✧ ۪۪ F I V E ⸙͎۪۫

"Apakah Atsushi-kun tertarik kepadamu karena ... Kau seorang pembunuh?"







Kalimat yang terucap tanpa pikiran panjang itu seketika membuat gadis bermanik biru membeku. Lisannya tak bisa berucap, tubuhnya seolah berubah menjadi patung, batinnya merasakan ketakutan.

Seolah belum puas melihat kehancuran mental lawannya, Nagasawa Ren kembali membuka mulutnya, "Izumi Kyouka, seorang gadis yang telah berhasil membunuh satu laki-laki seumurannya di usia 14 tahun...-"

"Hentikan."

"Dengan cara menusuknya dengan pecahan kaca, tepat di dadanya. Lalu dibebaskan dari hukum karena ayahnya punya kedudukan dalam negara...-"

"HENTIKAN! KUMOHON HENTIKAN!"


Dengan nafas tersengal-sengal, gadis itu menjambak surai hitam miliknya sendiri. Kyouka terduduk, bersamaan dengan air mata yang mulai bercucuran.

Sebuah fakta bahwa Ia pernah membunuh seseorang. Kenyataan menyedihkan tentang dirinya yang menghancurkan hidup suatu keluarga. Juga fakta dimana Ia dijauhi dan dibenci akan perbuatannya di sekolah lama.

Sebuah fakta bahwa ... Dia terlalu berlebihan dalam mempertahankan miliknya.

Semua kebenaran yang telah dijabarkan, sudah berhasil membangkitkan rasa bersalah serta ketakutan besar yang semakin menjadi.

Kyouka mulai berteriak frustasi. Gadis itu tidak bisa menahan tekanan mental yang menjadi penderitaannya selama ini. Tangisnya semakin keras, menimbulkan senyum puas dari orang-orang di atasnya.

Tak lama kemudian, tangan kurus itu memukul tembok dengan keras. Memukulnya berkali-kali sampai cairan merah gelap menghiasi.

Kenapa dia harus hidup?
Kenapa dia harus terus menghadapi hal yang selalu menghantuinya ini?

Pembunuhan, rasa bersalah, rasa takut. Kenapa dunia menginginkan Ia untuk mengalami hal ini?


"SIAPAPUN, TOLONG CABUTLAH NYAWAKU!" Teriak gadis Izumi lagi dengan nada tinggi juga memilukan. Satu satunya harapan yang Ia punya kini hanyalah mati. Meninggalkan dunia fana yang tengah mempermainkan nasibnya.

Kyouka lelah, Ia lelah dihantui. Ia lelah akan kehidupannya yang abu-abu.


Sebuah tarikan lembut terasa, Kyouka mengangkat pandangannya. Tampak seorang laki-laki tengah menarik lengannya dan membantunya untuk berdiri, lalu kembali menariknya untuk sedikit menjauh dari komplotan yang ada disana.

Tak lama kemudian, Atsushi menyembunyikan Kyouka di balik tubuhnya. Seolah ingin melindungi sang gadis dari sepatah kata sekalipun.

Pandangan dari kelereng emas milik sang empu menajam kala menatap komplotan tersebut. Mengeluarkan aura suram yang jarang digunakan, "Kau tahu, Nagasawa-san? Aku benci orang yang mempermainkan mental seseorang yang bahkan tidak bersalah dalam kasus apapun."

Mata Ren membulat mendengar perkataan Atsushi, "Atsushi-kun, apa kau tidak khawatir jika dia akan membunuhmu sewaktu-wak..-"

"Kau pikir aku akan melakukan sesuatu yang akan membuat Kyouka membunuhku?" potong pemuda tersebut dengan nada datar. "Aku tidak akan membiarkan siapapun melukai fisiknya, juga mentalnya."

Tanpa kata-kata lagi, pria bermarga Nakajima segera meninggalkan toilet, bersama dengan Kyouka yang ada dalam genggamannya. Menyadari bahwa salah satu tangan gadis itu terluka, Atsushi membawanya ke ruang UKS.



