Tiga
Setelah makan malam, pekerjaan Gea belum juga selesai. Ia harus membereskan meja makan dan mencuci piring-piring yang kotor sendirian.
Setelah berkutat dengan piring-piring kotor hampir setengah jam, akhirnya pekerjaan Gea selesai.
"Alhamdulilah," ucap Gea sembari mengelap keringatnya.
Gea sudah tak sabar ingin beristirahat karena badannya terasa sangat pegal setelah bekerja seharian.
"Ge!"
Gea menghentikan langkahnya. Lalu melihat ke arah sang pemanggil.
"Ada apa, Mas Wisnu?"
"Bisa temani aku keluar sebentar?"
"Tapi .... "
"Aku sudah izin pada Bayu. Kamu tidak usah khawatir. Kalau tidak percaya, kamu bisa tanyakan padanya."
"Baik, Mas. Tapi tunggu sebentar, aku ganti baju dulu dan pamit ke Mas Bayu."
"Baiklah, aku tunggu di mobil." Wisnu keluar terlebih dahulu.
Sedangkan Gea, ia ke kamar untuk berganti baju dan pamit pada suaminya.
"Mas, tadi Mas Wisnu minta aku buat nemenin dia," ucap Gea begitu sampai di kamar.
"Hmm." Bayu hanya berdehem tanpa melihat ke arah Gea. Ia tengah asyik memainkan ponselnya.
"Aku boleh pergi?" tanya Gea lagi untuk memastikan.
"Ya," balas Bayu singkat. Ia masih fokus pada layar ponsel miliknya.
Setelah selesai bersiap, Gea mendekati Bayu dan mengulurkan tangannya untuk pamit.
"Berangkat dulu, Mas."
"Udah sana!" Bayu mengabaikan uluran tangan Gea malah merubah posisinya menjadi memunggungi Gea.
Gea hanya bisa mengembuskan napas panjang lalu ia beranjak pergi untuk menemani Wisnu.
"Maaf, Mas lama," ucap Gea sembari menghampiri Wisnu yang tengah berdiri di samping mobilnya sambil bersedekap.
"Tidak apa-apa, kita pergi sekarang?"
"Iya, Mas."
Wisnu membukakan pintu mobilnya untuk Gea.
"Terima kasih." Gea merasa senang dan berkhayal, andaikan yang melakukan hal ini adalah Bayu. Mungkin ia akan merasa lebih senang lagi. Meskipun hanya di bukakan pintu mobil, tapi menurut Gea itu adalah hal romantis.
***
Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan antara Wisnu dan Gea. Hal itu membuat Gea mengantuk apalagi memang hari ini ia sangat lelah. Hingga tak sadar ia tertidur.
Wisnu yang melihat Gea tertidur menjadi makin kasihan padanya karena sebagai seorang menantu, Gea seakan tak pernah dihargai malah di jadikan pembantu.
Tak ingin membangunkan Gea yang tengah tertidur pulas. Meskipun sudah sampai tempat tujuan, Wisnu tidak turun dari mobil. Ia lebih memilih untuk tetap diam di dalam mobil dan memandangi wajah Gea.
"Andaikan aku dulu yang bertemu denganmu. Aku akan pastikan, hidupmu bahagia denganku," gumam Wisnu pelan.
Entah mulai darimana, perasaan itu muncul secara tiba-tiba. Wisnu sudah berusaha menghapus rasa yang tak wajar itu. Tetapi ia tak bisa lakukan, justru rasa itu makin kuat.
"Apa yang harus akau lakukan?"
Kini Wisnu tak tahu apa yang harus ia lakukan. Rasa pada calon tunangannya kian lama kian menghilang.
Hubungan mereka pun terasa hambar. Wisnu ingin mengakhiri hubungan itu tapi ia tak tahu alasan apa yang tepat dan Wisnu juga tak bisa mengakhirinya begitu saja karena ia takut rasa untuk Gea malah akan semakin bertambah parah.
"Eh Mas, sudah sampai ya? Maaf aku ketiduran."
Ucapan Gea membuyarkan lamunan Wisnu.
"Tidak apa-apa, aku tahu kamu capek. Harusnya aku yang minta maaf karena ajak kamu pergi."
"Tidak apa-apa, Mas." Gea mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia paham kalau saat ini tengah berada di parkiran pusat perbelanjaan.
"Mau nyari apa, Mas?"
"Aku mau cari hadiah untuk Neva."
"Owh Mbak Neva ulang tahun?" tanya Gea lagi.
"Tidak, hanya sebagai kado untuk hari jadi kita yang ke lima."
Gea mengangguk paham. Ia tau, Kakak iparnya memang sudah memiliki kekasih dan ia juga pernah beberapa kali bertemu saat di bawa ke rumah.
"Jangan lama-lama, Mas. Ayo cepat lamar, nanti di ambil orang Mbak Nevanya." Gea tersenyum.
"Tidak masalah," balas Wisnu santai.
"Ih Mas ini, sekarang bisa bilang gitu. Nanti pas kejadian, nangis-nangis."
"Gak lah, gak mungkin aku menangis karena hal itu. Kalau di ambil orang dan Neva mau, berarti bukan jodoh."
"Tidak segampang itu, Mas. Kalau Mas cinta sama Mbak Neva, harusnya di kejar dong. Masa pasrah."
"Apa aku harus memaksanya supaya mau denganku?" Wisnu menatap Gea.
"Iya, Mas. Kita harus mengejar orang yang kita cintai. Jangan menyerah dengan mudah. Sebagai wanita, mereka akan senang karena merasa diinginkan."
"Jadi aku harus mengejarmu?"
"Loh kok aku, Mas?"
"Aku mencintaimu."
"Eh .... " Gea salah tingkah. Meskipun Gea yakin Wisnu tengah bercanda tetapi tatapan mata Wisnu seakan serius.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top