1. Kok Sakit Ya (KSY)
Hanya aku dan Tuhan yang tahu perasaan ini💖
Gaess untuk cerita Rena ini, bunda gak bisa up tiap hari gaess.. satu Minggu sekali😘
Jangan lupa vote⭐and komen🙋
Happy reading
.
.
.
.
Rena tengah duduk menatap laptop di depannya. Sesekali dia membuka buku pelajaran yang dengan sengaja dia buka di sampingnya seperti buka lapak buku bekas.
Azalea menggelengkan kepala melihat putri pertamanya sedang sibuk di depan laptop.
"Sibuk banget kak?" Rena mendongak dan tersenyum saat Azalea membelai kepalanya yang tertutup jilbab.
"Lagi buat tugas kelompok ma"
"Tugas kelompok kok kakak sendiri yang ngerjain?" Rena nyengir.
"Kakak bagi Ma, ntar baru diinput jadi satu kalau sudah semuanya" Azalea mengangguk paham. "Kok Melvi sama Billal belum pulang ya Ma?"
Tersengar suara kegaduhan di teras. Azalea segera menyusul kedepan bersama Rena untuk melihatnya.
Pintu terbuka dan menampilkan kedua jagoannya yang sedang nyengir lebar di depannya dengan baju seragam yang sudah acak adut. Azalea melotot kepada kedua putranya itu.
"Masuk" dengan nada dingin. Keduanya langsung masuk.
Mereka duduk di ruang tamu bersama dengan Rena yang kebingungan melihat wajah tegang kedua adiknya.
"Kenapa bajunya acak adut begitu?" Keduanya hanya nyengir lebar selebar-lebarnya. Azalea memijit pelipisnya melihat kedua anak laki-laki didepannya itu.
Wajah Melvi memang mirip dengan Arsa, tapi sifatnya mirip Azalea. Sedangkan Billal wajahnya mirip Azalea, tapi sifatnya mirip Arsa.
"Oke kalau kalian tidak mau mengaku. Silahkan nanti jelaskan dengan Papa" keduanya saling pandang, lalu menggeleng bersama.
"Jangan Ma" rengek keduanya.
Azalea bersidekap dada dan menunggu keduanya bicara. Rena melihat mereka yang ketakutan, menahan senyum.
"Tadi misahin adek Ma" aku Melvi. Azalea melotot kearah Billal yang nyengir lebar.
"Berantem lagi, hah?" Billal mengangguk polos. "Alasannya apalagi?"
"Dia duluan Ma yang narik-narik baju Billal--" Azalea menaikkan alisnya dan menatap Billal untuk meneruskan ceritanya. "Terus ya, kita berantem Ma"
"Dan abang datang melerai mereka?" Keduanya mengangguk kompak.
"Terus abang malah ditoyor mereka" jelas Billal kembali.
"Dan abang ikutan dalam lingkaran itu? Saling toyor menoyor?" Mereka mengangguk kompak. Azalea menghembuskan nafas berat.
"Oke. Papa sudah dengar ceritanya kan?" Azalea menempelkan hape di telinganya. Kemudian meloud speaker agar mereka bisa dengar.
"Sore nanti Papa sudah pulang. Kita bicarakan ini bertiga ya para lelaki" keduanya hanya diam dan mengangguk saat Arsa berbicara dengan nada tegas.
Setelah Arsa mematikan teleponnya, keduanya memeluk Azalea dan menangis untuk meminta maaf dipelukan Azalea.
Dan benar sekali, sore itu mereka berdua duduk di depan Arsa dengan wajah tegang dan keringat sebiju jagung mengalir deras menganak sungai di pelipis keduanya.
Rena yang sengaja mengamati wajah kedua adiknya dari dapur itu terkikik geli, melihat wajah tak berdaya dari keduanya.
"Ayo bantuin Mama kak, jangan sampai kamu ikutan duduk disana" Rena menggeleng.
"Jangan Ma. Kakak gak buat salah kok, kakak baik-baik disana" Azalea tersenyum.
Azalea sangat tahu bagaimana Rena disekolah. Dia gadis dan mempunyai prestasi yang bagus. Wali kelas Rena adalah teman dekat Azalea. Jadi tidak susah bagi Azalea untuk mengawasi Rena di sekolahnya.
"Kak" Rena yang sedang menuang es batu ke teko terhenti, dan menatap Azalea.
"Iya Ma?"
Azalea tersenyum, dia ingat bagaimana dia merawat Rena selama 16 tahun ini. Bagaimana dia membesarkan Rena sendiri bersama Azlan sebelum dia menikah dengan Arsa, dan mendengar cemoohan dari beberapa orang yang memang iri dengannya dan Arsa.
"Kakak punya pacar?" Rena menggeleng cepat. Tentu saja dia tidak punya, dia takut kalau harus punya pacar.
"Mama harap, Kakak bisa jaga diri ya, jangan sampai kakak terlibat dalam pergaulan bebas. Mama dan Papa sayang sama kakak" Rena memeluk Azalea, Azalea mebelai punggung Rena dengan sayang.
