Prolog

10 Februari 2009

Senja. Dimana waktu pertama kali aku melihatmu. Seorang gadis kecil berwajah Asia, menggunakan topi bundar yang tampak kebesaran diantara luasnya hamparan savana, senyummu terlihat.

Anggun, satu kata dariku. Saat kamu duduk di bawah pohon besar itu, dengan segenap jiwa, aku memberanikan diri untuk menghampirimu dan mencoba menyapa, "Hai."

Dia berbalik dan menampilkan senyum cerah, aku pikir dia adalah anak yang ceria. Senyum yang ditampakkan membuat aku melupakan pertengkaran dengan mama tadi. Aku tidak suka bila mama hanya bekerja terus, bahkan sampai tidak pernah memperhatikan aku. Aku kesal!

"Hai juga." ucapnya kepadaku sembari tersenyum kikuk. Aku segera menoleh dan menatapnya, "Apa yang kamu lakukan sendirian di sini?"

Gadis itu hanya menggeleng pelan. Aku pun kembali membuka suara, "Siapa namamu?"

"N-Namaku Valerie. Tepatnya Valerie Nao."

Jadi, namanya Valerie? Nama yang bagus. Saat kulirik dia kembali, Valerie menutup wajahnya. Aku pun penasaran akan dia jika tidak memakai topi. Akhirnya, aku memutuskan untuk menarik topinya usil.

Rambut milik gadis di hadapanku.. melambai indah terkena angin. Iris matanya coklat. Aku tersenyum, menunjukkan lesung pipi yang tercetak jelas.

"E-Eh?" Aku mendengarnya terkaget. Dia segera mengambil topi dari tanganku, namun aku berdiri. Tinggiku tidak jauh darinya, mungkin hanya berbeda sepuluh sentimeter. Valerie tampak menggembungkan pipi, wajahnya sedikit memerah. Sepertinya, ia marah. Saat aku sedikit lengah, Valerie langsung merebut topi dan memakainya kembali.

"Hey Valerie.. Jangan marah dong.." aku berusaha membujuknya. Valerie tetap diam, menunjukkan bahwa ia masih marah.

Aku memperhatikan keadaan sekitar, ada bunga matahari. Ku coba untuk  memetik, dengan susah payah akhirnya aku mendapatkan satu yang cukup besar. Aku membawa ke hadapannya, bahkan wajahku tertutup!

Kucoba untuk menyembulkan wajah dari belakang. Valerie tampak tertawa akibat ulahku. Senyumku mengembang, "Valerie masih marah padaku?"

Valerie tidak menjawab.

"Kamu sudah tidak marahkan? Ya kan?" celetukku menambahkan.

"Valerie!" Teriak seseorang dari jauh. Aku menilik untuk mengetahui asal suara tersebut.

"Mama.." Kudengar ia mengucapkan kata itu.

"Valerie pulanglah.. besok kita janji bertemu di sini lagi yah?" Valerie  mengangguk dan membawa bunga matahari pemberianku. Dari kejauhan ia melambaikan tangan.

Aku rasa sudah tidak sabar untuk hari esok, bertemu dengannya.

Keesokan hari, aku kembali melihat Valerie dengan pakaian berbeda. Kini ia memakai dress biru selutut, rambutnya dikepang. Aku tersenyum, menghampiri dan menepuk pundaknya.

"Dor! ...hai Valerie." Aku berterìak tepat disamping telinganya. Valerie berbalik dan memarahiku! Dia melempar boneka teddy yang sedang dipegang. Mata Valerie melotot marah, kulihat tangannya juga mengepal.

"Lucuuuu. Lucuu banget, Valerie mirip kayak boneka itu!" Aku menunjuk boneka teddy. Kemudian mendekati Valerie dan mencubit pipinya, "Persis banget!"

"Kamu menyebalkan!" Suara Valerie menggelegar, aku pikir dia sudah sangat marah dengan perbuatanku.

"Valerie! Jangan marah dulu kenapa, aku mau kasih tahu satu hal tadi, please jangan marah." kataku berusaha untuk meredakan emosi milik Valerie. Selain itu, aku juga meraba saku dan mengeluarkan sebungkus kecil hadiah.

"Itu apa?" Ujar Valerie dalam posisi memandangku tajam.

"I-Ini yah? I-Itu, buka aja dulu!" Segera kugengam tangan dia dan memberikan langsung kotak tersebut. Valerie membuka kotak, terlihat beberapa coklat dalam kemasan.

"Coklat buatmu dariku" Aku menggaruk pipi yang tak gatal. Mata ku melirik ke arah lain, gugup.

"T-Tunggu, buatku???" Valerie berbinar-binar saat mengetahui coklat itu adalah untuknya. Aku mengangguk pelan.

"Yeay! Coklattt." Valerie membuka kotak coklat dan memakan isinya.

Sepertinya dia bahagia. Aku menatap pipi Valerie belepotan coklat, ku usap lembut untuk membersihkannya. Waktu berjalan sangat cepat, bahkan aku baru menyadari bahwa hari menjelang gelap.

"Valerie, pulang ya... udah mau malam nih." Ingatku kepadanya. Valerie pun berdiri dan berlari, meninggalkanku lebih dulu.

Aku juga kembali kerumah, menenggelamkan diri dalam dunia fantasi.

- oOo -

28 Februari 2009

Hari ini adalah hari spesialku. Aku dan Valerie sudah berjanji untuk mengubur kapsul masa depan. Kami akan menaruh surat yang sudah ditulis dan membuka kembali beberapa tahun kedepan.

Aku sudah siap dengan surat dan kapsul atau peti yang akan dikubur nanti. Valerie tampak lebih lama dari biasanya. Aku sudah menunggu lebih dari satu jam dari waktu perjanjian.

Ku coba menerawang sekitar. Ah, ada sosok seorang perempuan. Namun, penampilannya sedikit berantakan. Beberapa luka kecil juga menghiasi tubuhnya. Aku merasa aneh. Mengapa Valerie sangat berantakan?

Aku ingin membuka suara, tapi Valerie sudah lebih dulu memberitahukan keadaannya. Kata Valerie, dia hanya terjatuh sewaktu perjalanan. Aku langsung saja percaya, kemudian mengangguk.

Kami melakukan hal yang tertunda tadi. Setelahnya Valerie izin untuk kembali. Tidak lupa aku juga memberitahukan agar besok datang ke sini lagi.

Pada hari selanjutnya, cuaca terlihat tidak bersahabat. Aku sendiri tidak tahu ini pertanda buruk atau pertanda baik. Untuk berjaga-jaga, aku membawa payung.

Sesampainya di sana, aku tetap menunggu di bawah pohon. Sudah hampir sejam, sosok gadis itu belum muncul. Suhu juga semakin dingin, tidak terasa tangisan langit mulai menerjang. Buru-buru kubuka payung yang sudah dibawa dan kembali menunggu.

Sampai saat bulan sudah timbul perlahan menunjukkan pesonanya, Valerie tidak kunjung menampakkan diri. Aku menggenggam pelan boneka beruang kecil yang kujahitkan untuknya. Mengadah ke langit, aku menghela nafas berat.

Ku putuskan untuk kembali. Beberapa hari selanjutnya aku kembali menanti Valerie hingga petang, tapi hasilnya nihil. Valerie sudah tidak datang lagi, Valerie menghilang tanpa kabar.

Dimanakah kamu Valerie?

15 Desember 2017
Salam,

GL

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top