Phase 1 (Chapter 5) Diaboima
Kini mereka berada di ruangan yang sama ketika Cattyrin membawa mereka melalui portal. Gadis itu tengah menjelaskan mengenai inuoni. Sebagai penghuni Invisible Land, mereka harus tahu mengenai inuoni.
Inuoni merupakan makhluk berbahaya, seseorang bisa saja tewas jika menyerang tanpa persiapan. California merupakan tempat yang paling banyak ditempati para inuoni dan kota Los Angeles merupakan tempat kediaman ratu inuoni.
Ketika anggota ISS ditugaskan di sana, mereka harus siap untuk mati karena tempat itu paling berbahaya dibanding tempat lainnya, banyak anggota ISS harus kehilangan nyawa akibat hal tersebut.
Makhluk itu dapat melakukan regenerasi meski kepala mereka dipenggal, walaupun mereka dapat melakukan regenarasi, namanya makhluk hidup pasti memiliki kelemahan.
Kelemahan inuoni ialah tanda yang ada pada leher mereka, ketika suatu serangan mengenai tanda tersebut, maka ia akan mati dan berubah menjadi butiran hitam.
Selain itu mereka juga takut pada tanaman lavender, hal ini dapat dibuktikan oleh salah satu anggota ISS yang berasal dari Australia, Colin Solomon. Pria itu mengolesi kedua pedangnya dengan minyak lavender, ketika pedang tersebut mengenai tubuh inuoni, inuoni tersebut akan terbakar dan tewas seketika, para inuoni akan menjauh begitu ia mengetahui adanya lavender di sekitar mereka, meski begitu mereka yang pernah berhadapan dengan Colin tetap menyerang hingga akhirnya mereka tewas.
Alasan Colin mengolesi kedua pedang tersebut dengan minyak lavender masih menjadi misteri, ketika seseorang menanyakan hal itu, pria itu bercerita bahwa keluarganya memiliki taman lavender, taman tersebut dinobatkan sebagai taman lavender terluas di dunia.
Pada tahun 2118, seluruh tanaman lavender yang ada di dunia di musnahkan, masih menjadi misteri mengenai alasan tersebut dan menjadi perbincangan hangat saat itu. Colin penyuka tanaman lavender merasa sedih, ketika tanaman tersebut hendak dimusnahkan, ia mengambil tanaman lavender sebanyak mungkin, lalu menyembunyikannya di suatu tempat.
Colin menghentikan ceritanya sampai di situ, lalu ia meninggalkan orang-orang yang bertanya mengenai hal itu, pria itu tidak memberi tahu alasan ia mengolesi kedua pedangnya dengan minyak lavender.
Kembali ke topik, para inuoni tidak akan mempan dengan segala racun, ada beberapa inuoni yang semakin kuat karena racun, bahkan ia menggunakan racun yang mengenainya untuk menyerang lawan.
Selain itu inuoni selalu menangkap manusia yang bersembunyi, lalu dibawa ke California, saat ditangkap, korban harus dikurung dan disiksa selamanya, terkadang sang ratu tidak segan-segan menyuruh pasukannya untuk membunuh korban, lalu mayat itu dijadikan makanan oleh ratu, kadang kala mayat-mayat tersebut dikumpulkan, kemudian dijadikan singgasana ratu.
Mereka merasa ketakutan begitu mendengar penjelasan Cattyrin. Mereka membayangkan anak-anak lain beserta pengasuhnya mengalami nasib seperti yang diceritakan gadis itu, terutama Isamu, wajahnya pucat dan bulu kuduknya berdiri tanpa izin, namun ia mencoba mengatakan pada mereka bahwa semuanya baik-baik saja, tidak ada yang disiksa ataupun dijadikan santapan ratu.
"Bagaimana mungkin semuanya baik-baik saja?! Kau tidak dengar itu, mereka yang ditangkap akan disiksa, bahkan sampai dibunuh! Kau pasti berpikir seperti itu juga 'kan?!" bentak Kanon.
"Belum tentu itu semua benar, Kanon," balas Isamu sambil mencoba untuk tenang.
"Maaf aku tidak bermaksud menakuti kalian, tapi aku sering mendapat laporan seperti ini, tidak hanya manusia yang bersembunyi, tapi anggota ISS yang bertugas di sana juga. Jangan khawatir, kuharap keluarga kalian akan baik-baik saja, semua selamat tanpa terkecuali, seperti yang Isamu katakan, belum tentu itu semua benar. Yang kukatakan itu berdasarkan dari laporan yang kudapat." Cattyrin mencoba menenangkan suasana.