*



Tangan kecil dengan hiasan merah gelap berbau amis kini telah dibersihkan serta dibalut dengan kain kasa yang telah disediakan di ruang kesehatan. Sang empu menatap hampa tangan yang tengah dirawat oleh pemuda bernama Atsushi tersebut.

"Kau sudah tahu fakta tentangku, kan?" tanya Kyouka, memulai percakapan.

Atsushi mengangguk sambil tetap fokus dengan tangan perempuan di hadapannya, "Um... Dan aku juga sudah tahu kalau wanita pemilik kafe kemarin adalah ibu dari orang itu."

Gadis itu tertegun sejenak, lalu tetesan air kembali terjun menuruni wajahnya, "Lalu kenapa?"

Sang Lawan Bicara mengangkat kepalanya, menunjukkan tatapan tanda tanya.

"Kenapa kau melindungiku? Kenapa kau mau berteman dengan orang sepertiku? Kenapa kau tampak berusaha untuk memberi warna dalam hidupku? Kenapa, Atsushi-kun?!" lanjut Kyouka dengan air mata yang semakin deras.

Semenjak kasus itu, hidup Izumi Kyouka yang semula penuh warna berubah menjadi suram.

Meskipun Kyouka dinyatakan tidak bersalah karena apa yang dilakukannya adalah pembelaan diri, namun ketakutan akibat telah menghilangkan nyawa seseorang tidak pernah hilang.

Dan semenjak itu pula, teman-temannya menjauhinya. Dirinya dianggap sebagai manusia tak pantas hidup, karena reputasi sekolah lama yang hancur akibat dari pembelaan diri tersebut.

Bullying, caci maki, gunjingan, sudah seperti makanan sehari-hari Izumi Kyouka dalam masa SMP nya. Hingga semua itu menghasilkan sosok boneka kosong tanpa jiwa yang terus dipaksa untuk menjalani takdir.


"Kyouka-chan, kau tidak bersalah," ucap Atsushi setelah hening beberapa saat. "Kau tak sengaja membunuhnya karena rasa takut, bukan? Kau takut kesucianmu diambil, kau takut mahkota yang menjadi harga dirimu jatuh. Maka dari itu, kau berusaha mempertahankan milikmu. Bukankah begitu?"


Kyouka membulatkan iris samudranya. Atsushi tidak pernah melihatnya sebagai pembunuh keji di usia dini, namun sebagai sosok pejuang perempuan yang telah mempertahankan harta berharga miliknya. Tidak seperti orang kebanyakan yang mengetahui tentang dirinya dari mulut ke mulut, Atsushi mengetahui tentang Kyouka dengan cara mencari tahu. Tanpa penilaian negatif, tanpa kesimpulan tak berdasar.

"Sekarang, aku tahu kenapa kau tampak seperti kanvas bercat abu-abu. Dan sekarang, aku juga tahu kenapa kau tampak seperti boneka tanpa jiwa. Itu semua karena segala penderitaan dan tekanan mentalmu. Kau gadis yang menarik, Kyouka-chan," ucap Atsushi lagi sambil tersenyum. Tangan laki-laki itu kini menggenggam tangan sang Gadis, seolah ingin diberikan kepercayaan.

"Kyouka-chan, tolong izinkanlah aku memberikan warna dalam kanvas abu-abu milikmu. Menjadikan warna suram itu tertambal dan menjadikannya tampak lebih abstrak serta indah. Dan juga mulai menjadikan setiap harimu cerah tanpa rasa gelisah. Bolehkah?"

Tanpa sadar, air mata gadis itu semakin deras. Bukan tangis hampa, bukan tangis kesedihan. Namun tangis haru. Terharu karena setelah sekian lama, Ia memiliki pendukung dalam hidupnya.

Tangan berbalut kain kasa itu kini membalas genggaman Atsushi, bersamaan dengan senyum tipis yang mulai menghiasi wajahnya, "Tentu saja. Terimakasih, Atsushi-kun."

Pemuda itu kembali tersenyum lebih manis lagi kala mendengar jawaban yang diharapkan.

Diikuti dengan perasaan bahagia dari Kyouka yang kini telah mempercayakan kanvasnya kepada Atsushi. Gadis itu bahagia.

Bahagia karena telah mendapatkan harapannya untuk tetap hidup.







End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top