Phase 1 (Chapter 6) Practice

Invisible Land

Kini Cattyrin mondar-mandir di ruangannya, gadis itu memikirkan keputusan yang akan ia perbuat dan juga perkataan Ferryum tadi.

Gadis itu tak habis pikir di antara ketujuh anak Sutekinaea yang kini tubuhnya telah diambil alih oleh Diaboima. Ia tak bisa diam begitu saja, jika dibiarkan, maka anak yang dikendalikan oleh Diaboima akan menyerang penduduk Invisible Land.

Ia tidak mengerti penyebab Diaboima bisa terlepas dari segel. Ketika ia menghubungi pasukannya yang berada di planet Neko, mereka malah terkejut dengan ucapan Cattyrin dan mulai panik.

Ketika pasukan sudah panik, ia sebagai pemimpin juga tidak boleh panik dan mencari solusi yang tepat agar dapat mencegah hal tersebut terjadi---Diaboima menyerang penduduk Invisible Land, bahkan bisa saja menyerang penduduk planet Neko.

Untungnya ia menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Gadis itu akan menguji mereka untuk mengetahui siapa di antara mereka yang memiliki kekuatan cahaya karena biasanya Diaboima lebih suka menyerap mana yang memiliki kekuatan cahaya, sudah pasti ia akan memilih untuk mengendalikan anak yang memiliki kekuatan cahaya. Cattyrin akan menyampaikan hal ini pada Armand.

Sekarang ia mulai mencari solusi untuk membebaskan teman-temannya. Cattyrin ingin menyelamatkan teman-temannya, namun ia tidak ingin mereka disiksa jika ia menyerahkan ketujuh anak tersebut.

Meskipun teman-temannya telah siap untuk mati, tapi ia tidak ingin kehilangan mereka yang selama ini ia anggap sebagai keluarga.

Setelah sekian lama ia berpikir, tiba-tiba gadis itu mendapat ide. Kemudian ia segera keluar dari ruangan tersebut dan melaksanakan ide yang terlintas dikepalanya secara mendadak.

***

Isamu terduduk di ranjangnya, saat ini ia belum mau tidur karena tadi sore ia tertidur hingga menjelang malam. Setelah melakukan pemeriksaan radiologi---melibatkan peralatan dan mesin khusus untuk mendapatkan citra atau gambar yang menjadi hasil pemeriksaan serta melakukan tanya jawab---ternyata Isamu tidak memiliki penyakit ataupun cedera pada organ pencernaannya yang dapat menyebabkan muntah darah.

Sungguh tidak masuk akal bagi tim medis, bagaimana mungkin Isamu bisa mengalami muntah darah sementara ia tidak memiliki penyakit atau cedera pada organ pencernaannya? Bahkan mereka melakukan pemeriksaan tersebut berkali-kali, namun hasilnya tetap sama.

Usai pemeriksaan tersebut, dokter memutuskan untuk melakukan transfusi darah agar dapat mengembalikan darah yang sudah hilang.

Tiba-tiba pintu otomatis terbuka begitu Naoki memasuki ruangan tersebut, Isamu menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka.

"Nao-Chan? Kenapa kau di sini?" tanya Isamu.

"Memangnya aku tidak boleh di sini? Aku mau menjengukmu," jawab Naoki dengan kesal, lalu ia menghampiri Isamu. Kemudian pemuda itu duduk di tepi ranjang

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Naoki.

"Aku baik-baik saja kok, hanya sedikit pusing dan dadaku masih terasa sakit."

Kini mereka terdiam, tak ada topik yang bisa dijadikan pembicaraan, entah kenapa suasana terasa canggung padahal mereka cukup akrab, bahkan memiliki hubungan persahabatan.

Kedua pemuda itu hanya menatap sekeliling ruangan tersebut, ketika dua pasang mata bertemu, mereka saling melempar senyum.

Isamu ingin mengatakan sesuatu pada Naoki, namun ia merasa ragu, kemudian pemuda bersurai hitam malam itu mencoba berpikir ulang, setelah merasa yakin ia menghela nafas dan mengumpulkan keberaniannya.

"Nao-Chan." Isamu mulai membuka pembicaraan, Naoki menoleh begitu dipanggil, lalu menunggu sahabatnya mengatakan sesuatu.

"Soal rencana yang kau katakan kemarin ...."

"Kau setuju dengan rencanaku?" potong Naoki dengan perasaan senang sambil memperlihatkan matanya yang kini berbinar.