"Ya, tidak masalah. Lain kali jangan mengatakan hal seperti itu, kau membuat kami ketakutan," balas Isamu sambil menatap tajam.
Cattyrin mengangguk sebagai jawaban, ia meminta mereka keluar dari ruangan tersebut karena telah menyelesaikan penjelasan mengenai inuoni, mereka pun keluar sesuai permintaan gadis itu.
Ketika hendak keluar, tiba-tiba Isamu memuntahkan darah lagi hingga menarik perhatian seisi ruangan dan menghampiri Isamu.
Pemuda itu tersentak untuk kedua kalinya. Darah segar yang ia muntahkan sebanyak kemarin, rasa pusing kembali menyerang, jantung berdetak semakin kencang, ia tidak lagi punya tenaga untuk berdiri sehingga ia terjatuh, dada terasa nyeri, kulitnya pucat, kaki beserta tangan terasa basah dan dingin, serta mengalami sesak nafas.
Manik biru tua itu bergetar dan setetes air mata telah keluar, namun belum mengalir. Isamu mulai merasa bahwa kematian akan segera tiba. Terlambat baginya untuk mengetahui penyebab dan menyembuhkan muntah darah tersebut.
Mereka berteriak memanggil Isamu dan menanyakan keadaannya, bahkan ada yang sampai menangis, namun pemuda itu tidak bisa menjawab karena ia hanya mendengar suara dengung dan terlalu asyik melawan rasa sakit, penglihatannya semakin buram hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran.
***
"Mati! Mati! Mati!" Wanita itu melayang pisau pada seorang anak laki-laki yang kini tengah terikat.
Sementara anak itu ketakutan sambil mengeluarkan air mata melihat wanita itu hendak membunuhnya. Kini tubuh sang anak dipenuhi luka akibat pukulan dari wanita itu, entah apa kesalahan anak tersebut sampai harus disiksa dengan cara seperti itu
Ketika mata pisau mendekat, wanita itu menghentikan aksi tersebut secara tiba-tiba, lalu menatap sang anak yang malang kini terlihat ketakutan.
Wanita itu menghela nafas, lalu menancapkan pisau tersebut pada anak itu, darah segar keluar melalui luka buatan tersebut, sang anak mengeluarkan darah dari mulutnya sambil berpikir bahwa ajal akan tiba.
Kemudian wanita itu melanjutkan aksi tersebut. Sang anak hanya bisa menangis dan memohon agar wanita itu menghentikan aksinya. Namun harapan tersebut tidak terkabul hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran.
***
Isamu membuka matanya, pandangannya yang pada awalnya buram, kini mulai jernih. Pemuda itu menatap sekeliling dan mencoba mengenali ruangan tersebut.
Saat ini ia berada di ruangan putih, Isamu mendapati beberapa peralatan medis membuat pemuda itu menyimpulkan bahwa kini ia berada di rumah sakit.
Pemuda itu mencoba mengingat hal yang terjadi sebelum pingsan, tak lama kemudian ia mulai ingat. Isamu mengalami muntah darah untuk kedua kalinya, namun kali ini ia sampai tak sadarkan diri. Isamu merasa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
Meski begitu Isamu tidak begitu memikirkan hal tersebut, justru ia kepikiran mimpi yang baru saja ia alami, ini bukan pertama kali ia mengalami mimpi tersebut.
Setiap kali Isamu bermimpi hal tersebut, rasa sakit tusukan itu terasa nyata seakan mimpi itu mengingatkannya pada masa lalu kelam, tapi sepertinya Isamu tidak pernah ditusuk pisau sama sekali karena tidak ada luka tusukan pada tubuhnya.
Isamu penasaran pada wanita itu. Wajah wanita itu masih samar-samar pada ingatannya. Isamu merasa bahwa ia tidak mengenal wanita itu, tapi wanita tersebut selalu muncul di mimpinya seakan-akan mereka pernah bertemu dan memiliki suatu hubungan.
