-:✧:- тєℓυ

"Klee?"

.

.

.

.

.

     PERLAHAN namun pasti. Gadis itu merubah pandangan sang lupical tersebut terhadap dunia. Lihat saja dirinya. Pikirannya tentang manusia dan serigala itu larut begitu saja. Ia tidak mempermasalahkannya lagi.

     Musim telah berganti. Pertanda beberapa bulan telah mereka lalui. Bahkan usaha sang gadis tak sia-sia hingga saat ini.

     "Klee! Tunggu Razor!"

     Sang pemuda terlihat berlari mengejar gadis serba merah di depannya. Yang dipanggil pun tidak menjawab, hanya menunjukkan senyuman cerianya yang semakin mengembang. Kejaran tersebut terus berlangsung hingga berhenti di perpustakaan Knight Of Favoniustempat yang sering mereka kunjungi belakangan ini.

     Mencari buku cerita dan membacanya bersama-sama. Sudah seperti sebuah kebiasaan baru bagi kedua insan tersebut.

     Seulas senyum terlukis. "Ara, apa yang sedang kalian baca hari ini?"

     Keduanya insan tersebut menoleh, sama-sama menjawab dengan kompak, "Cerpen tentang Dunia!"

     Lisa tertawa kecil, menatap lekat keduanya. "Aku sering membacanya saat kecil. Kuharap kalian bisa mendapatkan jawaban di akhir halaman itu."

     Ucapan Lisa mengundang tanya, baik pada Klee dan Razor. Klee memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung. "Ada pertanyaan di halaman terakhir?"

     Lisa mengangguk, menghampiri mereka dan menunjuk sebuah kalimat di halaman akhir buku tersebut.

- Bagaimana dunia dalam pandanganmu? Adakah alasanmu berada di dunia ini? -

     "Apa kalian sudah menemukannya?" Razor dan Klee menggeleng. Membuat Lisa gemas dan menepuk kepala keduanya.

     "Kalian pasti akan menemukannya,"

.

•─────•°•❀•°•─────•

.

     Dersik menyambut, menerbangkan surai kedua insan tersebut yang tengah merebahkan masing-masing tubuh untuk menikmati semilir angin dan pemandangan langit.

     Klee menoleh pada Razor yang nampak tertidur di sampingnya. Teringat akan sesuatu, Klee bertanya dengan suara kecil dan sedikit menepuk-nepuk bahu sang empu.

     "Razor Razor, apa Razor punya jawaban untuk tadi?"

     "...Razor ... Ragu dengan ini,"

     "Eh?" Klee membangkitkan tubuhnya menjadi duduk menghadap pada Razor, "Kenapa Razor merasa Ragu?"

     Sang surai abu menoleh dengan ragu, sedikit semburat merah terlihat samar-samar. "...Alasan Razor berada di sini ...,"

     Razor menjedanya, mengundang tanda tanya dalam benak Klee .

     "Rahasia,"

     "Eh!?"

      Gadis tersebut tampak terkejut. Sang empu mengira jika Klee terkejut karena ucapannya. Namun, tampaknya ia salah setelah melihat gadis tersebut beranjak berdiri menghadap ke belakangnya.

     Sontak Razor ikut terkejut. Beranjak dan berbalik memasang posisi waspada dan membawa gadis itu ke belakang tubuhnya.

     Kenapa para Fatui bisa berada di sini? pikir Razor melihat ketiga sosok tersebut.

     "Anak kecil, ya?" seringai terlukis di salah satu sosok tersebut. "Menarik."

     TRAK!

     Detik berikutnya sebuah anak panah tertancap pada pohon yang tepat berada di belakang Klee. Mengetahui kemungkinan target, Razor menoleh pada Klee yang tampak sudah siap bersama bomnya.

     "Klee, siap untuk main?"

     Seulas senyuman lebar terlukis menanggapinya, "Tentu!"

.

•─────•°•❀•°•─────•

" terakhir? "

•─────•°•❀•°•─────•

.

     "Hujan,"

     Irisnya memandang langit biru yang semakin pudar digantikan abu. Sedikit menyipitkan mata kala liquid bening tersebut menyentuh wajahnya. Telapak tangan ia buka menjadi tempat mendarat tetesan air tersebut.

     Merasa deja'vu, ia menoleh ke sekitarnya mencari sosok yang selalu menemani. Namun, ia tidak menemukannya, belakangan ini ia juga tidak melihat sosok tersebut.

     Razor menghela nafas singkat. "Klee tidak datang, ya?"

     Bohong jika Razor tidak merindukannya, ia bahkan 'sangat' merindukan sosok tersebut. Sosok gadis kecil yang dulunya ia takuti karena selalu membawa bom.

     'Apa yang terjadi hingga Knight Of Favonius tidak mengabarkan keberadaanmu? Apakah peristiwa saat itu sangat berdampak?'

     Razor merasa kecewa akan jawaban yang ia dapatkan kala itu. Saat ia bertanya pada salah satu warga Mondstadt.

────── •༶

     Selama beberapa bulan tak menemui sosok itu. Surai abu tersebut memberanikan diri memasuki Mondstadt seorang diri. Tak bersama gadis itu seperti biasanya.

     "Permisi?"

     Merasa terpanggil, wanita yang melamun di dekat pot-pot bunga tersebut pun menoleh. "I-iya?"

     "Apa ... Anda pernah melihat gadis kecil serba merah belakangan ini?" Razor bertanya.

     Wanita itu tampak mencerna siapa yang ditanyakan Razor, lantaran jarang ada yang menanyakan tentangnya.

     "Ah ... Maaf, tapi aku belum melihatnya belakangan ini," jawab wanita itu diakhiri helaan napas.

     Razor sedikit tertegun, "Tidak ada yang tahu?"

     Sang empu menggeleng. "Maaf, sepertinya Knight Of Favonius juga merahasiakannya ...,"

────── •༶

     Hujan t'lah reda, menampilkan lengkungan warna-warni dibalik kumpulan awan-awan mendung dibaliknya. Lengkungan penuh warna yang terlihat sangat indah saat sang surai abu melihatnya bersama si gadis serba merah hari itu.

     Iris crimson-nya seakan terfokus pada pemandangan warna-warni di langit. Seolah-olah terpaku oleh indahnya warna di atas sana.

     Indah, namun tak seindah kala ia melihatnya dengan gadis itu .

     Ia tidak tahu kemana hilangnya gadis serba merah itu. Rasa rindu dan kesepian seakan bertabrakan menghasilkan perasaan yang membingungkan baginya.

     Angin berhembus dilatarkan oleh beberapa daun kecil yang berjatuhan. Dilanjut dengan suara daun kering terinjak yang membuat Razor menoleh ke belakang.

     Sebuah tudung merah dan telinga coklat muda terlihat di balik pohon tersebut yang membuat iris crimson Razor membuat sempurna.

     "Klee?"

•─────•°•❀•°•─────•

End.
751 word.
(Sudah direvisi)

•─────•°•❀•°•─────•

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top