Data 02 - Meetup with New Person
Pagi kali ini cukup berbeda dari biasanya karena Hinami-san mengajakku untuk bertemu di suatu tempat. Walaupun hampir seminggu saling mengenal satu sama lain, aku dan Hinami-san sudah cukup akrab. Aku bergegas menuju ke stasiun metro Kanda untuk naik kereta menuju tempat tujuanku kali ini. Sesekali aku melihat layar ponselku untuk membaca kembali pesan yang dikirimkan Hinami-san tadi malam sambil menunggu kereta datang.
"Sepertinya Hinami-san ingin menemuiku di tempat yang memiliki patung bersejarah dan terkenal itu. Semoga saja tebakanku kali ini tidak membuatku salah tempat tujuan," gumam kecilku sambil mencermati kembali pesan itu.
Tak lama kemudian, kereta yang ditunggu pun datang dan mulai mensejajarkan diri dengan peron stasiun. Aku bergegas menyimpan ponselku ke dalam saku rok dan masuk ke salah satu bagian dari rangkaian kereta bercorak kuning kejinggaan tersebut saat pintu terbuka. Tampak orang-orang memenuhi semua bagian dari rangkaian kereta ini. Kereta langsung bergerak meninggalkan peron tatkala semua pintu sudah tertutup rapat.
Akhirnya aku sampai di tempat tujuanku yaitu Shibuya setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit. Tanpa berlama-lama, kakiku langsung aku langkahkan menuju taman kecil yang berada tak jauh dari pintu masuk stasiun. Di taman tersebut terdapat sebuah patung berbentuk anjing yang tengah duduk.
"Kenapa Hinami-san belum sampai ke tempat ini. Bukankah sebentar lagi waktu yang dijanjikan untuk bertemu di sini," ucapku pelan setelah pandanganku gagal menemukan sosok yang aku cari.
Seketika itu juga, ponselku mulai berdering dari dalam saku rokku. Tanpa berbasa-basi, aku langsung mengambil ponselku dan menyentuh lingkaran hijau saat layar menyala untuk menerima panggilan itu.
"Hinami-san?"
"Yuuki-chan, apa kamu sudah sampai di tempat itu?"
"Iya, aku sudah sampai di tempat yang diminta dalam teka-teki itu."
"Sebentar lagi aku akan sampai di sana, tunggulah beberapa menit lagi. Ada seseorang yang ingin menemuimu."
"Baik, aku akan menunggu."
Panggilan tersebut langsung aku akhiri beberapa saat kemudian. Perasaanku sedikit lega setelah mendapatkan kabar terbaru dari Hinami-san. Pandanganku langsung beralih menuju bagian lain dari Shibuya yang terlihat dari taman ini. Lautan manusia tampak lalu-lalang memenuhi persimpangan yang menjadi ikon utama dari distrik Shibuya.
Beberapa menit telah berlalu dan sosok yang ditunggupun datang bersama dengan seseorang yang masih belum aku kenal. Orang itu memiliki postur tubuh yang hampir sama dengan Hinami-san.
"Yuuki-chan, maaf membuatmu menunggu cukup lama."
"Tidak apa-apa kok. Lagipula aku belum begitu lama sampai disini."
"Syukurlah kalau begitu," ungkap Hinami-san dengan perasaan lega, "Perkenalkan, dia adalah Amamiya Sakuya, salah satu teman baikku semasa SMA."
"Amamiya Sakuya, senang bertemu denganmu."
"Senang bertemu denganmu juga, Amamiya-san."
"Panggil saja Sakuya. Azusa sudah banyak menceritakan soal dirimu."
"Benarkah begitu? Aku jadi agak canggung."
"Santai saja, Yuuki-san."
Mendengar ucapan Sakuya-san, aku berusaha untuk menenangkan diri agar tidak canggung. Hinami-san hanya bisa menatap dan tersenyum manis. Dia seperti berusaha menahan tawanya yang hampir keluar dari mulutnya.
"Hinami-san, selanjutnya kita akan kemana?"
"Kita akan ke sebuah kafe yang cukup terkenal di sekitar sini."
"Apakah tempatnya jauh dari sini?"
"Tidak juga, hanya beberapa menit berjalan kaki dari taman ini."
Hinami-san langsung membawaku dan Sakuya-san menuju kafe yang dimaksudkan. Kami berjalan menyusuri jalanan Shibuya yang ramai nan padat sambil menikmati suasana distrik yang terkenal sebagai salah satu pusat fashion di Jepang.
Sesampainya di kafe tujuan, kami bertiga segera menempati salah satu meja kosong yang berada di balkon kafe. Seorang pelayan langsung menghampiri meja kami tak lama kemudian untuk menanyakan pesanan kami saat ini.
"Bolehkah saya menanyakan pesanan kalian pada hari ini?" tanya pelayan tersebut dengan sopan.
"Aku pesan 2 Hazelnut Latte, Strawberry Shortcake, dan Cheesecake," ucap Hinami-san kepada pelayan tersebut, "Bagaimana denganmu, Yuuki-chan?"
"Aku mau Matcha Latte dan Tiramisu."