"Kakak sayang Mama. Terimakasih banyak ya Ma, atas semuanya, kakak gak bisa balas apapun" Rena terisak-isak jika mengingat bagaimana Azalea membelanya dari orang-orang yang mencemooh dirinya.
"Mama dan Papa iarang ada waktu buat kakak dan adik-adik kamu. Tapi kasih sayang kami gak akan pernah pudar nak" Rena mengangguk.
"Mama titip adik-adik kamu ya, jaga dan sayangi mereka juga" Rena kembali mengangguk.
"Ma" panggilan dari Arsa mengehentikan aksi oelukan dari keduanya.
"Mama keluar dulu, kamu oanjutin ya sisanya" Rena mengangguk dan mengusap air matanya.
Melanjutkan kegiatannya membuat minuman dingin dan menata kue yang dibuat Azalea ke nampan, dan membawanya ke ruang tengah.
Disana Rena melihat kedua adiknya itu menangis dan memeluk Arsa erat. Sedangkan Azalea hanya duduk diam memperhatikan mereka. Rena tersenyum melihatnya. Dia meletakkan nampan itu di meja.
"Kak, sini peluk Papa. Kamu gak kangen Papa, hm?" Rena tersenyum dan ikutan memeluk Arsa.
"Mereka kenapa nangis?" Tanya Rena polos yang mendapat delikan dari kedua adiknya itu.
"Gak tahu. Tentara kok nangis, kan malu" sindiran Arsa makin membuat Billal menangis di pelukan Arsa.
"Berisik adek" Melvi mententil kening Billal dan makin keras menangisnya.
"Abang, Papa sentil juga kening kamu nanti" Melvi cuma nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Sini kakak gendong kamu" Rena menggendong Billal yang masih menangis karena sentilan dari Melvi yang membekas merah disana.
🔫🔫🔫
Rena memasuki kawasan sekolah, dia menemui teman sebangkunya yang sedang duduk di atas motor.
"Ra" sapa Rena yang melihat Rara masih sibuk mengamati hapenya.
Rara menarik Rena untuk masuk kedalam kelas segera. Mereka duduk di bangku mereka.
"Gue kemarin ketemu sama kak Zidan di mall. Ya ampun Ren, ganteng gila tahu gak"
"Ganteng apa gila sih?" Rara berdecak sebal saat Rena memulai pertanyaan polosnya.
"Ganteng. Ah elo mah gitu Ren" Rena terkekeh. "Hot banget sumpah Ren. Duh,.gue gak bisa lupain senyuman dia kemarin. Menawan banget cuy, meleleh dedek Bang"
"Lumer lo kalau dia ajakin Lo ngobrol" Rara mengangguk membenarkan.
"Eh tapi Ren, ntar kita latihannya agak sorean jam 4, lo pulang apa gimana?" Tanya Rara kembali.
"Pulanglah. Gue jagain adek gue yang kecil sebelum adek gue yang besar pulang bimbel"
"Adek lo ada berapa sih?" Rena membuka buku catatan miliknya.
"Dua, kelas 6 sama kelas 1. Laki semua" Rara mengangguk.
Selama hampir satu tahun menjadi teman sebangkunya, dia tidak pernah bertanya tentang Kehidupan Rena, bahkan pekerjaan kedua orangtuanya pun dia tidak pernah. Yang dia ceritakan selalu tentang biasnya dan kecintaannya tentang KPop.
Waktu semakin sore saat Melvi baru saja pulang dari bimbel. Gantian Rena yang akan berangkat untuk latihan taekwondo. Arsa dan Azalea dinas pagi, jadi pengawasan kedua adiknya ada padanya kalau dia dirumah. Ada juga pengasuh mereka mbak Surti yang sudah bekerja sejak Billal bayi.
"Kakak berangkat ya dek, jagain Billal" Melvi mengangguk, lalu menyalami Rena.
Renata berangkat dengan menaiki ojek online. Dia tidak senekat itu membawa motor sendiri. Dia juga tidak pernah meminta apapun pada Azalea dan Arsa.
Rena segera berlari menuju Aula, jam sudah menunjukkan pukul 15:45. Kurang 15 menit lagi latihan dimulai dia juga melihat Zidan duduk disana.
Rena melirik kearah Zidan yang sibuk dengan hapenya. Beberapa teman perempuannya mendekati Zisan secara terang-terangan, dan itu membuat Rena merasa jengkel. Ingin rasanya dia kesana dan menendang mereka satu-persatu penuh kasih sayang mesrah.
"Lo suka gak sih sama kak Zidan?" Tanya Rara yang berdiri disampingnya.
"Suka" Rena tersadar dan langsung menggigit lidahnya agar tidak meneruskan perkataannya.
"Sama, gue juga. Gue enek lihat mereka yang modusnya terang-terangan"
Kok sakit ya banyak yang suka kak Zidan. Batin Rena.
🔫🔫🔫
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top