9. Nasi Goreng (NG)

Haiy bunda up, dua hari off ya gaess..

🎶Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij🎶

Ada yang tahu lagunya?

Pengen buat Zidan merana lebih lama, tapi kasihan anak orang.. kita loncati tahun ya gaesss..


Truk aja gandengan
Masa kamu enggak 💖

Happy reading
.
.
.
.

Sudah dua tahun Zidan masih juga tak kunjung bertemu dengan Rena. Rena sendiri tidak tinggal bersama Arsa dan Azalea, dia memilih tinggal di kosan milik Akhtar kakek buyutnya sekalian dia akan mengawasi disana.

Saat weekend dia pulang ke rumah dinas Arsa yang berada di Kodam Brawijaya itu. Melvi dan Billal akan memulai bercerita tentang kehidupan sekolah mereka.

"Kak, kemarin ada bang Zidan kesini, dia anaknya tante Rania, inget gak kak?" Tanya Melvi yang membuat Rena mematung.

Zidan? Kenapa namanya mirip sih. Batin Rena kesal.

"Lupa dek, gimana sekolah kalian? Billal gak bikin ulah kan?" Billal cuma nyengir doang. "Mau sampai kapan kamu bikin ulah? Kasihan Mama dan Papa"

Billal menghela nafas lalu mengangguk. Diantara ketiganya, hanya Billal yang membuat ulah di sekolah, membuat Azalea harus menjadi artis dadakan jika ke sekolah Billal. Terkadang Rena yang akan menggantikannya menjadi wali Billal, Kalau Azalea tidak akan mau datang karena malu, Billal memilih merengek ke Rena agar bisa menggantikan Azalea daripada Arsa yang harus datang ke sekolahnya, selain semua temannya akan tahu dia anak dari seorang tentara, dia juga akan mendapatkan hukuman dari Arsa.

"Besok lusa ke sekolahku ya kak, Mama gak mau datang" Rena memutar bola matanya malas, mencubit Billal penuh kasih sayang mesra sampai dia mengaduh kesakitan.

Saudara baik pun seperti Melvi, masih juga menertawakan dirinya yang kesakitan. Melvi akan menjadi orang nomor satu yang akan bersorak gembira saat Billal akan mendapatkan hukuman sikap tobat dari Arsa, bahkan Melvi akan memfotonya dan menguploadnya ke medsos miliknya, terkadang dia akan bervideo call dengan Arga, saat Billal menerima hukuman dari Arsa.

"Udah ah, kakak mau masak dulu, ayo bantuin kakak" mereka berdua memberi hormat.

"Siap komandan, laksanakan" membuat Rena terkekeh.

Kebahagiaan yang tidak akan pernah aku dapatkan dari orang lain, kasih sayang tulus dari mereka juga tidak akan pernah bisa aku dapatkan dari orang lain, apalagi kamu yang selalu bermulut pedas seperti bon cabe level iblis. Batin Rena

Rena yang dibantu kedua adiknya itu sudah menghidangkan beberapa masakan di meja makan. Suara pintu terbuka membuat ketiganya berlari dan memeluk kedua orangtuanya. Azalea dan Arsa tersenyum kepada ketiga anaknya yang masih selalu menjemputnya dipintu dan memeluknya.

"Ayo kita makan Ma, Pa, kita udah masak" Azalea tersenyum dan mengangguk kala Billal menariknya menuju meja makan.

Aku bahagia ya Allah, aku bahagia hanya melihat orang-orang yang ku sayang tersenyum bahagia. Terimakasih Engkau telah menitipkan ku pada mereka, selamanya aku menyayangi mereka. Batin Rena

🔫🔫🔫

Rena merasa capek mengurus beberapa berkas yang akan dia lengkapi sebelum KKN dimulai.

"Ren, aku balik duluan ya, kalau butuh data diri lagi, chat aku aja" Firka teman baiknya saat dikampus mengatakannya sebelum dia pergi.

Firka adalah teman baik Rena saat pertama kali mereka menjadi Maba. Rena masih ingat saat mereka pertama kali bertemu dan menjadi teman dekat.

"Kamu gak malu Ren, temenan sama aku? Aku ini yatim piatu Ren, aku tinggal di panti, aku kuliah aja dapat beasiswa, aku juga bekerja buat menuhin biaya hidup dan anak-anak panti" ucapnya. Sungguh Rena masih beruntung fan bersyukur menjadi anak angkat Azalea dan Arsa.

"Maaf, orang tua kandungmu kemana?" Firka tersenyum sendu.

"Kata Bunda Ani, aku lahir dari hasil pemerkosaan ibuku, ibuku  tidak berniat menggugurkanku, beliau tetaplah merawatku, selama hamil, ibuku menjadi tenaga pekerja sukarela di panti, saat aku lahir, ibuku meninggal dan Bunda Ani yang merawatku, aku tidak tahu siapa ayahku. Miris kan Ren" Firka menghapus air matanya saat mengingat dia pernah dicemooh oleh teman-temannya sebagai anak haram, atau panggilan lain anak yang tidak punya orangtua. Miris sekali.

Rena menghapus air matanya dan memeluk Firka erat, mereka hanya berdua berada di kamar kos Rena.

"Maaf Fir, maaf" Firka menggeleng dipelukan Rena.

"Rasanya aku bahagia bisa punya teman dekat seperti kamu Ren" Rena mengangguk dan memeluk Firka erat.

