01
@PseuCom
1 Januari 2018 awal tahun baru. Dunia mungkin sedang merayakan dengan kemvbang api, namun, aku hari ini berada diranjang menghabiskan tisu.
Tahun baru ini terlalu biasa menurutku, kembang api, perayaan dan berkumpul. Astaga, hidup mereka terlalu berguna buat mrmikirkan hal-hal yang positif seperti diriku.
"Halo, Denan?" Sapa seseorang disebelah kamarku, wanita berusia tiga puluh tahun yang terlihat menggoda. Wanita berkulit putih itu masih perawan yang tentuny masih suci. Aku masih terbengong tatkala dia menghampiriku. Kulit putihnya seperti seorang bayi yang masih putih suci. Ah, bukan. Dia lebih mirip dengan bidadari kayangan.
"Hei," panggilnya sambil melambaikan tanganya didepan mukaku.
"Ya," sahutku sambil melongok ke jendela yang menampilkan sinar kembang api.
Sial, harusnya aku menikmati film Aoi Sora, tapi bagaimana lagi, wanita ini berada disampingku.
" Astaga, kamarmu kotor sekali." dia terkejut melihat kamarku yang kotor seperti kandang sapi. Tisu bekas dan bungkus plastik berserakan.
"Biarkan saja." Ucapku malas, entah kenapa aku hari ini sangat malas membersihkan kamar padahal menurut mama tahun baru harus dirayakan dengan kejadian baru. Ah, bukan harus terbaru sih.
Sial. Aku segera beranjak menggantikan Anita wanita yang akan membersihkan kamarku ini.
"Biarkan aku saja," ucapku sambil tersenyum.
Hahaha bisa gawatkan kalau dia tau aku mengoleksi majalah homo, benar aku adalah seorang biseksual.
Bunyi handphone terdengar nyaring, ku lihat yang menelpon adalah Edward pria yang kutemui di bar beberapa minggu lalu. Pria asal Jerman dengan tinggi 166 cm, dengan mata hitam bak langit malam, alis menukik tajam. Kulit putih seputih salju, ototnya menonjol karena olahraga, sayangnya senjatanya tak sekekar tubuhnya.
Aku tersenyum geli mengingat wajahnya yang malu-malu kucing itu. Astaga, melihat ia malu karena barangnya sungguh membuatku tertawa.
"Ada apa?" tanya Edward diseberng sana.
"Tanggal, 6 mei 2017 kau masih ingat?" tanyaku kembali membuat ia mengamuk dengan bahasa inggrisnya dengan logat daerah.
Aku tertawa penuh bahagia.
Kekasihku yang satu ini terlalu baik tanpa tahu bahwa aku masih punya kekasih lain diluaran sana.
Semenit kemudian aku selesai menelpon Edward giliran Reo yng menelponku, kami hanya pernah bertemu disebuah kafe, wajahpun aku lupa bagaimana bentuknya. Yang jelas dia tipe yang masocist dan aku sangat suka menyiksanya.
Ah, hari ini aku baru ingat untuk memberikan buku pada Edward saat bertemu nanti dan melepaskan hasrat ini. Bukan hal yang gampang untuk bertemu Edward orang tuanya membenciku gegara sebuah kesalah pahaman. Salah paham bahwa aku menjerumuskan putra sulung mereka.
Astaga, sebuah nasib buruk yang tak bisa aku hindari, sampai sekarang ketika orang tuanya bertemu denganku merek memandangku sinis.
Yup, Edward adalah penduduk baru kota ini, dia mengikuti ayahnya yang pindah kekota ini untuk mengelola cabang perusahaan.
Aku segera pergi mengambil kunci motor, meninggalkan pekerjaan membersihkan kamar dan pergi menemui Edward. Dipersimpangan aku tak sengaja melihat ayah Edward bermesraan dengan pemuda berusia tujuh belas tahun. Bahkan mereka berciuman, sebuah hal yang bagus untukku. Ya, dengan ini aku bisa sedikit mengancam ayah Edward untuk merestui hubungan kami.
Ah, aku menyipitkan mata. Mencoba memperjelas dengan siapa ayah Edward berciuman, bukanya dia sepupu Eward. Segera kupotret dan ku kirimkan foto hasil bidikanku ke Edward. Tak lama kemudia ia membalas.
"Ayahku kan BISEX bodoh."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top