Karena sering mendapat mimpi seperti itu, Isamu merasa takut untuk tidur itulah salah satu alasan ia terjaga setiap malam. Saat itu ia mencoba menancapkan pisau itu pada perutnya—tempat ia ditusuk di dalam mimpinya—dengan harapan bahwa mimpi tersebut tidak akan menghampiri pemuda itu saat dalam kondisi terlelap ataupun tak sadarkan diri.
Namun aksi tersebut berhasil dicegah, padahal ia sudah memperhitungkan bahwa aksi tersebut tidak akan diketahui karena ia melakukan aksi itu pada malam hari di saat semuanya terlelap.
Tiba-tiba pintu otomatis terbuka begitu Cattyrin memasuki ruangan itu, lalu diikuti keenam remaja. Kemudian mempercepat langkah begitu mereka mengetahui bahwa Isamu sudah sadar.
Kemudian mengungkapkan rasa syukur sambil menangis, sementara Isamu mencoba menenangkan mereka, alhasil mereka pun menurut meski air mata masih turun.
Sedangkan Cattyrin memperhatikan mereka sambil tersenyum, sesekali menitikkan air mata, bukan karena terharu, melainkan karena ia teringat dengan keluarganya, mereka dibunuh saat itu membuat gadis itu merasa terpukul atas kejadian tersebut dan berpikir bahwa ia tidak bisa melindungi mereka.
Tiba-tiba pin yang terletak pada bagian kanan seragam berbunyi pertanda ada panggilan, segera ia keluar dari ruangan agar mereka merasa tidak terganggu.
Usai meninggalkan ruangan, gadis itu menekan pin tersebut. "Ya, dengan Konokari Cattyrin di sini."
"Hai, Catty, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, hahahaha." Gadis itu tersentak begitu ia mengetahui bahwa lawan bicaranya bukanlah anggota Luscatbreand ataupun ISS karena biasanya ia dipanggil ketua.
Tiba-tiba ia teringat keenam tenshineko yang bersamanya kemarin, ia meminta mereka menyerang inuoni yang hendak menangkap anak-anak itu. Kemudian gadis itu membawa anak-anak yang selamat selagi perhatian sekelompok inuoni itu teralihkan.
Keenam tenshineko tersebut tidak ada kabar sejak itu membuat Cattyrin merasa cemas. Ketika ia mencoba menghubungi mereka, tidak ada satupun yang bisa dihubungi membuatnya semakin cemas
"Si-siapa kau? Apa maumu?"
Lawan bicara tersebut menjawab pertanyaan gadis itu dengan tawa, lalu ia berhenti tertawa dan menjawab pertanyaan Cattyrin dengan serius.
"Aku Ferryum Pugnuss, kami telah menangkap teman-temanmu dan akan membawanya ke hadapan Yang Mulia. Jangan khawatir, aku akan meminta Yang Mulia untuk tidak membunuh mereka asalkan kau membawa anak-anak yang kau selamatkan atau kau bisa membawa salah satu dari mereka, bagaimana?" tawar Ferryum.
Gadis itu tersentak begitu mendengar bahwa mereka telah ditangkap, ia tidak menyangka bahwa mereka telah kalah hingga akhirnya tertangkap. Gadis itu menyesal dengan rencana yang ia buat, di sisi lain Cattyrin mulai tergiur tawaran Ferryum, tapi gadis itu tidak tega jika ketujuh anak tersebut harus disiksa oleh mereka.
"Tidak bisa! Aku tidak akan membawa mereka. Mereka tidak bersalah!" tolak Cattyrin.
"Pikirkan baik-baik, Catty. Teman-temanmu berada dalam bahaya sekarang, nyawa mereka bisa selamat jika kau membawa anak-anak itu ke hadapan Yang Mulia, keselamatan mereka bergantung pada keputusanmu. Jika aku jadi kau, aku pasti akan membawa anak-anak itu. Oh bukan, aku akan membawa salah satu dari mereka ke hadapan Yang Mulia jika seandainya aku mengetahui tubuh anak mana yang akan diambil alih oleh Diaboima." Pria itu menghasut Cattyrin agar mau menerima tawarannya.
Gadis itu sedikit tersentak begitu mendengar hal tersebut. Seingatnya, Diaboima adalah sebuah jiwa kegelapan yang paling berbahaya. Jiwa tersebut bisa memasuki tubuh makhluk hidup.
