5. Anak Pungut (AP)

Maaf gaes, tadi salah publikasi. Baru ketemu judul eh udah kepencet. Efek ngantuk gaes...

Lanjut bun, lanjut thor.. rasanya tuh pengen mewek, ngetik cerita itu perlu mood yang bagus, ide-ide halah susah gaess...

Jangan lupa vote⭐komen😘

Tandai typo 😁

Tatapan tajam dari Arga. Arga Narendra

Ngopi dulu mblo
Biar nikung pacar orang gak ngantuk😝

Happy reading
.
.
.

Melvi kini sudah masuk SMP dan bersekolah satu kompleks dengan Rena. SMP Tunas Muda. Setiap hari mereka berdua diantar jemput oleh Azalea ayau Arsa, kadang mereka naik ojek.

Arga sebentar lagi akan wisuda dan masuk Akmil sebagai pengacara TNI.

Zidan memandang tak suka dengan pemandangan didepannya itu. Saat Arga memeluk leher Rena dan mengelap keringatnya dengan lengan baju seragam taekwondo miliknya.

Arga dan Zidan terlihat saling menatap satu sama lain. Zidan menatapnya tajam, sedangkan Arga menatapnya heran.

"Zidan kenapa deh, aneh" gumamnya yang didengar oleh Rena. Rena memandang Zidan dan memandang Arga, lalu mengajak Arga berdiri dan menyuruhnya untuk segera ganti baju.

Zidan menghela nafas lelah, kembali melihat kedekatan Arga dan Rena di tempat parkir. Perempuan disekelilingnya dia abaikan begitu saja, karena malas menanggapi.

"Jangan lupa, minggu depan ke kampus ya, bawa buket bunga buat gue" Rena tertawa mendengarnya, sudah berkali-kali Arga mengingatkannya.

"Woow bang Gaga gak laku emangnya? Kenapa minta gue bawain bunga?" Arga berdecak sebal.

"Iye, gue jones puas lo?" Rena kembali tertawa.

Arga mengantarkan Rena ke rumah dinas Arsa dengan selamat tanpa lecet. Setelah itu dia pamit pulang ke rumah dinas Galih ayahnya.

"Kak" sapa Arsa saat melihat semua keluarganya serta dah berkumpul di ruang tengah.

"Iya Pa?" Rena duduk didekat Melvi dan Billal.

"Bulan depan, Papa dipindah tugaskan di Surabaya, kita semua pindah kesana kak, setelah setijab Papa" Rena mengangguk antusias.

"Siap komandan. Laksanakan" Rena memberi hormat pada Arsa yang terlihat ragu tadi, tapi sekarang bisa tersenyum.

"Kenapa kakak mau ikut pindah?" Tanya Billal.

"Karena bang Gaga mau masuk Akmil, dan kakak gak punya teman" ujar Rena sedih.

Setelah itu Rena masuk ke kamarnya dan berganti pakaian santai dan kerudung instan.

"Kak, tolong anterin kue ini ke rumah tante Nana ya, diantar Melvi sekalian" Rena mengangguk dan diikuti Melvi dengan sepedanya membonceng Rena.

Mereka sudah sampai di depan rumah dinas Galih--ayah Arga. Rena melihat motor yang sangat tidak asing baginya. Rena cuek saja dan masuk bersama Melvi.

"Assalamualaikum" Nana menghampiri Rena dan Melvi.

"Waalaikumsalam. Ayo masuk, duh seneng deh tante kalian main kesini" Nana menggandeng Rena dan mengajaknya masuk kedalam.

Rena tertawa bersama Melvi kala Nana menceritakan cerita lucu yang dialami Arga tadi siang.

"Bang Gaga" Melvi menghampiri Arga. Arga berhigh five ria dengan Melvi dan Zidan hanya memperhatikan.

"Woow Lenlen yang gak bisa ngomong R" ejek Arga.

"Tuh kan te, bang Gaga mulai lagi" rengek Rena.

"Ga, jangan ganggu calon mantu Bunda ya" Arga semakin terbahak, sedangkan Zidan menatap mereka tidak suka. Terutama saat memanggil Rena dengan sebutan CALON MANTU. Hatinya seakan tersayat.

🔫🔫🔫

Rena berjalan menuju gerbang sekolah, setelah meminta surat kepindahan untuk bersekolah di sekolahnya yang baru nanti.

Seorang laki-laki seumuran dengannya menarik tangannya, Rena tersentak dan melotot kepada lelaki didepannya.

"Apa kabar anak Pungut?"

Bugh

Satu pukulan mengenai sudut bibir Ilyas. Ilyas memandang tajam kearah Melvi yang dengan mudahnya memukul Ilyas tanpa beban.

"Shit!" Umpat Ilyas, lalu mendorong Rena kebelakang sampai menabrak Zidan yang tengah lewat dan mereka jatuh berdua.

Zidan membantu Rena berdiri, lalu menyaksikan dua orang berbeda usia itu sudah mulai bersitegang.

"Lo, berani banget ya sama gue" Melvi tersenyum miring menatap tajam Ilyas.

"Karena lo udah ngehina kakak gue" ucap Melvi datar.

