14. Ungkapan Perasaan (UP)
Haiy gaesss apa kabar kalian? Maaf baru update.. baru pulang kampuang gaesss...💖
Jangan lupa vote⭐and komen🗨
Typo bertebaran gaess..
Jangan membenci orang yang menyakitimu...
Karena dari dia, kamu belajar sabar, kuat, tegar dan memaafkan😊
Happy reading
.
.
.
.
Zidan duduk di ruangan kerja Azalea, disana juga ada Arsa yang sedang menunggu. Zidan duduk dengan gelisah, baru kali ini dia takut melihat tatapan Arsa yang mengintimidasi, bukan hangat seperti biasa.
"Maaf kalau saya lancang Om, Tante. Saya kesini hanya ingin mengungkapkan perasaan saya saja" baik Arsa maupun Azalea hanya diam, menyimak dan terus mengamati ekspresi Zidan ketika sedang berbicara pada mereka, ingin melihat kejujuran darinya.
"Saya mencintai Rena sejak saya menjadi pelatihnya dulu. Maaf kalau saya lancang sudah mencintai Rena dari dulu. Saya tulus mencintainya" tidak ada ekspresi apapun yang Azalea dan Arsa tunjukkan selain wajah datarnya. Zidan merasa terintimidasi dengan tatapan itu.
"Dari dulu, saya selalu membayangkan akan menikah dengan Rena dan hidup bahagia bersama. Saat Mama menawarkan akan menjodohkan saya dengan Rena, saya sangat setuju, saya memang benar-benar ingin menikah dengan Rena dan membahagiakannya"
Azalea dan Arsa saling pandang, mereka terkejut dengan pengakuan Zidan. Baru kali ini saja mereka mendengar seseorang mencintai wanitanya sejak lama.
"Izinkan saya melamar Rena. Saya tulus mencintai Rena"
Arsa melihat kesungguhan dimata Zidan. Seakan melihat dirinya saat dia melamar Azalea didepan Azlan dulu. Arsa tersenyum pada Azalea yang tetap cantik diusianya yang menginjak kepala 4 itu.
"Tante gak bisa memberi jawabannya, kami serahkan pada Rena semuanya" Zidan mengangguk.
"Iya Tante, saya mengerti. Setidaknya saya lega bisa mengungkapkan semuanya ke Om dan Tante" Zidan masih mengamati wajah datar keduanya. "Ijinkan saya menjenguk Rena" Azalea mengangguk dan mempersilahkan Zidan ke ruang inap Rena.
Entah kebetulan atau apa, Zidan bertemu dengan Radika disana, mereka saking pandang dan duduk di kursi depan ruangan inap Rena.
"Maaf kalau saya lancang bang" Zidan menoleh ke Radika saat dia berbicara. "Saya ingin mengungkapkan perasaan saya ke Rena, bang" Zidan mengangguk.
"Ungkapan saja. Kita bertarung secara sehat. Saya juga akan mengungkapkan perasaan saya ke Rena. Kamu aja duluan"
Bego. Kenapa lo nyuruh dia duluan, kalau kenyataannya Rena suka dia, lo mau gigit jari. Batinnya merutuki.
Radika masuk kedalam, cukup membuat Zidan tak karuan. Azalea datang menghampirinya dan tersenyum menepuk bahu Zidan.
"Semangat" Zidan mengangguk dan tersenyum pada Azalea. Azalea pamit kembali ke ruangannya.
Zidan mencoba menyibukkan diri dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an di hpnya untuk menghilangkan rasa gundah gulana. Selesai membaca surat Ar Rahman, Radika keluar dengan senyum masam, bisa dia tebak kalau Rena tidak mempunyai rasa apapun pada Radika.
Allah maha membolak-balikkan hati manusia. Aku harap Allah bisa membuat Rena memikihku. Batinnya berdoa.
Ceklek
Rena mengusap air matanya, lalu memandang manusia yang sedang tidak ingin dia lihat saat ini. Manusia yang membuatnya mengingat kejadian saat itu. Zidan duduk disampingnya tanpa bertanya apapun.
"Saya kesini karena ingin meminta maaf sama kamu. Maaf sudah menciummu tanpa permisi dan membuatmu seperti ini. Maaf sudah membuatmu sakit hati berkepanjangan karena kata-kata pedasku. Jujur Ren, sebelum saya tahu kebenarannya kalau kamu Lenlen adek kecil saya, saya merasa menemukan kebahagiaan di diri kamu, tapi saya sadar, gak seharusnya saya suka bahkan mencintai adik kecil saya. Saya mencoba membuat kamu sakit hati fan membenci saya, saya sadar bahwa saya juga melukai hati saya sendiri karena membuat kamu menangis dan sakit hati. Sejak saat itu saya berusaha mencari kamu ingin meminta maaf dan mengakui perasaan saya ke kamu. Dan Allah menjawabnya, memberikan saya kesempatan itu saat ini. Inayah Sipta Renata, saya minta maaf yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya ke kamu"
Rena menangis, sedalam inikah dia terluka dan semudah inikah dia memaafkan Zidan. Tapi kembali lagi dia tanyakan pada hatinya, siapakah orang yang beruntung mendapatkan cintanya. Dan jawaban itu dia dapat dari Zidan. Rena masih ingat betul saat dirinya melakukan shalat istikharah 5 bulan lalu, dan yang dia impikan adalah Zidan yang sedang mengenakan baju kebanggaannya duduk di dekatnya seperti saat ini.
