Phase 1 (Chapter 4) Vomiting Blood
Kini mereka berada di sebuah rumah yang sederhana. Cattyrin memberi kunci rumah tersebut pada mereka, benda itu dapat menunjukkan jalan menuju rumah sang pemilik sehingga mereka bisa sampai ke tempat tinggal baru mereka tanpa harus diantar.
Kemudian kunci tersebut menyentuh gagang pintu. Seketika pintu itu terbuka secara otomatis, mereka berjalan memasuki rumah tersebut, lalu pintu tertutup begitu semuanya telah masuk.
Benda itu telah mengenal sidik jari mereka sehingga tidak ada yang bisa membuka pintu dengan kunci tersebut selain mereka. Jika kunci itu hilang atau dicuri orang lain, maka tidak perlu susah payah mencari benda tersebut karena kunci itu akan kembali pada pemiliknya.
Di rumah itu terdapat ruang makan, dapur, tiga kamar tidur yang dilengkapi dengan kamar mandi pada masing-masing kamar, satu kamar terdiri dari empat kasur, serta ruang kumpul antar penghuni rumah tersebut.
"Selamat datang di rumah Anda, Tuan dan Nyonya," sambut sebuah robot berwujud seorang wanita, ekspresi yang diukirnya tampak kaku.
"Perkenalkan nama saya Maidella, mulai hari ini saya akan menjadi pelayan kalian, jika kalian butuh sesuatu, panggil saya. Saya akan bersedia membantu kalian," ungkap Maidella sambil memperkenalkan diri.
Kemudian mereka menyapa wanita robot itu, lalu memperkenalkan diri mereka masing-masing, setelah itu Maidella menyapa balik dan memperkenalkan rumah tersebut pada mereka.
***
Tak terasa, hari sudah sore. Mereka sudah mengenali seisi rumah tersebut dengan baik dan juga menemukan kamar masing-masing.
Kini ketujuh remaja itu tengah berkumpul. Mereka membicarakan mengenai tempat tinggal baru mereka saat ini hingga sebuah rencana untuk menyelamatkan keluarga mereka.
Sementara Isamu hanya diam memperhatikan mereka yang kini tengah berbincang. Saat ini Isamu sudah mulai sedikit tenang, namun rasa cemas itu masih ada pada dirinya. Ia sudah berusaha mencoba melupakan hal tersebut dari pikirannya, namun ia tidak bisa.
Tiba-tiba kelopak mata pemuda itu mulai turun. Isamu mulai mengantuk, keadaan saat ini sudah mengizinkannya tidur. Ia ingin menuju tempat tidur, namun tubuhnya terlalu malas untuk bergerak apalagi Isamu sudah tak bisa menahan kantuk lebih lama lagi hingga akhirnya ia tertidur.
***
Malam sudah tiba. Mereka tidur di kamar yang telah ditentukan, pasti sangat melelahkan setelah hal yang harus mereka lewati hingga tertidur pulas, kecuali Isamu.
Saat ini Isamu tidak bisa tidur, ia masih merasa cemas dengan keluarganya terutama pada Kazumi. Pemuda itu mencoba berpikir positif, namun usahanya sia-sia. Lagipula ia tertidur pulas tadi sore.
Isamu sudah mengganti posisi tidurnya berkali-kali, namun ia tidak dapat menemukan posisi tidur yang nyaman baginya sehingga ia memutuskan untuk duduk.
Tiba-tiba ia mulai kepikiran dengan perkataan Armand, semua penghuni Invisible Land yang berusia delapan belas ke atas harus menjadi anggota ISS. Ada sedikit rasa lega karena mereka termasuk Isamu belum cukup umur untuk menjadi anggota ISS. Isamu dan Naoki saat ini berusia tujuh belas tahun, Satori berusia empat belas tahun, sementara sisanya berusia enam belas tahun.
Saat ini telah memasuki akhir September. Isamu harus menunggu empat bulan lagi agar ia bisa menginjak umur delapan belas tahun. Tapi Isamu tidak mungkin harus menunggu selama itu.
Jika saja mereka sudah resmi menjadi anggota ISS, tentu mereka akan ditugaskan di berbagai tempat untuk membunuh inuoni dan menyelamatkan manusia yang menjadi korban perbudakan, pastinya mereka akan terpisah untuk menjalankan tugas tersebut.
Bukannya Isamu tidak percaya dengan kemampuan mereka, tapi ia tidak ingin terjadi sesuatu pada mereka. Sepertinya ia harus bicara dengan pria itu besok.
Tiba-tiba ia teringat dengan pertanyaan Naoki tadi, semua pertanyaan tersebut masih terngiang di kepalanya hingga saat ini.
Bukannya ia memikirkan jawaban dari pertanyaan Naoki, hanya saja pertanyaan tersebut berhasil membuatnya berpikir ulang mengenai rencana yang telah ia tetapkan.
Jika dipikirkan kembali, sepertinya mereka tidak menyetujui rencana tersebut karena akan sangat beresiko dan tentu saja membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Isamu tahu bahwa rencana yang ia buat sangat beresiko, tapi jika mengikuti rencana Naoki, tetap saja membahayakan mereka, bahkan bisa saja kehilangan nyawa. Isamu tidak ingin hal itu terjadi.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat menuju kemari. Segera Isamu merebahkan dirinya sebelum pemilik suara langkah tersebut memasuki kamar yang ia tempati dan melihatnya masih terjaga. Ia berpikir bahwa pemilik langkah kaki tersebut ialah Maidella, mungkin saja wanita robot itu ingin memastikan agar semuanya tertidur.
