School Love Story
Malam itu Shin Ryujin berjalan sendirian, menuju halte, di bawah sinar bulan yang seolah enggan bersinar. Angin dingin tidak ramah menyapa kulitnya dan dia merinding.
Ryujin tidak suka ini.
Gara-gara kerja kelompok menyebalkan yang didominasi tawa sumbang dan guyonan garing teman-temannya yang tidak sanggup berlama-lama serius, dia berakhir pulang lebih larut dari biasanya. Mereka selalu merepotkannya! Inilah kenapa Ryujin benci semua hal yang berhubungan dengan "kerja kelompok", karena bisa dipastikan, ujung-ujungnya, dialah yang akan bekerja keras nanti, menjaga agar tugas mereka mendapat nilai yang hasilnya tidak buruk-buruk amat.
Di sekolah, Ryujin terkenal sebagai singa. Setelah insiden dia membentak kakak kelas yang menggodanya di tahun pertama, praktis dia mendapat julukan "galak" "sangar" dan "pemberontak" yang menurutnya lebih cocok disematkan pada preman, orang-orang jadi menaruh hormat menganggap dia gadis pemberani yang tidak kenal takut一bahkan pada senior!
Tapi sekarang, dia tidak merasa berani sama sekali.
Di sekeliling Ryujin, ada rumah-rumah penduduk yang jendelanya sudah gelap dan pintunya tertutup. Suasananya yang sepi menambahkan kadar rasa takut ke benak Ryujin. Dia tidak seberuntung teman-temannya yang dijemput dengan mobil mewah mama dan papa atau pacar mereka (ew, pacar!), setiap harinya dia naik bis.
Sejujurnya, kalau Ryujin mau berterus-terang dan tidak terus-terusan menyangkal bahwa dia tidak butuh pacar, kehidupan percintaannya sangat menyedihkan.
2 tahun bersekolah di Hanlim, dia tidak pernah merasakan berboncengan dan bersandar di punggung lebar seorang cowok seperti adegan di film-film remaja atau lebih sederhana, sekedar makan 1 meja dan saling bertatapan mesra di kafetaria.
Entah bagaimana, dari sahabatnya Lia, dia mendapat kesan bahwa cowok-cowok agak sungkan berkat julukan "singa"nya itu dan menganggapnya terlalu tangguh untuk mereka.
Yang benar saja! Kalau untuk dapat pacar Ryujin harus berubah jadi cewek lemah yang pergi ke sekolah dengan pita pink norak, maka dia tidak sudi!
Gagasan mengubah karakter demi disukai dan menarik perhatian orang lain terdengar sangat hina bagi Ryujin.
Dia itu gadis pemberani. Titik!
Kecuali mungkin...
Ada orang yang mengikutinya diam-diam dan menguji keberanian itu?
Ryujin menoleh waspada. Tampaknya ada yang mengekorinya! Apa ini? Penguntit? Ryujin tidak ingat dia punya penggemar rahasia. Mau disebut copet juga mustahil一apa pula yang diinginkan seorang copet dari anak sekolah yang ranselnya lusuh butuh dicuci?
Tidak. Ryujin menggeleng. Dia hanya paranoid...
Sepatu putih berhias coretan spidol milik Ryujin berjalan lebih cepat di permukaan trotoar yang lengang. Tidak ada kendaraan yang melintas. Tangannya meraba-raba saku dan meraih ponsel sementara otaknya mengingat deretan nomor polisi untuk berjaga-jaga.
Sial.
Ponselnya mati.
Kedua kalinya, Ryujin berpaling ke belakang. Langkah kaki itu semakin gencar menyusul. Dia melihat kelebatan kain hitam dan topi. Bukankah itu mencurigakan?
Ryujin memutuskan berjalan kian cepat.
Orang di belakangnya mengikuti.