Isamu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban membuat kurva lengkung langsung terukir pada wajah Naoki, akhirnya Isamu menyetujui rencana yang ia buat.

"Jangan senang dulu, aku mengangguk bukan menyetujui rencanamu, aku hanya ingin menggerakkan kepalaku," ungkap Isamu membuat senyum Naoki luntur seketika.

"Hahaha, aku hanya bercanda," ujar Isamu sambil tertawa.

Naoki merasa kesal, lalu ia memalingkan wajahnya, pemuda bersurai biru malam menghentikan tawanya dan menatap Naoki dengan jahil.

"Nao-Chan marah ya? Jangan marah, ayo senyum," canda Isamu, lalu ia tertawa kembali

Namun Naoki tidak menggubris perkataan sahabatnya dan justru semakin kesal. Ia menatap Isamu sesaat dengan tajam, lalu memalingkan wajahnya lagi.

"Berisik," gumam Naoki.

Isamu masih saja tertawa. Tiba-tiba ia terbatuk karena kebanyakan tertawa, seketika manik hijau tersebut tertuju pada Isamu, lalu menertawakannya, sementara pemuda bersurai biru malam itu hanya terkekeh kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kemudian kedua pemuda itu berhenti tertawa, lalu Isamu memulai pembicaraannya dengan serius.

"Nao-Chan, aku berubah pikiran. Aku menyetujui rencanamu, setelah dipikirkan kembali percuma saja aku melarang kalian, kita juga tetap ikut bertempur dengan inuoni, meski kita akan terpisah," tutur Isamu sambil tersenyum.

"Benarkah?" tanya Naoki dengan perasaan senang sambil memperlihatkan matanya yang kini berbinar, namun tiba-tiba menatap Isamu dengan curiga. "Kali ini kau serius 'kan?"

"Kali ini aku serius, kita sudah tahu lokasi mereka berkat Cattyrin, sekarang tinggal melatih diri kita agar semakin kuat, setelah resmi menjadi angota ISS kita akan ke California lalu menyelamatkan keluarga kita," ungkap Isamu, lalu ia mengepalkan tangannya dan mengangkat tangan tersebut setinggi mungkin.

Naoki mengangguk senang, lalu ia berteriak dengan semangat sambil mengikuti gerakan Isamu, untung saja saat ini masih sepi sehingga tidak menjadi pusat perhatian akibat ulah pemuda bermata hijau itu, sementara Isamu tertawa kecil melihat reaksi sahabatnya.

"Tapi, belum tentu kita bisa ke California, karena kita akan ditugaskan di tempat lain. Lagipula, kita semua belum cukup umur untuk menjadi anggota ISS, kita tidak mungkin menunggu agar semuanya berumur delapan belas tahun," kesah Naoki membuat Isamu berpikir sejenak.

"Sepertinya aku harus bicara pada Armand-San dan itu harus segera dilakukan," ujar Isamu. Kemudian ia hendak beranjak dari ranjang, tidak peduli dengan kondisinya saat ini.

Namun Naoki menjitak kepala Isamu, sementara pemuda bersurai biru malam itu hanya memegang kepalanya yang sedikit sakit akibat jitakan dari Naoki.

"Fokus saja dulu pada kesehatanmu. Saat ini kau sedang sakit, jadi istirahatlah. Biar aku saja," ujar Naoki, lalu ia memberi jitakan untuk kedua kalinya sebelum Isamu membantah.

Isamu hanya memegang kepalanya sambil menahan sakit. Sepertinya Naoki benar. Saat ini ia perlu istirahat. Isamu sudah sering mendapat nasehat seperti tadi. Pemuda itu hanya bisa menghela napas. Kemudian manik biru tua itu tertuju pada Naoki, lalu kurva lengkung terukir pada wajahnya.

"Baiklah kalau begitu, lakukanlah sekarang," pinta Isamu dengan senyum jahil

"Apa?! Sekarang sudah tengah malam!" ujar Naoki dengan nada tinggi.

"Kau bilang ingin melakukannya 'kan? Baiklah aku yang akan melakukannya." Lagi-lagi ia mendapat jitakan dari Naoki. Sementara Isamu tertawa kecil sambil memegangi kepalanya.

Naoki hendak membuka mulutnya, namun tiba-tiba terdengar pintu terbuka membuat kedua pemuda itu menoleh, sosok yang tak lain di sana ialah seorang wanita.