Pada awalnya korban merasa baik-baik saja seperti biasa, namun ketika datang pada saat yang tepat, korban akan sering menyerang tanpa sebab, bahkan lebih sering menyerap mana orang-orang yang ada disekitarnya tanpa disadari.
Ketika terjadi peperangan perang antara inuoni dan tenshineko. Banyak tenshineko yang tewas akibat Diaboima. Hingga kini tidak ada satupun yang dapat menemukan cara untuk memusnahkan Diaboima. Jiwa tersebut sangatlah kuat, jika sudah berada di dalam tubuh korban, maka kekuatannya semakin bertambah, apalagi jika menyerap mana orang-orang disekitarnya.
Diaboima lebih suka menyerap mana yang memiliki kekuatan cahaya, maka tak heran jika banyak tenshineko yang tewas di mana kebanyakan dari mereka pengguna cahaya.
Suatu hari Diaboima berhasil disegel dan hal itu menjadi kabar gembira bagi para tenshineko. Tidak disangka bahwa Diaboima berhasil lepas dari segel tersebut. Gadis itu tidak tahu bahwa jiwa kegelapan itu telah bebas. Seharusnya sudah ada kabar tersebut, jika Diaboima sudah bebas. Namun tidak ada kabar tersebut hingga sekarang. Apakah tidak ada yang menyadarinya?
"Di-diaboima? Apa maksudmu?"
Ferryum tertawa begitu mendengar pertanyaan gadis itu. "Kau pasti terkejut begitu mendengar kata Diaboima dan berpikir mengenai kebebasan jiwa itu. Tapi kau tidak perlu tahu mengenai hal tersebut, yang pasti kau harus membawa mereka kepada kami atau nyawa teman-temanmu akan melayang."
Cattyrin hendak membalas perkataan Ferryum, namun pria itu mengakhiri panggilannya, gadis itu merasa bingung dengan perkataan Feryum barusan.
***
Forest, Japan
"Bagaimana Ferryum? Apa dia menyetujui tawaranmu?" tanya Blackfia, lalu memerhatikan keenam tenshineko yang kini tak sadarkan diri dalam keadaan tersegel.
Ferryum tersenyum jahat, lalu ia berkata, "entahlah, kita lihat saja. Aku sudah berusaha membuatnya menerima tawaran ku, jadi kita tunggu saja keputusannya."
"Merepotkan sekali, tidak kusangka mereka sangat kuat, sebagian luka ku belum pulih hingga sekarang karena serangan mereka. Apalagi Blackfia hampir terbunuh," keluh Kuro sambil memulihkan lukanya.
"Apa maksudmu, huh?! Kau menganggap ku lemah?! Asal kau tahu, aku hampir terbunuh karena tenshineko jingga itu terus-terusan memperlambat gerakanku, lalu saudari kembarnya hendak menancapkan pisau itu ke leherku," protes Blackfia tak terima
Kuro mengabaikan perkataan Blackfia dan asyik memulihkan lukanya, sesekali ia menggerutu karena luka tersebut belum pulih.
"Sudahlah Kuro. Kau hanya mendapat luka, sedangkan aku kehilangan tanganku karena tenshineko putih itu. Kekuatan pedangnya menghambat regenerasiku," terang Red Darkness.
Tiba-tiba Ferryum bangkit dari duduknya hingga tiga pasang mata tertuju pada pria itu.
"Kita harus ke California sekarang juga," ujar Ferryum tiba-tiba membuat ketiga inuoni itu tersentak karena keputusan mendadak tersebut
"Apa?! Kenapa tiba-tiba?"
Pria itu diam sejenak, lalu ia menatap mereka dan menghela nafas.
"Kita sudah seharian di sini hanya karena mengalahkan sekelompok tenshineko itu dan memulihkan luka akibat serangan mereka. Yang Mulia pasti menunggu kita sekarang, tak masalah jika luka kalian belum pulih, Yang Mulia pasti akan mengerti," terang Ferryum.
"Kuro! Pindahkan mereka ke dimensi lain dengan senapanmu itu!" perintah Ferryum sambil tersenyum.
Kuro mengangguk paham, kemudian ia mengangkat salah satu tangannya setinggi mungkin, seketika aura hitam menyelimuti tangan tersebut hingga membentuk sebuah senapan.
Tanpa menunda lagi, Kuro menodongkan senapan itu dan menarik pelatuknya, kemudian keluarlah aura merah darah, lalu mengarah pada keenam tenshineko tersebut, seketika mereka perlahan menjadi butiran merah dan terbang menuju langit.