Oke, baiklah. Berarti dia tidak berhalusinasi atau paranoid atau berkhayal. Dia sedang dibuntuti! Oleh orang yang menginginkan ... apa? Uang? Tapi uang di dompetnya hanya cukup untuk membeli bulgogi! Sepatu dan tas lusuhnya? Itu gila. Apa yang sesungguhnya orang itu mau?
Sebuah dugaan mengerikan melintas di kepala Ryujin : tubuhnya!
Tubuhnya yang setinggi 163 senti dengan berat 47 kg dan berwajah cantik? Ryujin bergidik membayangkan dia ditemukan di selokan atau pinggir jalan keesokan harinya dalam keadaan seragam yang tercabik-cabik atau pingsan atau lebih buruk lagi, meninggal.
Siapa yang akan mengurus Byul dan Dal yang merupakan kucing-kucing paling manis di dunia kalau bukan dia?
Ryujin menggeser ke depan tasnya. Dia berpura-pura mencari sesuatu, tapi sebenarnya tengah menukar ponselnya dengan benda yang lebih berguna; kamus bahasa Inggrisnya yang bisa digunakan sebagai senjata menghajar maling. Tebalnya buku itu tidak main-main. Kalau dipukulkan dengan benar, ini pasti sakit. Walaupun bukan senjata terbaik, dalam situasi mendesak, dia harus berimprovisasi.
Sebuah tangan putih menyentuh bahunya, menepuknya pelan一
"Hei."
"MAMA!" Ryujin memekik, berputar cepat, dan mengayunkan kamusnya layaknya seorang ninja mengayunkan pedang. "Mau apa kau, hah? Dasar orang mesum! Orang mesum! Rasakan ini, berengsek!"
Menjadi penolong bagi dirinya sendiri, Ryujin memukul penguntitnya dengan gagah berani, memastikan dalam setiap ayunan, dia menyakiti orang itu. Dia sudah memilih korban yang salah dan Ryujin tidak akan pasrah.
"Pergi kau, orang mesum! Cepat pergi sebelum aku menendangmu ke selokan! Dasar penguntit mesum!"
"Hei, hei, hentikan!" Serangan mendadak Ryujin jelas telah mengagetkan orang berjaket hitam tersebut. Dia mencoba menghindar, mundur dan melindungi wajahnya. "Aku bukan penguntit! Apa yang kau bicarakan?"
"Bohong!" Buk! Kamus Ryujin menghantam leher orang itu dengan telak. "Kau mengikutiku sejak aku keluar dari sekolah!"
Si jaket hitam mengeluarkan suara erangan dan mundur lebih jauh. "Hentikan! Aku hanya ingin menolongmu! Aku tidak berniat macam-macam, berani sumpah!"
Napas Ryujin terhembus tidak beraturan. Dia menghentikan serangannya, tapi tetap memegang kamus itu erat-erat. "Lalu apa maumu?"
"Kau."
"Aku?!"
Untuk pertama kalinya orang itu mendongak, memperlihatkan tampangnya pada Ryujin dan membuatnya terpana.
Anehnya terlihat sangat familiar, Ryujin melihat seraut wajah yang mata lebarnya terbingkai kacamata hitam (yang kini miring), hidung sempurna tak tercela, dan bibir yang merengut kesal. Ada satu titik gelap di bawah mata kanannya一yang bisa saja dianggap orang lain sebagai kekurangan一tapi bagi Ryujin tampak indah, ibarat setitik bintang yang cantik.
Mungkin itu memang bintang, pikir Ryujin kacau, berusaha bernapas dengan normal一yang sebagian besar tidak disebabkan oleh aksinya barusan.
Dia ... Ryujin terpesona dibuatnya.
"Aku ingin menolongmu." Cowok itu mengulang, membetulkan posisi topinya. "Kau..." Wajah si tampan merona. "Maaf, tapi, uh, lihat ... rokmu."
"Tidak ada yang salah dengan rokku!" Ryujin membantah, tapi toh, dia berbalik menengok bagian belakang bawahan seragam Hanlim-nya. Warna rok itu normal, sama seperti pagi ini dengan pengecualian, muncul noda merah yang mencolok dan mengerikan.
