Bab 19

Hari keempat tiba, Ray datang memakai topi bundar yang mirip dengan punya Valerie dulu.

Ray melompat masuk melewati dinding pembatas ke dalam rumah Valerie, kemudian mengetuk kaca jendela besar yang bisa berfungsi sebagai pintu pada bagian samping rumah.

Ray kembali mengetuk lagi. Kaca itu tergeser.

"Yo yo, babang ganteng datang," ujar Ray sembari mengangkat topinya sedikit.

Valerie hanya tersenyum kecil. Tangannya mencubit lengan Ray. "Iiihh, kamu 'kan laki-laki.. kenapa pakai topi perempuan sih?"

Valerie menggembungkan pipinya. Ray terkekeh pelan.

"Gapapa aku pakai topinya, soalnya ini salah satu memori berharga aku yang membawa pada kenangan masa lalu bersama kamu, yaitu Valerie Nao," jelas Ray panjang lebar, tidak lupa menampilkan senyum manis hingga lesung pipinya tercetak jelas.

Valerie menatap Ray, tangannya berhenti mencubit.

"Are you serious?" tanya Valerie memfokuskan pandangannya.

"Yes. I'm always serious if it's about you. Trust me, Valerie." Ray menggenggam tangan Valerie.

"A-Ah..  okay.... " Gadis itu menundukkan kepalanya malu.

Ray melepaskan topi yang ia pakai, kemudian memakaikannya kepada Valerie.

"Mau berjalan-jalan? Aku bosan nihh." Ray menarik pergelangan tangan Valerie.

Valerie terkaget. Dia mengikuti arah yang dituju oleh Ray. Ternyata ke taman bermain. Awalnya Ray membayarkan karcis untuk dua orang. Wahana pertama yang jadi target adalah roller coaster. Manik mata Valerie berbinar. Dia tampak sangat menikmati dari tadi. Berbeda dengan Ray yang mukanya mulai memucat.

Sehabis naik roller coaster, Ray memegang perut yang isinya terguncang-guncang, ingin muntah. Valerie terbahak-bahak.

"Ray, kamu yang mengajak aku kesini,  tapi kok jadi yang paling pucat ya?" sindir Valerie kecil sambil tertawa.

Ray mengangkat tangannya, menahan gejolak dari dalam untuk mengeluarkan isi perut. Dia berusaha menstabilkan agar tidak jadi muntah. Valerie memberikannya air minum untuk membantu.

Ray mengelap pinggir bibir,  sedangkan mulutnya komat kamit mengatakan terima kasih walau malu. Masa iya dia lelaki kalah sama perempuan? Gak, itu gak boleh terjadi. Ray pun mulai mencari alasan.

"Itu 'kan mau kamu. Aku mudah mabuk dengan wahana yang berputar-putar." Ray menatap Valerie serius, tidak ada nada humor terselip.

"Ya sudah, bagaimana kalau kita naik wahana yang disana?" usul Valerie seraya menunjuk cangkir putar. Ray lantas menggeleng pelan. Dia memasang wajah sedih.

"Tidak lagi, Valerie," tolak Ray halus. Namun, Valerie kembali menarik lengan Ray dan mengeluarkan jurus andalan, yaitu tersenyum lebar hingga matanya menyipit kecil.

Lord, tolong hamba.... batin Ray penuh kepasrahan.

Valerie semakin mengedipkan matanya bagaikan seekor kucing kecil yang sedang merajuk akan suatu hal. Ray menatapnya frustasi.

"Baiklah, baiklah! Aku menyerah. Ayo kesana!" ucap Ray final setelah hati dan pikirannya berdebat. Valerie melompat kegirangan, langsung menyeret Ray untuk pergi.

Untung sayang. Kalau tidak sudah kubuang ke jurang. Pikir Ray sambil menunjukkan ekspresi datarnya.

Iyap, sayang sebab kata cinta terlalu berat untuk ditanggung anak umur 17 tahun bukan? Ray juga tidak ingin memberi harapan palsu. Tentu bakal sakit bila akhir-akhirnya gak sama dia?

Itulah mengapa lelaki seringkali disebut PHP. Mereka terlalu cepat memutuskan sesuatu sehingga saat hal itu tidak tercapai, semuanya tersakiti.

Gak, Ray gak mau sampai Valerie tersakiti. Hati gadis itu sebening kristal. Ray tidak ingin hati gadisnya sampai pecah berpkeping-keping.

"Ray! Ray!" Panggilan Valerie membuyarkan lamunan Ray. Ah, sialan! Ray lupa kalau dia akan menaiki wahana itu. Terkutuklah sang penciptanya!

Mereka mulai memasuki wahana itu. Awalnya baik baik saja, sampai...

"Banyak bintang berterbangan, Valerie! Bantu aku...." Ray berteriak saat kecepatan roller coaster mencapai max.

"Kamu sudah mabuk, Aiden!" sergah Valerie terpatah-patah karena kondisi yang sulit untuk berkomunikasi.

Barulah saat selesai, Ray berlari kecil menuju kamar mandi guna mengeluarkan isi perutnya. Sedangkan Valerie memijat lembut leher belakang Ray.

"Jadi gini deh... maafkan aku." Valerie merawa bersalah karena telah memaksa Ray untuk menuruti keinginannya.

"Gapapa Valerie. Selama kamu senang, aku juga turut senang." Ray mengelao pinggir bibirnya.

Ray kembali membuka suara. "Tidak perlu khawatirkan aku. Mumpung sudah sore menjelang malam, kita beli sedikit camilan yang ada yuk?" ajak Ray kepada Valerie diiringi senyum sumringah.

"Apakah tida-"

"Tidak apa." Ray langsung memotong perkataan Valerie.

Mereka akhirnya membeli gula kapas dengan ukuran cukup besar untuk dimakan bersama. Sambil bercakap-cakap, Ray menawari Valerie untuk menaiki biang lala dan masuk ke dalam rumah hantu,

Sesudah makan, Ray mengunjugi rumah hantu terlebih dahulu. Selama didalam, Valerie selalu saja memeluk Ray dan saat itu, mati-matian menahan agar Valerie tidak terlalu dekat. Gadis itu sangat imut dimatanya, bisa-bisa nanti ada hal tidak diinginkan, you know lah what i mean haha!

Kini saatnya tiba. Mereka berdua menaiki biang lala dalam posisi saling berhadapan.

"Valerie, sini...," panggil Ray sambil menggerak-gerakkan tangannya. Valerie menggeleng.

"Sini...." Ray mencoba merayu Valerie untuk dekat dengannya. Valerie masig keras kelapa tidak mau pindah.

Ray - mau tidak mau - menarik pergelangan tangan Valerie, mendekatkan bibirnya dengan milik gadis didepannya. Tinggal beberapa senti hingga mereka berciuman. Namun, Ray hanya memadangi lekat-lekat wajah titisan dewi dari khayangan kemudian mendekatkan wajahnya ke daun telinga Valerie.

"Ini yang daritadi ingin aku lakukan," bisiknya.

Ray memandang lekat-lekat perubahan ekspresu Valerie. Kebetulan sudah sampai di bawah. Ray menyeringai pelan lalu mengubah menjadi pandangan mengejek serta menjulurkan lidah. Setelahnya kabur dari penerkam bernama Valerie!

Kucing-tikus time~

Ah, tidak lupa juga besok Ray akan mencoba usaha terakhir mengembalikan ingatan Valerie alias puzzle dengan surat.

- oOo -

9 Januari 2018
Salam,

GL

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top