"Emang kenyataannya gitu kok. Rena cuma anak pungut. Ngerti gak lo anak pungut"

Rahang Melvi mengeras tanda dia menahan emosi, tangannya sudah terkepal kuat, siap untuk memberikan bogeman mentah untuk Ilyas.

Ilyas memandang ke belakang yang terlihat Zidan sedang memegangi Rena yang tadi jatuh.

"Lo ngapain bantuin dia? Dia itu  cuma anak pungut, gak pantes lo bantuin"

Bugh

Satu pukulan Melvi membuat Ilyas jatih tersungkur ke tanah. Ilyas segera bangun dan akan membalas pukulan Melvi, tapi Rena sudah memegang tangan Ilyas di udara.

"Lo boleh hina gue, tapi jangan coba-coba lo pukul adek gue" Rena memandang tajam Ilyas, bersiap untuk menelannya bulat-bulat seperti tahu bulat. "Ayo pulang Mel"

Anak pungut? Jadi selama ini Rena cuma anak pungut?. Batin Zidan.

🔫🔫🔫

Rena membawa sebuket bunga untuk Arga yang sedang wisuda hari ini. Arga dengan senang hati menerimanya, dia tersenyum lebar sekali fan membuat para fans Arga makin histeris.

"Ah bahagia deh gue dapet bunga dari lo Lenlen" Rena terkekeh mendengarnya.

Rena juga melihat Zidan berada di sana dengan kedua orangtuanya, juga Ira yang setia menempel di lengan Zidan.

"Bang Gaga, gue mau pamit. Ntar sore gue dan keluarga berangkat" Arga memeluk Rena erat, dia merasa kehilangan adik perempuan yang dia sayangi. Arga juga merasa kehilangan kedua adik rena nantinya.

"Jangan lupa email gue ya. Gue harap lo gak lupa sama gue" suara Arga bergetar, Rena tahu bang Gaganya ini menahan tangis. Rena mengangguk dan menepuk punggung Arga lembut.

"Bang, gue boleh kan pamitan sama kak Zidan sendirian, gue juga mau minta maaf kalau gue punya salah" Arga mengangguk, lalu pergi menemui teman-temannya untuk berfoto bersama.

Rena menghampiri Zidan yang berdiri sendiri dengan buket bunga. Rena membawa kado untuk Zidan.

"Haiy kak, happy graduation, ini buat kakak" Rena mengulurkan kado dan diterima dengan setengah hati oleh Zidan.

"Makasih" ucapnya kurang bersemangat karena Rena yang ada di depannya.

"Saya mau minta maaf atas kesalahan saya, dan saya--" belum sempat Rena meneruskan kata-katanya, sidah dipotong oleh Zidan duluan.

"Jangan dekati saya pagi mulai hari ini" Rena hanya diam mendengarkan dan memasang wajah datar. "Karena lo dan gue gak sepadan. Lo cuma anak pungut" Zidan tertawa mengejek.

Sabar Rena. Batinnya mengingatkan dia untuk bersabar.

"Ah dan jangan cari alasan Arga untuk deketin gue" Rena diam seribu bahasa. "Gue harap lo ngerti ya anak pungut" Rena mengangguk kecil.

"Hmm,, kenapa lo dipungut? Apa karena lo dibuang dijalan? Apa lo anak hasil Zinah?"

Bugh

Satu pukulan mendarat di perut Zidan. Zidan mendongakkan kepalanya dan melihat sang pelaku pemukulan adalah Rena anak didiknya sendiri.

"Lo" geram Zidan.

"Kakak boleh panggil saya anak pungut, tapi jangan jelek-jelekin mendiang orang tua saya. Mereka tidak berbuat Zinah seperti yang kakak tuduhkan. Ayah saya meninggal daat bertugas dan ibu saya meninggal saat melahirkan saya. Orang tua angkat saya mengenal baik mendiang orang tua saya. Terimakasih atas sebutan kakak, dan saya tidak akan pernah mencoba mendekati kakak lagi. Permisi" Rena berlari menuju parkiran, tidak mendengarkan panggilan dari Arga yang memintanya berhenti.

Arga berlari menemui Zidan yang sedang mengusap perutnya karena pukulan Rena.

"Bangsat"

Bugh

Satu pukulan dia dapat dari Arga. Zidan meringis memegangi pipinya.

"Jaga omongan lo. Lo kira gue gak denger apa yang lo tuduhin ke Rena, hah?" Menarik kemeja Zidan. "Yang deketin lo bukan Rena, tapi gue yang sengaja nyeret Rena agar bisa deket sama lo. Bangsat lo"

Bugh

Arga kembali memberikan bogeman mentah pada Zidan.

"Arga"

"Zidan"

Kedua orang tua mereka melerainya. Arga memandang tajam kearah Zidan yang menunduk memegangi perutnya.

"Itu balasan gue untuk Rena buat lo. Ingat apa yang gue katakan ini. Jangan sampai mulut lo berani mengatai Rena lagi dan jangan pernah lo manggil dia anak pungut, gue pastiin sama lo, kalau sampai om Arsa tahu, bisa habis lo"

🔫🔫🔫

Zidan mulutnya 🔫

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top