Oh tidak.
Wajah Ryujin ikut-ikutan merona. Dia menstruasi! Dan dengan bodohnya tidak membawa pembalut. Tidak, lupakan itu. Kalaupun bawa, dia mau menggantinya di mana?
Ryujin menggigit bibir bawahnya. "Ini..."
"Tadi aku mau memberitahukan itu." Si jaket hitam berkata, kemudian melepas jaketnya. "Kau bawa jaket?"
Gelengan kepala Ryujin menjawabnya. Ini sudah memasuki musim semi dan cuacanya tidak lagi dingin. Salju pergi, kehangatan sinar mentari menggantikannya. Dia tidak menduga akan mengalami ini.
"Kau bisa pakai ini." Dia menyarankan, bahkan dengan hati-hati, melilitkan bagian lengan jaket itu ke pinggang Ryujin tanpa melakukan tindakan yang tidak sopan. Dia memastikan jaketnya terikat aman, tidak akan merosot, dan tersenyum. Matanya juga tersenyum. Eyesmile. "Sudah yakin aku bukan penguntit mesum?"
Wajah Ryujin rasanya tidak bisa jadi lebih merah dari itu. Terlebih saat dia tahu bahwa cowok penolongnya ternyata murid Hanlim sepertinya. Seragam itu tersembunyi di balik jaket. Pantas saja Ryujin merasa familiar! Mungkin mereka pernah berpapasan di koridor atau semacamnya! "Hm, terimakasih..."
Tidak ada name tag di dada cowok itu.
"Panggil aku No Jam."
"No Jam?"
"Itu julukan." Dia, No Jam atau siapapun namanya, menerangkan dengan sabar, tanpa menghilangkan senyum yang membuat Ryujin sulit fokus. "Adikku yang memberinya berkat ketidakmampuanku mengarang lelucon."
"Masa?" Ryujin mengangkat 1 alisnya. Dia pikir, itu tidaklah penting, karena dengan senyum saja一eyesmile manis itu一si No Jam bisa membuat orang lain tersenyum pula.
No Jam mengangguk. "Ya, sepertinya aku dikutuk tidak bisa melucu一berbeda denganmu atau Haechan."
Nama salah satu teman sekelasnya一lebih khusus lagi, temannya yang selalu berisik一mengejutkan Ryujin sampai matanya membelalak lebar. "Kau kenal Haechan?"
"Si pudu? Tentu saja." Tanpa benar-benar mereka sadari, keduanya mulai berjalan beriringan, melupakan insiden yang terjadi beberapa menit lalu. "Aku beberapa kali ke kelasmu dan melihat kau tidur atau tertawa bersama teman-temanmu."
Ryujin tersipu. Ini adalah moment langka saat dia tidak merasa canggung atau ingin kabur dari seorang cowok. Jauh dari itu, dia hanya merasa nyaman, santai. "Itu bukan bercanda. Aku marah karena mereka mengganggu tidurku."
"Dan mereka tertawa?"
Bahu Ryujin terangkat. Jangankan No Jam, dia pun tidak paham mengapa teman-temannya tidak kapok dan mengusiknya lagi dan lagi. "Mereka menilai kemarahanku itu lucu."
"Berarti kau punya bakat jadi pelawak." No Jam menyimpulkan dan terkekeh geli. Rasanya setiap kali matanya menyipit, ada tombol yang ditekan dan tombol itu mengakibatkan jantung Ryujin berdebar-debar.
Apakah itu sesuatu yang bagus?
Ryujin tak pernah mengalami ini.
Mereka terus berjalan, menuju persimpangan tempat Ryujin akan menunggu sopir bis yang Lia sebut "pangeran berkuda besi"nya. Tanpa kata, kelihatannya No Jam berniat menemaninya, mengerti keinginan yang tak terucap Ryujin bahwa dia enggan sendiri一setidaknya saat ini. Terkadang dia butuh ditemani namun bingung bagaimana cara mengungkapkannya.
