Bab 15
"I'm here my little teddy bear!"
Gadis yang tadinya menyiram perkarangan rumah berhenti dan menolehkan kepalanya kepada asal sumber suara. Kepalanya miring kesamping sekitar empat puluh lima derajat, memberitahukan dirinya bingung dengan kejadian yang sedang belangsung.
"A-ada apa ini?" Valerie menunjuk polos tepat ke tempat Ray. "Kamu seorang penguntit ya?!" ujarnya menuduh Ray dengan gelar seolah-olah ia orang biadab.
"Ow.. sakit hati abang, dek. Kamu tuduh aku begitu." Ray menunjuk dadanya dengan wajah memelas seakan perkataan barusan menohok hatinya.
"Aku memang tidak mengenalmu dasar mesum!" Valerie menggembungkan pipinya karena kesal akan tingkah laku lelaki yang baru saja ditemui.
"Masa sih?" ujar Ray. Sedikit nada jahil terselip didalamnya. "Kamu demam?" Ray mendekatkan punggung tangan untuk memastikan bahwa Valerie sedang sakit. Masa dia begitu gampang buat bilang tidak ingat?
"Singkirkan tanganmu." Valerie menepis tangan Ray halus. "Aku benar-benar tidak tahu siapa kamu, tuan." Matanya menatap tajam, terlihat keseriusan disana.
Ray sedikit tidak percaya dengan ucapan Valerie barusan. Dia bercanda kan? Mereka sangat dekat saat kecil. Sebelum Valerie menghilang sesudah menguburkan kotak masa depan itu. Bibirnya mengatup keras, buku-buku tangan juga mengepal.
Ray terdengar menghela napas berat sebelum kembali membuka suaranya. "Mengapa tidak bisa mengingat aku? Padahal aku teman masa kecilmu loh!" ucapnya, sedikit menorehkan senyuman tipis. sangat-sangat tipis.
"Eh? Mama tidak pernah memberitahuku bila aku memiliki teman kecil." Valerie memegang dagunya bingung, berpikir keras.
"Tidak pernah." tanya Ray ingin memperjelas hal yang baru saja didengarnya barusan.
"Mama membawaku pergi dari rumah lama dengan alasan mengalami kecelakaan parah." hela Valerie, kembali melanjutkan perkataannya.
"Kecelakaan?" Ray kaget setengah mati atas apa yang menimpa Valerie sang gadis pujaannya.
"Iya, mama mengatakan kepalaku terbentur dan bam! Tau-tau saat bangun dokter banyak mengatakan memoriku hilang." Valerie tertawa tanpa mempedulikan ekspresi Ray saat ini. Tidak habis pikir mengapa Valerie masih bisa tersenyum setelah kejadian yang menimpanya?
Ray mendekatkan diri kepada Valerie, ia meminta izin sebelum masuk kedalam perkarangan bunga Valerie. Lantas memeluk gadis itu erat serat menenangkan. "It's okay. Tidak perlu berpura-pura tegar."
Ray menghirup aroma helaian rambut Valerie, terkadanfg mengusapnya lembut penuh kasih sayang. "I'm here," bisik Ray.
"Iya..." Tanpa aba-aba, tangan Valerie membalas pelukan Ray tidak kalah eratnya, seakan tidak ingin kehilangan ini untuk kedua kalinya.
"Sudah lebih baik?" Ray mengecup puncak kepala Valerie.
Valerie tampak mengangguk kemudian mengusap sedikit cairan dipelupuk mata yang sedari tadi ia tahan.
"Ehehe." Ray menampilkan lesung pipi. Valerie bersemu merah, kelihatan jelas dari perubahan warna wajah menjadi semerah topat.
Ray mati-matian menahan kekehannya agar tidak lolos dan berakibat gadis itu marah kepadanya. Valerie sangatlah imut dalam bayangannya saat ini.