"Rena, mau kan kamu nikah sama saya" Zidan mengeluarkan kotak bludru berwarna merah didepan Rena. Zidan membuka isinya, sepasang cincin yang sangat cantik.
"Saya akan beri kamu waktu. Saya tinggal ya, saya harus bertugas lagi. Maaf Rena, saya harap kamu bisa memberikan jawabannya secepatnya" Rena mengangguk.
Diluar Zidan terperangah, 3 lelaki yang dia kenal berdiri disana, tetiba menyeret Zidan menuju taman belakang rumah sakit yang terlihat sedikit sepi. Wajah ketiganya menandakan bahwa mereka mendengar semuanya secara menyeluruh.
Bugh
Satu pukulan Melvi layangkan ke wajah Zidan. Melvi tentu saja terluka, seenaknya saja Zidan memperlakukan Rena seperti itu.
"Pukulan karena lo seenaknya cium kakak gue" siapa yang tidak geram, selama ini Melvi mencari tahu apa penyebab Rena sakit dan jawabannya adalah Zidan.
Bugh
Satu pukulan mendarat di perut Zidan membuatnya terbatuk hingga terjatuh. Pukulan Billal memang tidak bisa dianggap remeh.
Zidan memejamkan matanya, ini baru pukulan dari kedua adiknya, belum dari Arsa dan Azalea. Zidan masih terbatuk-batuk karena pukulan Billal. Arga tidak tega melihatnya, dia memapah Zidan membantunya untuk bangun.
"Udah, anak orang jangan lo pukulin, ingat hukum juga, kalau om tahu, bisa marah-marah" Melvi hanya memandangnya datar, sedangkan Billal mencibirnya. "Udah ya, gue bawa dia dulu ke UGD, takutnya anfal anak setan"
"Bangsat lo Ga" Arga tertawa terbahak, memapah Zidan ke UGD.
🔫🔫🔫
Rena duduk dan memangku buku novelnya, tapi tak dia baca. Pintu ruangannya terbuka, disana ada Akbar, Tari dan Firka menghampirinya.
"Emang kalau melamun bisa sampai tamat gitu bacanya?" Sindir Akbar tepat sasaran.
"Ngapain lo?" Tanya Rena ketus.
"Jengukin orang yang lagi galau, dih gak keren banget dia, galau karena disuruh cari suami malah masuk rumah sakit karena asam lambung. Apaan tuh" sindir Akbar.
"Mulut lo kek akun perlambean Bar, lemes banget kalau nyinyir" Akbar terbahak mendengarnya.
"Lagian ya Ren, gue dan Tari bakalan nikah sebentar lagi, eh elo malah sakit" Rena memutar bola mata malas mendengarnya. "Tapi tenang aja, Firka udah gue mutasi kesini, biar elo ada temannya bercuap, berbagi keluh kesah. Gue kan bos yang baik hati"
"Semerdeka lo dah Bar"
Mereka tertawa dan bercanda bersama, membuat Rena merasa lebih baik. Arga masuk bersama kedua adiknya.
"Darimana?" Tanya Rena.
"Eksekusi orang" Rena mengernyit bingung. "Abis nonjok bang Zidan" Rena melotot kearah Billal yang dengan santainya berbicara. Melvi sudah menendang kakinya yang malah diabaikan Billal. "Sakit bego. Biarin napa bang, biar kakak juga tahu"
"Gak usah ngegas" peringat Melvi.
"Abang yang mulai" Melvi diam tak menanggapinya.
"Ren, kita pamit pulang ya. Cepetan sembuh ya, laporan lo menumpuk" kelakar Akbar.
"Bos setan lo" Akbar hanya tertawa menanggapinya. Mereka bertiga keluar.
"Jadi kak, aku dan abang tadi mukulin bang Zidan. Jangan dikira kita gak tahu ya masalah kakak" Rena memilih diam.
"Dia udah ngelamar kakak lewat Papa dan Mama. Gimana kakak?" Rena masih diam. "Aku tahu kalau kakak cinta sama dia, kalau cinta bilang aja cinta kak"
"Ya. Kakak cinta Zidan"
🔫🔫🔫
Wooooo Rena ternyata juga cinta si bon cabe..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top