"Baik, pesanannya saya terima," kata pelayan tersebut sambil menuliskan pesanan kami pada sebuah kertas, "Mohon ditunggu ya."
Pelayan itu segera meninggalkan meja kami sambil membawa catatan pesanan kami untuk diserahkan ke staf yang berada di konter kafe. Setelah itu, pelayan itu beranjak menuju meja lain untuk melayani pelanggan kafe.
Sembari menunggu minuman pesanan kami selesai dibuat, Hinami-san dan Sakuya-san mulai membahas suatu hal. Sementara itu, aku langsung menyibukkan diri dengan memainkan ponselku untuk mencoba mengkonfigurasikan data voicebank Aria yang diberikan Rui-senpai kemarin.
Seketika itu juga, Sakuya-san langsung mengalihkan perhatiannya menuju kearahku yang terlihat sibuk sendiri memainkan ponsel.
"Nee, Yuuki-san. Tampaknya kamu sedang sibuk memainkan ponselmu. Apa yang dengan kamu lakukan?"
"Ah, aku tengah mencoba melakukan konfigurasi data voicebank untuk AI buatanku."
"Hebat sekali. Masih SMP sudah bisa membuat AI sendiri. Apakah kamu sendiri yang membuatnya?"
"Iya, aku membuatnya sendiri dengan sedikit bantuan dari Rui-senpai. Dia adalah sahabat kakakku sekaligus mentor yang mengajarkanku cara membuat AI sendiri."
"Rui!? Maksudmu Makabe Rui, si jenius teknologi itu. Dia memang tidak ada duanya jika membahas apapun mengenai hal-hal yang berbau teknologi."
Diriku langsung terkejut saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Sakuya-san. Secepat mungkin aku segera meredam rasa terkejutku untuk mulai menanyakan sesuatu yang ingin aku ketahui dari Sakuya-san saat ini.
"Jadi Sakuya-san mengenal Rui-senpai?"
"Tentu saja, dia merupakan teman sekelasku di Institut Teknologi Tokyo. Bahkan, hampir semua orang di sana tahu soal kejeniusan yang dimilikinya itu."
Disaat yang bersamaan, pelayan kafe datang sambil membawakan pesanan kami dan menatanya di meja sesuai dengan posisi duduk dan siapa yang memesannya. Setelah semua pesanan kami berada di meja, pelayan tersebut segera pergi meninggalkan kami agar bisa menikmati minuman dan kue tersebut.
"Oh ya, Yuuki-chan. Aku dengar dari Azusa kalau kamu cukup ahli dalam bidang programming. Apakah itu benar?" tanya Sakuya-san sembari menikmati minuman dan kue miliknya.
"Kurang lebihnya, masih banyak hal-hal yang harus aku pelajari lebih dalam lagi terutama sistem kecerdasan buatan dan jaringan terintegrasi."
"Kedua hal tersebut memang harus dipelajari dan dipahami lebih dalam karena tingkat kerumitan yang semakin besar seiring dengan waktu."
"Benarkah begitu?"
Mendengar pertanyaanku itu, Hinami-san dan Sakuya-san langsung menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Sakuya-san langsung berinisiatif untuk menjelaskan alasan dibalik jawaban tadi
"Untuk masalah kerumitan sistem kecerdasan buatan, mungkin kamu sudah pernah diberitahu oleh Rui jadi akan aku jelaskan inti utamanya. Semakin besar skala sistem AI yang akan dibuat maka semakin besar juga skala kerumitan yang diperlukan sistem tersebut agar dapat menunjang algoritma decision-making AI tersebut." Sakuya-san memberikan penjelasan kepadaku sesingkat dan sepadat mungkin, "Sementara itu, untuk jaringan terintegrasi sendiri akan mulai menunjukan kerumitannya ketika kamu dihadapkan dengan masalah dalam pengintegrasian berbagai sistem yang berbeda kedalam satu jaringan yang akan mewadahinya dan seberapa besar skala yang akan digunakan."
Mengetahui inti utama permasalahan yang akan aku hadapi kedepannya ketika mendalami kedua hal tersebut, diriku mulai membayangkan betapa beratnya perjuangan yang diperlukan untuk melampaui rintangan tersebut.
"Sekarang aku sudah mulai paham dengan maksud dari jawaban tadi. Ternyata masih banyak rintangan yang aku harus lewati untuk bisa menguasai sistem kecerdasan buatan dan jaringan terintegrasi."
"Baguslah jika kamu sudah paham, Yuuki-chan. Selama kamu punya tekad yang kuat untuk mendalami kedua hal tadi maka semua rintangan dapat dilalui dengan mudah." Hinami-san menunjukan senyumannya.
"Selalu ada orang terdekatmu yang akan siap membantu untuk perjuanganmu dalam mempelajari dan memahaminya. Jangan sungkan-sungkan untuk menanyakan sesuatu yang masih belum kamu pahami sepenuhnya," ungkap Sakuya-san kepadaku.
"Baik, aku akan selalu mengingat saran itu. Terlebih lagi, memang masih banyak hal yang harus aku hadapi untuk kedepannya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top