Data 01 - Meeting with The Lab Team
Hari sudah beranjak siang dan waktu istirahat makan siang pun tiba. Kondisi kelas tampak sepi karena beberapa murid memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahat kali ini di berbagai tempat di area sekolah. Aku dan Miya memutuskan untuk tetap berada didalam kelas sambil menunggu Akane yang sedang pergi ke kantin untuk membeli makanan disana. Kali ini, dia membeli makanan untuk kami bertiga.
"Nee~, Miya, bukankah biasanya kamu membawa bekal sendiri?"
"Memang benar, tapi kali ini aku tidak sempat menyiapkannya jadi aku terpaksa tidak membawa bekalku sendiri."
"Begitu ya, apakah karena kamu terlalu sibuk dengan sesuatu hal?"
Miya langsung membalas pertanyaanku dengan anggukan kecil. Melihat itu membuatku teringat kalau Miya merupakan tipe orang yang serius dalam mengerjakan suatu hal. Terlebih lagi, dia saat ini tinggal sendirian dikarenakan kedua orang tuanya sedang berada di Kyoto selama beberapa minggu untuk menghadiri suatu keperluan.
Beberapa menit kemudian, Akane kembali dari kantin sambil membawa beberapa makanan yang telah dibelinya. Dia segera menghampiri mejaku dimana aku dan Miya duduk saat ini.
"Maaf membuat kalian menunggu. Aku sudah bawakan makan siang kalian," ucap Akane sambil meletakkan makanan yang dibawanya keatas meja, "Katsu sandwich untuk Yuuki dan roti isi Yakisoba untuk Miya," lanjutnya yang kemudian duduk di salah satu kursi kosong didekat mejaku.
Tanpa berlama-lama, aku dan Miya segera mengambil makanan yang sudah berada diatas meja. Ketika akan membuka pembungkus makanan miliknya, Miya menatap Akane sejenak saat mengetahui dia tidak memegang makanan sedikit pun dan salah satu tangannya berada di dalam saku roknya. Menyadari tatapan Miya tersebut, aku langsung ikut menatap Akane dan mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang disembunyikannya.
"Lalu, kamu sendiri ?" tanya Miya penasaran, "Aku tidak melihat kamu memegang makanan sedikitpun."
"Aku sudah mengambil bagianku sendiri. Hanya saja aku menyembunyikannya di dalam saku rokku," balas Akane dengan senyum kecilnya, "Coba tebak apa yang aku sembunyikan?"
"Biar aku tebak. Pasti, roti melon lagi," ucapku sedikit datar
"Tepat sekali, Yuuki."
Akane segera mengeluarkan sebungkus roti melon dari dalam sakunya setelah aku berhasil menebaknya. Tampak sebuah senyuman manis tercurah diwajahnya karena roti melon yang dibelinya adalah roti melon kesukaannya. Plastik pembungkus roti itu langsung dibukanya.
"Yuuki, bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" tanya Miya sembari membuka pembungkus roti miliknya.
"Miya, apa kamu lupa kalau Akane adalah penggemar berat roti melon terutama roti melon yang bisa dijual di kantin," kataku sambil membuka plastik pembungkus rotiku.
"Benar juga, aku benar-benar lupa soal itu."
Kami bertiga kemudian mulai menikmati makanan siang kali ini dan sesekali membicarakan berbagai hal yang ada. Beberapa topik yang kami bicarakan antara lain, rumor-rumor yang sedang dibicarakan oleh semua murid saat ini, kejadian unik yang kami alami, dan info-info baru yang kami miliki.
Saat tengah asyik dalam pembicaraan, sebuah pesan masuk ke ponselku dan membuatnya bergetar dalam saku rokku. Aku segera menghentikan pembicaraanku untuk mengambil ponselku.
"Sepertinya ada pesan masuk di ponselku," gumamku sambil mencoba menyalakan dari sleep mode.
"Kira-kira siapa yang mengirimkan pesan padamu kali ini, Yuuki?" tanya Miya setelah mendengar gumamanku.
"Entahlah, tapi kita lihat saja nanti."