Ryujin membuka mulut hendak berterimakasih kembali, tapi rasa sakit yang tajam, yang datang tanpa diundang, tiba-tiba menusuk perutnya dan ia merunduk. "Aduh."
Ekspresi No Jam tampak khawatir. "Kenapa? Kram, ya?"
"Aku tidak apa-apa, aku tidak apa-apa." Padahal kenyataannya tidak begitu. Ryujin harus bersusah payah duduk di kursi halte, memegangi perutnya dan merasa seperti orang yang sekarat. Kram menstruasi tak pernah absen menyambangi dan membuatnya menderita.
Melihat itu, cowok di samping Ryujin membuka ritsleting tasnya dan mengeluarkan sebuah keajaiban dari sana; minuman dalam kemasan kotak dengan rasa choco banana. "Minum ini."
Ryujin ragu-ragu.
"Terimalah!" No Jam mendesak. Jari-jari rampingnya menusuk susu itu menggunakan sedotan dan memaksa Ryujin menggenggamnya. "Santai saja. Aku punya Kakak perempuan, itu sebabnya aku tahu tentang hal seperti ini."
"Terimakasih." Ulang Ryujin, bersyukur sekaligus malu karena telah merepotkan orang lain 3 kali. Selama ini, dia selalu jadi figur yang kuat dan tangguh sehingga saat menerima terlalu banyak pertolongan, dia jadi tidak enak. "Bagaimana aku akan membalasnya?"
"Itu tidak perlu."
"Tentu saja perlu." Si gadis bersikeras, menatap lawan bicaranya lekat-lekat. "Ayolah, katakan saja."
Tawa No Jam mengalun merdu ke telinga Ryujin. "Kau tahu cafe di dekat sekolah?"
Ryujin langsung paham. "Moon Young!"
"Ramen di sana enak sekali." No Jam mengaku malu-malu, begitu menggemaskan. "Kita makan di cafe itu senin besok?"
"Aku akan mentraktirmu." Ryujin berjanji, berusaha tidak terlalu terdengar antusias demi harga diri. Tapi dalam hatinya, dia girang luar biasa. Dia akan bertemu No Jam, pangeran tampan ber-eyesmile ini lagi一sebuah berita bagus! "Sepulang sekolah?"
"Aku setuju."
Di kejauhan, bis mendekat dengan cepat, hendak memisahkan kebersamaan mereka. Lampunya bergoyang menimpa jalanan, membawa sorotan cahaya terang yang menyilaukan. Ryujin berdiri. Susu yang ia minum bekerja secara misterius memberi tenaga tambahan pada tubuhnya. "Aku harus pergi. Sampai ketemu hari senin sepulang sekolah, No Jam."
Orang yang dipanggil julukannya berdiri, menutup tasnya, dan menyampirkan benda itu di satu bahu. Sekilas, dia melirik name tag Ryujin namun yang keluar dari bibirnya yang seksi bukanlah nama yang tertera di situ. "Sampai ketemu, ksatria kamus."
Kepala Ryujin mendongak dan ia tertawa ketika menyelipkan dirinya masuk ke bis.
Ponsel No Jam berbunyi, dan sambil melambai pada Ryujin, dia bicara pada pelaku yang menelponnya. "Eric! Di mana kau? Berhenti memonopoli motor! Aku kan sudah bilang supaya kau menungguku."
Selagi pintu bis tertutup dan siluet tubuh No Jam perlahan-lahan menghilang dari pandangan, Ryujin bertanya-tanya siapa Eric dan menebak asal, bahwa mungkin itu adik No Jam yang memberinya julukan unik itu.
AWWWW Maapkeun aku kalo ini aneh, udah lama kagak nulis pake bahasa baku soalnya hikd 😭😭
Dedicated to : @dreamieess_ /Khoir Fatimah
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top