Suara langkah kaki itu semakin mendekat hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka secara otomatis. Kini si pemilik langkah kaki telah memasuki kamar tersebut, lalu ia berjalan sambil memperhatikan sekitar kamar dalam kegelapan.
Tanpa menduga hal yang terjadi, Isamu merasakan sakit pada perutnya, ia mencoba menahan sakit agar tidak ketahuan oleh si pemilik langkah kaki itu.
Setelah si pemilik langkah kaki untuk memastikan sesuatu, ia keluar dari kamar tersebut. Isamu membuka mata begitu mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh.
Rasa sakit tersebut semakin bertambah, ia merasa bahwa makanan yang sudah dicerna akan segera keluar, pemuda itu melangkah menuju kamar mandi secepat mungkin sebelum keluar.
***
Tak lama kemudian, Isamu telah menyelesaikan hal tersebut, ia pun merasa lega. Meski rasa sakit tersebut masih ada. Pemuda itu menuju wastafel untuk mencuci tangan. Ketika ia hendak melakukan hal tersebut, tiba-tiba ia mendadak muntah. Isamu tersentak begitu ia menyadari bahwa ia baru saja memuntahkan darah yang cukup banyak.
Kini jantungnya berdetak semakin cepat, lalu ia memuntahkan darah lagi. Pemuda itu tidak memiliki tenaga lagi untuk berdiri sehingga ia terjatuh.
Isamu merasa bingung dan juga khawatir dengan sesuatu yang terjadi saat ini. Untung saja ini terjadi pada malam hari, di saat semuanya tengah tertidur dan juga tidak ada yang menyadarinya. Isamu sudah bisa menebak yang akan terjadi jika seseorang mengetahui hal tersebut.
Tiba-tiba jantung Isamu berdetak semakin kencang, pada saat itu dadanya terasa sakit, namun ia mencoba menahan rasa sakit tersebut sambil berusaha untuk berdiri.
Kini ia berhasil berdiri, meski agak sempoyongan, tapi ia memegang sesuatu untuk menjaga keseimbangan. Isamu mendapati darah yang masih menempel pada wastafel tersebut.
Segera ia menekan tombol pembersih untuk membersihkan darah tersebut sebelum ada yang melihat. Seketika muncul tangan pada wastafel tersebut, lalu membersihkannya hingga tidak ada noda lagi. Setelah wastafel itu bersih kedua tangan canggih itu undur diri. Kemudian Isamu membersihkan sisa darah yang menempel pada mulutnya.
Setelah semua selesai dan yakin bahwa tidak ada darah lagi yang menempel, segera ia menuju tempat tidur. Isamu berjalan sempoyongan sambil memegang dinding, sesekali ia terjatuh karena kehilangan banyak tenaga, namun ia tetap bangkit dan berjalan menuju tempat tidur.
Kini ia berhasil sampai berada di tempat tidur. Isamu menarik selimutnya hingga menutup sebagian badannya. Saat ini ia masih merasakan sakit di dada, jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.
Lalu detak jantung semakin cepat, pada saat itu juga rasa sakit di dada semakin bertambah, keringat dingin membasahi tubuh Isamu.
Rasa sakit tersebut belum hilang. Kini ia mengalami sesak nafas. Isamu tidak mengerti sesuatu yang terjadi pada dirinya, ia bisa saja membangunkan mereka ataupun memanggil Maidella untuk meminta bantuan, namun ia lebih memilih untuk bertahan.
***
Pagi telah tiba, Naoki dan Ray telah membuka mata, meski hanya duduk sambil mengumpulkan nyawa, sesekali mereka menguap, sementara Kazuo masih tertidur pulas.
Sedangkan Satori tidur di kamar lain karena ketika ia tidur di ruangan tertutup, suhu di ruangan tersebut akan turun meskipun sudah ada mesin penghangat sehingga siapa pun yang berada di ruangan itu akan merasa kedinginan, kecuali Satori itu sendiri. Bahkan ia mampu membuat sebagian ruangan itu beku.
Kini Isamu masih merebahkan diri meski kedua matanya terbuka. Ketika terbangun tiba-tiba ia teringat kejadian tadi malam begitu ia bangun, pemuda itu cukup tersiksa dengan rasa sakit tersebut.
Saat ini ia masih merasakan sakit, namun tidak separah kemarin. Isamu sungguh tidak mengerti dengan penyakit yang ia alami saat ini.
Muntah darah itu, Isamu cukup tersentak dengan hal tersebut, kenapa ia bisa muntah darah? Apakah sebentar lagi ia akan bertemu dengan ajalnya?
Isamu harap tidak ada yang mengetahui kejadian semalam, pemuda itu mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia sudah memastikan bahwa wastafel tersebut bersih, tidak ada lagi noda darah yang tersisa.
Setelah mengalami kejadian semalam. Isamu memutuskan untuk mengunjungi dokter tanpa sepengetahuan mereka jika ia menemukan waktu yang tepat.
Memang ia baru sehari tinggal di Invisible Land dan belum begitu mengenal tempat ini, tapi Isamu akan meminta Cattyrin untuk mengantarnya ke dokter. Meski saat ini ia belum menaruh kepercayaan pada gadis itu, namun ini keadaan darurat yang harus diatasi dengan segera sebelum bertambah parah dan dapat membahayakan nyawa.
🌻To be continue🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top