Saat layar ponselku sudah menyala, muncul sesosok karakter gadis mungil pada layar. Dia langsung menyapaku dan memberitahukan siapa pengirim dari pesan yang masuk ke ponselku. Tanpa berlama-lama, aku segera membuka aplikasi pesan untuk membaca pesan yang masuk. Rasa penasaran Miya langsung memuncak ketika aku tengah membaca isi pesan tersebut.
"Jadi, siapa yang mengirimkan pesan kali ini?"
"Rui-senpai," jawabku singkat sambil terus membaca isi pesan tersebut.
"Heh!! pesan dari Makabe-san. Apa aku tidak salah dengar?"
"Kamu tidak salah dengar, Miya," ucap Akane sambil berusaha menenangkan Miya yang sempat terkejut, "Yuuki, apa isi pesannya?"
"Dia bilang kalau data voicebank untuk Aria sudah selesai dibuat dan akan memberikannya kepadaku setelah pulang sekolah nanti."
"Begitu ya. Lalu, apa lagi yang dikatakannya?"
"Dia juga bilang kalau akan menemaniku untuk menemui kakakku di kampusnya," sahutku sambil menonaktifkan ponselku dan memasukkannya kembali kedalam saku rokku.
Akane dan Miya hanya bisa mengangguk pelan setelah mendengar isi pesan dari Rui-senpai tersebut. Mereka juga sudah mengetahui soal purwarupa artificial intelligence yang aku buat dengan bantuan dari Rui-senpai.
"Jadi, Aria-chan akan bisa berbicara setelah mendapatkan data voicebank nya?"
"Kurang lebihnya seperti yang kamu katakan, Miya."
"Memang tidak salah lagi kalau Yuuki memiliki potensi dalam bidang programming walaupun masih sangat muda."
"Janganlah begitu, Akane. Kemampuanku masih belum seberapa dibandingkan Rui-senpai yang sudah handal dalam menciptakan AI terlebih lagi yang mempunyai struktur kompleks."
"Justru kamu harus bangga bisa belajar langsung dari Makabe-san soal AI. Terlebih lagi, kamu bisa menciptakan Virtual Navi AI milikmu sendiri."
"Benar apa yang dikatakan Akane, Yuuki. Virtual Navi AI-mu, Mirai Aria, merupakan hasil usahamu setelah belajar dari Makabe-san yang ahli dalam AI," ungkap Miya kepadaku, "Terlebih lagi kamu sudah cukup lama mempelajari programming."
Mendengar ucapan kedua sahabatku itu, aku hanya bisa menghela nafas berat sambil menghadapi kenyataan atas bakat terpendamku tersebut. Bahkan kemampuan programming yang aku miliki sudah setara dengan programmer profesional.
Tanpa terasa waktu istirahat siang sudah selesai dengan ditandai bel dari pengeras suara di dalam kelas. Kondisi kelas mulai penuh kembali dengan murid-murid untuk mengikuti pelajaran kembali. Pada pukul 16.00, seluruh jam pelajaran telah usai dan murid-murid mulai meninggalkan area sekolah. Aku langsung meninggalkan ruang kelas sementara Miya dan Akane mendapat jatah untuk membersihkan kelas.
Disaat aku berjalan menuju gerbang sekolah, tampak sesosok perempuan yang seumuran dengan kakakku tengah berdiri menunggu di luar gerbang. Perempuan tersebut adalah Rui Makabe, orang yang mengirimkan pesan tadi siang. Aku segera menghampirinya setelah keluar dari gerbang.
"Rui-senpai, maaf jika membuatmu menunggu."
"Tidak apa-apa kok, Yuuki-chin. Lagipula aku baru saja sampai disini."
"Begitu ya, syukurlah aku bisa tenang."
"Sebaiknya kita segera temui Yumi-chan di kampusnya. Mungkin dia sedang menunggu kedatangan kita."
Aku membalas ajakan tersebut dengan sebuah anggukan kecil. Kami pun bergegas berjalan menuju tempat tujuan kami yaitu Gedung 7 Fakultas Sains Universitas Tokyo, tempat dimana kakakku berada saat ini. Aku dan Rui-senpai saling membicarakan kejadian hari ini selagi kami berjalan kaki
Sekitar 13 menit telah berlalu, kami akhirnya sampai tempat tujuan kami dan segera menuju salah satu lab riset yang berada di lantai 5 gedung tersebut. Setibanya di depan pintu lab riset yang dimaksud, aku langsung mengetuk pintu itu.