Wanita itu mengenakan kacamata dengan bingkai berwarna merah, bersurai hitam dengan gaya kepang mahkota, mata senada dengan warna bingkai kacamata tersebut, tak lupa seragam yang ia kenakan membuat mereka berpikir bahwa wanita itu merupakan anggota ISS.

"Kenapa kalian belum tidur? Ini sudah tengah malam," tanya wanita itu sambil menatap mereka dengan tajam.

"Saat ini aku belum bisa tidur," jawab Isamu.

"Aku juga belum bisa tidur, jadi aku mau jalan-jalan sebentar. Kebetulan aku bertemu dengan ruangan ini, jadi sekalian aku menjenguk dia," jelas Naoki, namun penjelasan tersebut bertentangan dengan tujuannya yang hanya ingin menemani Isamu semalaman.

Wanita itu melipat tangannya sambil menatap mereka, kemudian manik merahnya tertuju pada Isamu.

"Bagaimana kondisimu saat ini," tanya wanita itu.

"Se-sedikit pusing dan dadaku masih terasa sakit," jawab Isamu dengan gugup.

"Tidurlah, kau harus banyak istirahat," ujar wanita itu, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Kedua pemuda itu bernafas lega, mereka mengira bahwa mereka akan dimarahi karena masih terjaga pada tengah malam.

"Wanita itu menakutkan sekali," gumam Naoki. "Kurasa aku harus kembali ke kamar." Naoki menghembuskam nafas kecewa.

Isamu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Tidak apa, sekarang kembali ke kamar dan tidurlah."

Kemudian Naoki melangkah menuju pintu dengan berat hati. Pemuda bermata hijau itu menoleh begitu berada di pintu, lalu ia melempar senyum.

"Selamat malam, semoga cepat sembuh," ujar Naoki, lalu ia pergi meninggalkan ruangan itu.

"Selamat malam juga, terima kasih, Nao-Chan," balas Isamu sambil tersenyum.

***

Naoki tengah berjalan menuju tempat tujuan bersama salah satu anggota ISS yang menuntunnya, pemuda bermata hijau itu masih mengantuk. Ia menyalahkan Ray atas kejadian tadi.

Pemuda heterechormia itu berisik sejak pukul lima pagi membuat mereka merasa terganggu. Ray melakukan tersebut dengan tujuan membangunkan mereka karena hari ini keenam remaja tersebut harus berkumpul pada suatu tempat sebelum pukul delapan. Padahal mereka bisa ke sana sebelum pukul delapan jika bangun seperti biasa, yaitu pukul enam pagi.

Kini mereka telah sampai di tempat tujuan, anggota ISS tersebut mempersilakan Naoki masuk dan pamit undur diri sambil memperlihatkan kurva lengkung pada wajahnya, kemudian pergi meninggalkan Naoki sebelum pemuda itu sempat membalas ucapannya.

Setelah orang itu pergi menjauh, Naoki memasuki ruangan tersebut, otomatis pintu terbuka dan memperlihatkan isi ruangan itu, terdapat seorang pria tunanetra bersurai pirang mengenakan seragam yang sama dengan orang yang menuntun Naoki beberapa menit lalu.

"Akhirnya kau datang juga, mulai hari ini aku akan melatihmu, kau bisa memanggilku Colin," ujar pria yang bernama Colin itu.

Begitu mengetahui nama pria itu, tiba-tiba Naoki teringat akan cerita Cattyrin mengenai bahwa pria itu mengalahkan inuoni dengan minyak lavender yang melumuri pedangnya, ia tak menyangka bisa bertemu dengan Colin.

Kemudian pria tunanetra itu menghampiri Naoki dengan menggunakan tongkat dan juga instingnya untuk membantunya berjalan dalam keadaan tidak bisa melihat.

Lalu Colin memberikan sebuah kain pada Naoki membuat pemuda itu merasa bingung.

"Kau akan belajar bertarung tanpa menggunakan indra penglihatan. Tutuplah matamu dengan ini," ujar Colin.

"Bagaimana mungkin aku bisa bertarung tanpa melihat?" protes Naoki.

"Kau pasti bisa. Lihat, meskipun aku tidak bisa melihat, tapi aku bisa bertarung. Hal itu sangat penting karena suatu saat lawan akan mengincar penglihatanmu sebagai kelemahanmu," jelas Colin.

Naoki mengangguk paham dan mengambil kain tersebut dari tangan Colin, lalu mengenakan kain tersebut pada matanya. Kemudian pria tunanetra itu memberikan sebuah tongkat pada Naoki. Tanpa pikir panjang pemuda bermata hijau itu mengambil tongkat itu.