Setelah memindahkan mereka ke dimensi lain, Ferryum meminta Red Darkness untuk membuat portal, segera ia melaksanakan perintah tersebut, kemudian ia merentangkan salah satu tangannya ke depan.
"Portal a apparet." Seketika aura gelap berkumpul dengan jarak 3 meter dari telapak tangan Red Darkness hingga membentuk sebuah lingkaran, kemudian lingkaran tersebut membesar sehingga mereka berempat dapat memasuki lingkaran tersebut.
"Bagus, Red Darkness, ayo semuanya, kita ke California," ajak Ferryum, lalu ia memasuki lingkaran tersebut, kemudian disusul ketiga inuoni tersebut.
***
California
Saat ini California merupakan tempat sarang inuoni dan kota Los Angeles sebagai tempat kediaman sang ratu. Seluruh umat manusia dipaksa untuk membuat infrastruktur atau militer untuk kepentingan para inuoni tanpa diberi makan, minum dan istirahat sama sekali sehingga banyak yang tewas.
Tidak hanya itu, ratu Regiadaemon memerintahkan seluruh umat manusia untuk membangun jembatan antar benua.
"Laudate Domina regina Regiadaemon. (Puji Yang Mulia ratu Regiadaemon)." Itulah kalimat yang mereka ucapkan sambil bekerja, kalimat tersebut harus diucapkan meski suara mulai habis, jika tidak maka mereka akan dibunuh.
Tiba-tiba sebuah lingkaran gelap muncul dihadapan sang ratu, lingkaran tersebut membesar hingga se ukuran tubuhnya, kemudian keempat inuoni itu keluar dari lingkaran itu, lalu mereka berlutut sambil meletakkan tangan kirinya di dada kanan mereka.
"Puji Yang Mulia ratu Regiadaemon, sebuah kehormatan bagi anda," ucap mereka bersamaan.
"Ferryum Pugnuss, Blackfia, Red Darkness, dan Kuro, apakah kalian berhasil membawa anak-anak itu?" tanya sang ratu sambil mengetuk-ngetuk kuku jarinya yang panjang, ia tidak peduli dengan luka mereka.
"Tentu saja Yang Mulia, kami hampir saja berhasil membawa mereka semua, namun para tenshineko itu tiba-tiba menyerang kami, lalu salah satu dari mereka pergi membawa ketujuh anak itu, tapi tenang saja Yang Mulia, kami sudah mengalahkan dan menangkap mereka," terang Ferryum, lalu ia menatap Kuro dan memintanya untuk mengeluarkan mereka yang ditangkap dari dimensi lain.
Kuro mengangguk dan melaksanakan perintah tersebut, kemudian ia mengangkat salah satu tangannya setinggi mungkin, seketika aura hitam menyelimuti tangan tersebut hingga membentuk sebuah senapan.
"Veni!" Seketika keluarlah aura gelap, lalu mengarah pada tempat yang luas begitu menarik pelatuknya, kemudian mereka yang ditangkap muncul dengan tubuh berkedip. Kini mereka tak sadarkan diri.
Sang ratu menatap mereka sambil menyentuh wajahnya dengan jarinya, lalu ia tersenyum jahat.
"Bagus! Apa rencana kalian agar bisa membawa sisanya?" tanya ratu Regiadaemon.
"Aku sudah menghubungi tenshineko yang pergi bersama mereka, aku memintanya untuk membawa ketujuh anak itu jika ingin teman-temannya selamat. Kita hanya tinggal menunggu keputusan tenshineko itu. Aku yakin ia pasti menerimanya karena para tenshineko memiliki rasa kekeluargaan yang sangat besar. Ia tidak mungkin membiarkan mereka tewas," jelas Ferryum membuat senyum jahat sang ratu semakin mengembang.
"Tutus, Rurus, pindahkan mereka semua ke gedung di sebelah sana! Periksa anak-anak itu, mungkin saja Diaboima berada di tubuh salah satu dari mereka, jika itu benar, bawa dia ke hadapanku!" perintah sang ratu kepada dua pelayan setianya sambil menunjuk gedung tersebut.
"Dimengerti Yang Mulia!" ucap mereka serempak. Segera mereka melaksanakan perintah sang ratu.
🌻To be continue🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top