"Aku sendiri juga yatim piatu Fir, ayahku meninggal saat bertugas, ayahku seorang tentara dan ibuku meninggal saat melahirkan aku, aku dibesarkan oleh teman ibuku. Banyak yang mengira aku anak haram, tapi Mama dan Papa sudah membungkam mulut mereka dengan kenyataan yang ada" Rena merasa sakit saat dia mengingat perkataan pedas dari Zidan.

Puk

Rena tersadar dari lamunannya kala ada yang menepuk pundaknya. Rena tersenyum pada Akbar teman satu ormawa dengannya sedang duduk dihadapannya. Mahasiswa asli Jakarta ini tengah tersenyum padanya.

"Melamun bisa bikin lo kesurupan" Rena tertawa mendengarnya. "Besok, lo jangan lupa dan jangan sampai telat, kita ada pertandingan taekwondo" ingat Akbar, Rena tersenyum dan membereskan barang-barang miliknya.

"Siap kapten. Gue duluan ya, assalamualaikum calon ketua BEM" Akbar mendengus kesal mendengarnya, selalu saja Rena bisa membuatnya tersenyum disaat hatinya merasa sakit.

Rena mampir ke food court kaki lima dekar dengan rumah dinas Arsa. Dia berjalan untuk melihat menu yang dijual disana. Pilihannya jatuh pada nasi goreng dan es coklat yang kekinian.

"Bu, nasi gorengnya satu ya bu" ibu itu mengangguk dan tersenyum.

Rena duduk di dekat penjual nasi goreng dan mengamati sekitar yang banyak dikunjungi oleh mahasiswa dan beberapa ada yang sudah berkeluarga.

"Silahkan menikmati mbak" Rena mendongak dan menatap tak percaya pria yang duduk didepannya dengan menggunakan seragam coklat khas seorang polisi.

"Masha Allah Radika, apa kabar?" Radika terkekeh mendengar Rena bertanya kabarnya. Radika tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya yang membuat Radika jadi lebih manis.

"Alhamdulillah baik. Apa kabar kamu?"

"Alhamdulillah baik juga, sudah jadi polisi nih, seperti cita-cita kamu" Radika mengangguk dan tersenyum. Sungguh dia merasa sangat beruntung bisa bertemu lagi dengan Rena cinta pertamanya.

"Dimakan Ren, ntar dingin gak enak" Rena mengangguk, lalu berdoa dulu sebelum dia memulai menyendokkan nasi ke mulutnya. "Aku suka saat kamu tanpa sungkan berdoa lebih dulu sebelum makan"

"Wajib hukumnya untuk berdoa lebih dulu, daripada ada apa-apa saat kita makan" Radika mengangguk setuju. Radika mengamati wajah Rena yang masih terlihat manis. "Kamu gak kerja?" Tanya Rena yang membuyarkan lamunan Radika.

"Udah selesai, aku lagi bantuin Ibuku" Radika tanpa malu menunjuk seorang ibu-ibu yang mengantarkan nasi goreng ke para pelanggan. "Ibu dan Bapak jual nasi goreng disini" Rena mengangguk sambil terus memakan nasi gorengnya. "Padahal aku udah larang, tapi tetap aja mereka kekeh untuk terus berjualan, jadi sebagai baktiku pada mereka yang sudah membesarkanku tanpa pamrih, aku bantu-bantu mereka" Rena mengangguk.

"Anak yang berbakti" Radika lagi-lagi tersenyum dan menapakkan lesung pipinya.

"Sebenarnya mereka bukan orang tua kandungku, orang tua kandungku sudah meninggal karena kecelakaan, jadi paman dan bibiku membesarkan aku seperti anak mereka sendiri"

"Tidak mengurangi rasa sayang kamu pada mereka" Radika mengangguk.

"Benar"

Radika memperkenalkan Rena pada kedua orangtuanya juga. Rena sangat ramah pada siapapun dan itu membuat Radika senang.

Maaf bang, harusnya saya mengatakan pada Rena kalau abang mencarinya, tapi biarlah saya egois hari ini untuk menyenangkan hati saya bertemu Rena. Batin Radika.

Radika masih terus mengamati wajah manis Rena yang menerima telepon dan mengatakan dia berada disini. Radika selalu berdoa semoga dia berjodoh dengan Rena. Gadis manis yang membuatnya jatuh cinta lagi.

"Rena, aku suka kamu"

Pernyataan itu membuat Rena mematung. Pernyataan yang pernah didengarnya dulu lima tahun yang lalu saat mereka masih SMA. Dulu Rena bisa menolaknya, sekarang dia seakan tercekat untuk berbicara seperti dulu.

"Rena"

"Kakak" suara Arsa membuat Rena berdiri dan memeluk Arsa yang masih berbalut seragam dorengnya. "Ayo pulang"

Rena mengangguk. Radika berdiri untuk mengamati seseorang yang sedang bersama Rena.

"Dika, aku pulang dulu. Terimakasih, sudah menemaniku tadi. Ayo Pa kita pulang" Arsa menggandeng tangan Rena menuju parkiran.

"Anak seorang Tentara" gumam Radika. "Sampai kapanpun kamu belum bisa menerimaku Ren"

🔫🔫🔫

Kasihan si Radika, siapa yang mau daftar jadi ibu Bhayangkari nya Radika? Cung tangan🙋


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top