Tanpa aba-aba sebuah serangan mendarat pada tubuh Naoki, pemuda itu menahan rasa sakit dan mencoba melacak lawan, meski penglihatannya tertutup kain. Kemudian serangan itu kembali mendarat pada pemuda bermata hijau itu. Naoki mengayunkan tongkat itu ke sembarang arah dan berharap agar lawan mengenai serangan tanpa arah tersebut.

Namun pada kenyataannya tidak ada satupun serangan Naoki yang dapat mengenai lawan. Colin terus menghindari serangan pemuda bermata hijau itu, sesekali ia memberi serangan pada Naoki.

"Bagaimana bisa aku bertarung jika seperti ini?" gumam Naoki.

***

"Fokuskan pandanganmu, tubuh harus dalam posisi tegak lurus terhadap sasaran dan garis tembakan." Satori mengikuti arahan yang diberikan, kemudian ia melepaskan anak panah tersebut dan seketika mata anak panah tertancap pada target.

Lino tersenyum melihat Satori mampu menembak tepat sasaran. Beberapa saat kemudian target tersebut membeku membuat ekspresi pria itu berubah.

"Be-beku?!"

"Iya. Jika anak panahku menancap pada suatu objek, maka objek tersebut akan membeku, bahkan makhluk hidup sekalipun," jelas Satori, sementara Lino masih setia memperlihatkan ekspresi terkejut.

"Aku sudah mengatakan ini pada anda, tapi anda tidak mau mendengarkanku," lanjut pemuda itu.

Selain anak panah. Telapak tangan Satori juga mampu membekukan suatu objek yang ia sentuh. Agar tidak membahayakan orang lain, ia menggunakan sarung tangan untuk menahan kekuatannya.

Karena memiliki kekuatan yang berbahaya, pemuda bersurai hitam itu memilih untuk menjauhi anak-anak lain dan menghabiskan waktunya membaca buku elektronik sambil bersandar di pohon, lalu menikmati angin sejuk di sana, walaupun ia bisa menggunakan kekuatannya untuk membuat dirinya merasa sejuk.

Terkadang kekuatannya dimanfaatkan anak-anak lain ketika musim panas. Saat musim panas tiba mereka selalu mendekati pemuda itu, seakan-akan ia seperti mesin penyejuk berjalan. Namun hal itu tidak masalah baginya selama tidak ada yang celaka akibat kekuatan tersebut.

Kini Lino berhenti memperlihatkan ekspresi terkejut tersebut. Lalu ia menghampiri Satori, kemudian pria itu mengacak rambut Satori.

"Bagus sekali," puji Lino membuat Satori sedikit tersenyum.

Kemudian Lino berjalan meninggalkan Satori untuk sementara waktu. Tak lama kemudian ia kembali lagi dengan membawa panah elektronik, lalu memberikan benda elektronik tersebut pada pemuda itu. Tanpa pikir panjang Satori menerima panah itu.

"Kau siap?" Pria itu memberi aba-aba sambil mengeluarkan sebuah remote dari saku celananya dan hendak menekan tombol tersebut. Sementara Satori mengangguk dan mengubah posisinya dalam keadaan siap.

Setelah itu Lino menekan tombol remote tersebut. Seketika target yang membeku itu ditarik dan ruangan menjadi gelap. Kemudian layar yang ada di hadapan mereka menyala, lalu beberapa target muncul pada layar tersebut. Tanpa diberi perintah pemuda itu segera melepaskan anak panah tersebut dengan cepat.

Seketika anak panah itu berhasil mengenai target, kemudian anak panah yang lain menyusul dan mengenai target yang terus berdatangan tanpa ada satupun yang terlewat.

🌻To be continue🌻

Rasanya ada yang janggal ya kalau Isamu mengalami muntah darah tanpa adanya penyakit atau cedera pada organ pencernaannya 😅

Setelah mencari riset mengenai muntah darah, ternyata cara mengatasinya dengan operasi jika ada cedera pada organ pencernannya. Kalau penyakit ada kemungkinan mengatasinya dengan operasi juga. Seingatku sih itu. 😅

Kalau gitu takutnya nanti alurnya berjalan lebih lambat.

Tapi, aku sudah ada solusi untuk mengatasi ini dan sudah ada penjelasannya, walaupun gak masuk akal dibidang ilmiah sih ಡ ͜ ʖ ಡ

Kalau ada yang lebih tahu mengenai muntah darah, kasih tahu aku dong, setidaknya nambah wawasan 'kan?

See u

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top