"Tunggu sebentar, aku akan membukanya," ucap seseorang dari balik pintu tersebut.
Tak lama kemudian, pintu tersebut terbuka dan seseorang sudah berdiri dibaliknya. Orang tersebut memiliki postur tubuh yang cukup tinggi dan menggenakan jas lab. Aku langsung merasa sedikit gugup saat memandang orang tersebut dan membuatku tidak bisa berkata-kata banyak.
"Ada yang bisa aku bantu?"
"Anu.., apakah kakakku ada di dalam?" tanyaku sedikit gugup.
"Ara, kamu pasti Yuuki-chan. Kakakmu sudah menunggu di dalam," kata orang tersebut, "Masuklah kedalam."
Aku dan Rui-senpai bergegas masuk ke dalam lab untuk bertemu dengan kakakku. Sesaat berada di dalam lab, aku melihat kakakku sudah menunggu di salah satu meja bersama beberapa temannya. Aku kemudian berjalan menghampirinya bersama Rui-senpai.
"Akhirnya kamu datang juga," ungkap kakakku saat melihat kedatanganku
"Kak, maaf menunggu lama."
"Rui-chan, terima kasih sudah menemani adikku kesini."
"Bukan apa-apa kok. Lagipula aku juga bermaksud untuk menemuimu, Yumi," balas Rui-senpai.
"Begitu ya," balas kakakku yang lalu memindahkan tatapannya kepadaku, "Yuuki, perkenalkan mereka adalah Shimamura Hazuki, Sasaki Kotarou, Kiriyama Isshiki, dan Hinami Azusa, yang saat ini mengenakan jas lab."
"Salam kenal, namaku Ichinose Yuuki," ucapku sambil sedikit membungkukkan badan.
"Salam kenal juga, Yuuki-chan," balas Hinami-san sambil memelukku dari belakang.
"Aku dengar dari kakakmu, kalau dirimu cukup mahir dalam hal programming meski dalam usia yang masih sangat muda."
Mendengar pujian itu keluar dari seorang Hinami Azusa, aku berusaha untuk merendahkan diri karena diriku tidak ingin terbawa perasaan dengan pujian tersebut.
"Kemampuanku masih belum seberapa dibandingkan kakakku dan Rui-senpai. Mereka berdua justru lebih baik dalam hal itu."
"Tidak perlu merendah seperti itu, Yuuki-san. Justru dirimu harus bangga dengan talenta yang kamu miliki itu." Sasaki-san yang daritadi sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya, menghentikan pekerjaannya sesaat lalu menatap diriku.
"Tidak banyak orang yang mampu menguasai kemampuan programming di usia yang masih terbilang belia seperti dirimu."
"Terlebih lagi, ilmu programming termasuk sebuah ilmu yang bisa memakan waktu yang cukup lama untuk dikuasai bila tidak mampu memahami dasar-dasarnya dengan cepat."
Sasaki-san langsung melirik kearah ke Shimamura-san yang baru saja selesai merapikan barang-barang yang sempat dibawanya, "Bukankah begitu, Hazuki?"
"Yang kamu katakan memang tepat, Kotarou." Shimamura-san berbalik menghadap kearahku setelah merapikan barang-barangnya, "Setiap orang memiliki tingkat kemampuan masing-masing dalam mempelajari ilmu yang menjadi fokus mereka seperti programming."
"Talenta seseorang mulai terbentuk sejak usia belia seperti dirimu, Yuuki-chan. Itupun tergantung pada apa yang ia sukai sejak awal sebagai minat dan menekuninya."
"Be-begitu ya. Aku paham sekarang." Aku menerima apa yang telah aku dengarkan dari keduanya.
"Cobalah untuk tidak terlalu merendahkan diri karena talentamu itu, Yuuki-chin. Berbanggalah sedikit dengan itu dan terimalah pujian itu sebaik mungkin." Rui-senpai berjalan menghampiriku, "Itu akan menjadi motivasimu kedepannya untuk lebih mengembangkan dirimu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top