Bab 20

Hari kelima. Usaha terakhir Ray untuk mengembalikan ingatan sang pujaan hati dengan membawa durat yang terdapat dalam kotak masa lampau. Tidak lupa ditambah surat rindu Ray saat dia berusaha menemukan Valerie.

Dia sudah berada didepan rumah Valerie. Ray pun kembali melonpat tembok pinggiran rumah. Ternyata Valerie sedang tertidur pulas di teras rumah.

Imutnya, puji Ray dalam hati.

Tangannya terulur, ingin mengusap puncak kepala Valerie. Namun sesaat, gerakannya terhenti. Ray tampak menimang-nimang sejenak, akan melakukannya atau tidak, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan niatnya. Ray mengambil keputusan, yaitu tetap mengusap. Valerie juga masih adem ayem, tidak terganggu sama sekali.

Hal yang dilakukannya ini menjadi candu. Menurutnya, Valerie mirip sekali seperti kucing kecil. Sayang, Ray tidak menyangka bila ada seseorang didalam rumah sampai derap kaki itu terdengar.

"Ah, ada seseorang? Maaf mengganggu," ujar wanita berparas ayu. Umurnya sekitar empat puluh tahun, tetapi masih awet muda bersama tampilan sederhana yang ia tunjukkan.

"T-Tidak tante. Jangan pergi," ucap Ray menahan kepergian wanita itu. Dirinya sangat malu daat kepergok sedang berduaan dan mengelus Valerie. Pasti mamanya memikirkan berbagai hal.

"Tidak nak, bibi gak mau ganggu hehe, " katanya ramah.

Ray menjadi tidak enak hati. Perlahan, ia beranjak menuju bibi dan menyalaminya sopan.

"Sore, bibi." sapa Ray sembari membungkukkan badan.

"Sore juga, nak...," Bibi itu tampak bingung untuk menyebut nama Ray.

"Mari, saya memperkenalkan diri. Nama saya Ray Aiden Wylie. Bibi bisa panggil sesuai dengan sebutan yang bibi mau."

"Ah, baiklah nak Aiden. " Mama Valerie tersenyum lembut.

Gak anak, gak ibu.. mereka mirip walau berbeda tubuh

Ray terkekeh pelan menanggapinya.

"Ada apa, nak?" tanya mama Valerie kepada Ray karena melihat ekspresi lelaki tersebut.

"Gapapa, bibi. Cuman teringat satu hal yang lucu kok. Bibi mirip banget sama Valerie sikapnya," puji Ray tanpa ragu walau sosok dihadapannya memiliki umur jauh. Tidak menjadi masalah bagi Ray, masa iya kenalan dengan calon menantu kaku amat? Ehh keceplosan.

"Makasih, nak. Mari, masuk dulu. Bibi mau bikin teh buat kamu," ajaknya kepada Ray.

"Aduh, bibi. Tidak perlu, Aiden sendiri juga cuman berkunjung aja." tolak Ray halus agar tidak menyakiti hati beliau.

"Sudah tidak apa. Tunggu disini ya, sekalian temani Valerie hehe," godanya yang langsung mendapatkan sedikit protes dari Ray, walau dalam bahasa lembut.

Mamanya Valerie pun bergegas pergi. Ray berdiri, melihat-lihat ruang tamu yang kebanyakan adalah foto keluarga. Disana terdapat foto Valerie dan Valerina semasa kecil.

Ohh inikah potongan foto Valerie yang kudapat waktu itu? Wah ternyata....

Ray mulai menduga-duga. Mengapa ia hanya mendapatkan setengahnya padahal foto itu terdapat dua sosok. Ray pengin menyentuh bingkai foto yang tertata itu. Namun, gerakannya terhenti.

"Aiden? Apa yang kamu lakukan?" ujar gadis itu sembari mengucek matanya. Rambut sedikit acak-acakan, dan masih mengerjapkan mata berulang kali. Ray lantas menyembunyikan tangannya dibalik punggung.

"Ah.. tidak, aku hanya melihat-lihat," jelas Ray sejujurnya.

Valerie berjalan mendekati Ray. Ia menatap apa yang dilihat Ray.

"Foto itu? Hmmm, perkenalkan yang memakai baju abu-abu itu adalah adikku, Valerina Nao. Dia cantik bukan?" Valerie terkekeh pelan sebelum melanjutkan bicaranya. "Tidak seperti aku yang hanya memakai baju rumahan, dia lebih fashionable."

"Gini yah Valerie...," Ray memegang kedua pundak Valerie bersamaan. "Percuma orang cantik kalau hatinya tidak baik. Aku telah bertemu adikmu dari jauh-jauh hari." Dia memandang lekat manik mata Valerie dengan serius.

"Bagaimana bisa, Aiden?" tanya gadis itu kembali menatap matanya, tersirat kebingungan.

"Dia mengaku sebagai kamu padahal dia adalah adikmu. Usahaku sia-sia saat mengetahui dia adikmu. Aku kecewa." Ray menghela napas kuat. Perlahan, ia melepaskan pegangan pada pundak Valerie. Valerie memandangnya penuh rasa bersalah.

"Aiden, tolong maafkan dia," pinta Valerie sembari menundukkan kepala.

"Gak, aku gak mau. Dia sudah berbohong, dia bahkan-" Ucapan Ray terhenti saat telunjuk Valerie berada di depan bibirnya.

"Maafkan dia, Aiden. Ini adalah permintaan langsungku." Valerie memeluk Ray erat. Sangat erat. Berharap Ray mau memaafkan kesalahan yang adiknya lakukan.

Ray sedikit demi sedikit luluh akan kesungguhan Valerie. Dia membalas pelukan Valerie erat.

"Akan aku coba untuk memaafkannya, tapi saat ini aku sedang tidak ingin melihat wajahnya." Ray mencoba bernegosiasi dengan Valerie.

"Itu sudah lebih dari cukup untukku, Aiden." Valerie tertawa pelan.

"Uhm, maaf mengganggu momen kalian berdua. Bibi taruh makanannya disini ya...." Mama Valerie segera meletakkan minuman dan makanan di meja ruang tamu, kemudian ia bergegas menutup pintu guna meninggalkan mereka berdua disana.

Ray berdeham pelan. Valerie juga wajahnya semerah tomat mengetahui ibunya datang barusan. Mungkin ia kaget kepergok berpelukan bersama lelaki bernama Ray Aiden Wylie. Ray tersenyum kecil.

Valerie masih terdiam ditempat. pikirnya.

Lantas Ray menarik pergelangan tangan Valerie, dan memasukkannya dalam pangkuan Ray saat duduk.

"Valerie...," Ray mengambil kotak yang terletak dimeja. "Kamu ingat gak surat ini?" Dia membuka kotak tersebut dan mengambil salah satu surat. Valerie juga menggeleng. Dia membaca pelan isi surat tersebut yang katanya tulis tangannya di masa lampau. Namun naas, Valerie langsung memegangi kening setelah selesai membacanya. Ray juga menjadi kebingungan.

Tiba-tiba Valerie ambruk. Ray dengan sigap menggendong tubuh mungil tersebut ala bridal style. Wajahnya panik.

"Bibi! Valerie pingsan," teriak Ray seraya membawa gadis itu keluar ruangan.

- oOo -

10 Januari 2018
Salam,

GL

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top