"Valerie, apapun yang terjadi aku akan membantu untuk mengembalikan ingatanmu." Kedua tangan Ray mengambil dan membungkus tangan mungil itu.
Valerie menjawab, "Iya, mari kita buka bersama-sama memori lama."
Ray tersenyum puas, akhirnya dia kembali bertemu dengan malaikat kecilnya, Valerie.
"Oh ya...," Ray melepaskan pelukannya dan duduk diperkarangan bunga. Matanya menangkap suatu hal yang membuatnya tertarik untuk melihat.
"Kamu sedang apa?" Ray menunjuk warna berwarna unggu, tinggi dari bunga biasanya dan terlihat indah.
"Ah... itu bunga anggrek. Baru pertama kali mendengar?" tanya Valerie seraya melirik Ray dengan senyum manisnya.
'Omahgad, selamatkanlah hamba,' batin Ray dalam hati. "Ah, tentu tidak. Aku sudah pernah mendengar nama itu beberapa kali dan aku search di internet. Belum pernah melihat langsung seperti sekarang." Ray menggaruk pipinya yang tidak gatal, mengalihkan pandangan. Ia gugup.
Valerie kembali mengembangkan senyumannya. "Mau menatap lebih dekat lagi?" tawar Valerie mengajak Ray.
"Boleh." jawab Ray menanggapi tawaran Valerie.
Valerie mulai menunjuk anggrek berwarna ungu. "Yang satu ini khas Indonesia. Papaku adalah keturunan asli Indonesia. Pada pernikahan ulang tahun, papa membelikannya untuk papa karena itulah mama merawat bunga ini sepenuh hatinya."
Ray hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan Valerie.
"Sekarang mama tidak bisa terus menyiramnya. Dia mempunyai masalah pada tulang kaki, jadi setiap saat lututnya terasa sakit untuk digerakan," ujar Valerie dengan tatapan sedih. "sekarang akulah yang harus merawat peninggalan papa." Valerie terkikik geli seakan tidak terjadi apa-apa.
"Lalu.. papamu ada dimana?" tanya Ray. Terlihat perubahan raut wajah pada Valerie. Dia menunduk, bahunya sedikit bergetar sebelum berbicara. "Papa sudah gak ada. Dia sudah meninggal." tungkasnya, terpampang senyum tipis.
"Ah.. maafkan aku. Aku tidak tahu kalau..." Ray diliputi perasaan bersalah sebab pertanyaan tersebut pasti sensitif bagi seorang anak yang menyayangi ayahnya. "Sudah, tidak apa-apa. Aku sudah merelakannya."
Ray memeluk Valerie kembali, memberikan pengharapan serta semangat baru untuk menjalani hidup. Untuk memberitahukan dia disini bila butuh teman bicara. Valerie sedikit sesegukan dipundak Ray.
"Ssh.. baby..." Terus saja Ray mengusap puncak kepala Valerie sampai gadis itu tenang. Ray tahu Valerie sedang rapuh.
Mereka tetap pada posisi yang sama sampai 10 menit, lantas Ray melepaskan saat dia sadar. "M-Maaf." Ray memegang tenguknya, mengalihkan pandangan supaya Valerie tidak tahu kalau dia salah tingkah.
Hari tampak mulai malam, Ray memutuskan untuk berpisah dengan Valerie.
"Aku pulang dulu ya? Tenang saja, besok aku akan kesini lagi." kekehnya pelan menatap Valerie malu.
"Iya, sampai jumpa." Valerie tersenyum tipis.
"Oke, aku pergi..." Ray berbalik menuju arah pulang. Baru saja melangkah, tiba-tiba suara Valerie kembali terdengar. "Terima kasih untuk hari ini!" teriak gadis tersebut.
Ray tersenyum gembira. "Sama-sama!"
Sungguh hari yang cerah, tapi Ray tidak tahu bahwa ini adalah awal dari perjuangan panjang.
- oOo -
2 Januari 2017
Salam,
GL
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top